Bulan Biru atau Blue Moon merupakan salah satu fenomena alam yang bikin penasaran.
Fenomena ini terjadi di seluruh Indonesia pada Senin (19/8/2024), sejak matahari terbenam hingga terbit matahari keesokan harinya.
Lantas, apa sesungguhnya Blue Moon itu? Benarkah bulan akan berubah menjadi warna biru?
Untuk menjawab rasa penasaran ini, yuk, simak ulasan lengkapnya di bawah!
Artikel Terkait: Fenomena Bulan Hitam Melewati Indonesia, Ini Penjelasannya!
Fakta Fenomena Blue Moon
1. Apa Itu Blue Moon atau Bulan Biru?
Melansir Info Astronomy, Bulan Biru merupakan julukan untuk fase bulan purnama ketiga dalam satu musim yang memiliki empat bulan purnama.
Dalam definisi ini, Bulan Biru akan terjadi sekitar setiap dua setengah tahun sekali. Fenomena ini dikenal juga dengan sebutan Bulan Biru Musiman (Seasonal Blue Moon).
Namun, ada pula definisi lain yang menyebut istilah Blue Moon merujuk pada fase bulan purnama kedua yang muncul dalam satu bulan kalender Masehi. Fenomena ini dikenal juga dengan istilah Bulan Biru Bulanan (Monthly Blue Moon).
Adapun Blue Moon yang bisa disaksikan 22 Agustus 2021 adalah Bulan Biru Musiman atau Seasonal Blue Moon.
Artikel terkait: 6 Fakta Menarik Pink Moon, Bulan Purnama Terbesar Hingga Bulan Paskah
2. Benarkah Bulan Menjadi Berwarna Biru?
Istilah Bulan Biru diperkirakan telah ada selama lebih dari 400 tahun.
Hal tersebut disampaikan oleh Philip Hiscock, seorang folklorist di Memorial University of Newfoundland yang dilansir dari Space.com.
Istilah itu sebenarnya digunakan orang-orang zaman dahulu untuk menyebut sesuatu yang tidak wajar, janggal, atau aneh.
Namun demikian, bulan tidak benar-benar menjadi warna biru. Hanya memang, bulan bisa saja terlihat biru akibat dari kondisi atmosfer.
Abu vulkanik dan kabut asap, jenis awan, atau droplet di udara membuat bulan purnama tampak kebiruan.
3. Nama Lain Blue Moon
Mengutip laman Tirto.id, peneliti dari Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Andi Pangerang, mengatakan bahwa di dalam Almanak Petani Maine di Amerika Serikat, purnama ini dinamakan sebagai Purnama Sturgeon.
Sebabnya, pada Agustus, ikan Sturgeon (ikan penghasil kaviar) muncul ke permukaan danau sehingga mudah ditangkap.
Purnama ini juga memiliki nama lain, yaitu, Purnama Jagung Hijau (Green Corn Moon), Purnama Ceri Hitam (Black Cherry Moon), dan Purnama Terbang Tinggi (Flying Up Moon).
4. Terjadinya Fenomena Bulan Biru
Andi Pangerang menjelaskan, dikutip dari Kompas.com, dalam sebuah musim astronomis (yang ditandai oleh solstis ataupun ekuinoks) dapat terjadi tiga kali bulan purnama.
Hal itu disebabkan durasi musim untuk musim gugur (belahan utara) dan musim dingin (belahan utara) rata-rata 89,5 hari. Sementara durasi musim semi (belahan utara) dan musim panas (belahan utara) rata-rata 93 hari.
“Sedangkan rata-rata lunasi (satu siklus periode sinodis bulan mengelilingi Bumi) sebesar 29,53 hari. Sehingga 89,5:29,53 = 3,03 atau dibulatkan menjadi 3,” tutur Andi.
Namun, jika bulan purnama pertama terjadi berdekatan dengan awal musim astronomis, maka memungkinkan terjadi empat kali bulan purnama dalam sebuah musim astronomis.
Bulan purnama ketiga dalam sebuah musim astronomis yang mengalami empat kali bulan purnama inilah yang disebut sebagai Blue Moon atau Bulan Biru.
Nah, jika bulan purnama terjadi di sekitar awal bulan Masehi, maka memungkinkan dalam sebuah bulan di kalender Masehi terjadi dua kali bulan purnama.
Artikel terkait: Peristiwa langka! Gerhana bulan total dan Supermoon sekaligus dalam saat yang sama, ini panduan untuk melihatnya
5. Seberapa Langka Bulan Biru Terjadi?
Bulan Biru Musiman atau Seasonal Blue Moon terjadi sedikit lebih jarang jika dibandingkan Bulan Biru Bulanan atau Monthly Blue Moon.
Dalam 1100 tahun, yakni antara 1550 dan 2650, ada 408 Bulan Biru Musiman dan 456 Bulan Biru Bulanan.
Itu artinya, baik musiman maupun bulanan, Bulan Biru terjadi kira-kira setiap dua atau tiga tahun.
Sementara Bulan Biru yang benar-benar berwarna biru dapat terjadi sangat langka dan tidak ada hubungannya dengan kalender, fase bulan atau jatuhnya musim, melainkan akibat dari kondisi atmosfer.
Adanya abu vulkanik dan kabut asap, droplet di udara, atau jenis awan tertentu dapat menyebabkan bulan purnama tampak kebiruan.
Artikel Terkait: Mengenal Lonely Death, Fenomena Meninggal Sendirian Tanpa Keluarga
Fenomena Blue Moon terjadi setiap dua atau tiga tahun sekali, yang mana sebelumnya terjadi pada 19 Mei 2019, 22 Mei 2016, 19-20 Agustus 2024. Serta, akan kembali terjadi pada 20 Mei 2027.
Bagaimana, apakah Anda jadi salah satu yang berhasil melihat blue moon saat 19-20 Agustus 2024?
***
Baca juga:
Penjelasan Lengkap Shalat Gerhana Bulan: Dalil, Hukum dan Tata Caranya
7 Tips Aman Melihat Gerhana Matahari Bersama Anak
Benarkah gerhana bulan berbahaya bagi ibu hamil? Ini penjelasannya!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.