Bayi Tidak Kencing Lebih dari 6 Jam, Ini yang Harus Parents Perhatikan!

Ada beberapa faktor penyebab yang membuat bayi tidak kencing lebih dari 6 jam. Simak di sini!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Banyak Parents yang sering kali merasa khawatir ketika mendapati bayi tidak kencing lebih dari 6 jam. Sebenarnya, hal ini normal terjadi pada bayi baru lahir, kok.

Namun, Bunda harus lebih waspada bila ini terjadi pada bayi yang usianya lebih besar.

Berikut ini cara untuk mengatasi bila bayi tidak buang air kecil selama lebih dari 6 jam.

Artikel terkait: Bayi Baru Lahir Jarang Pipis? Ketahui Penyebabnya!

Berapa Kali Bayi Kencing yang Normal?

Sebelum masuk ke pembahasan, apakah Parents tahu kapan tepatnya bayi baru lahir buang air kecil (BAK) pertama kali? Melansir laman Medicine Net, bayi baru lahir umumnya buang air kecil di kurun waktu 12 hingga 24 jam setelah ia dilahirkan.

Bila hingga lebih 24 jam bayi baru lahir tak kunjung kencing, Parents perlu waspada. Ini bisa menjadi tanda bahwa ia mengalami beberapa masalah di saluran kemihnya.

Akan tetapi, Anda tidak perlu khawatir, karena umumnya, ibu dan bayi masih tinggal di rumah sakit selama 24-48 jam pascapersalinan (normal) atau hingga 3 hari kemudian (caesar).

Dengan demikian, mudah bagi dokter anak atau perawat melakukan pengecekan atau mendiagnosis masalah kesehatan lebih awal (bila ada).

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Di hari pertama dan kedua kelahiran, bayi biasanya belum banyak minum. Itu karena ia masih beradaptasi dengan puting ibu, dan produksi ASI ibu juga belum begitu banyak.

Hal ini juga yang membuat bayi tidak banyak menghasilkan urine di dalam tubuhnya, dan popoknya juga cenderung kering sepanjang hari.

Nantinya, frekuensi buang air kecil pada bayi akan meningkat seiring dengan meningkatnya asupan susu ibu beberapa hari berikutnya, ditambah seringnya ibu menyusui bayinya setiap hari.

Setelah itu, bayi akan buang air kecil dengan normal setiap 1-6 jam atau menghabiskan 4-8 popok sekali pakai setiap harinya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Jangan heran bila Bunda melihat urine pertama atau kedua si kecil berwarna kuning tua, oranye, atau bahkan merah muda.

Warna ini pengaruh dari ekskresi produk limbah selama bayi berada di dalam kandungan yang dikenal sebagai asam urat di dalam urin, dan ini normal.

Artikel terkait: Penjelasan Dokter Anak Soal Warna Urine Bayi, yang Normal dan yang Perlu Diwaspadai

Jumlah Popok Basah pada Bayi Baru Lahir Usia 1 Minggu

Selama beberapa hari pertama, bayi mungkin tidak menerima banyak ASI sehingga mereka juga tidak banyak kencing.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kemudian, seiring berjalannya hari dan suplai ASI yang meningkat, bayi akan memproduksi lebih banyak urine.

Berikut ini gambarannya, melansir laman Verywell Family:

  • Hari 1: Bayi yang baru lahir akan buang air kecil untuk pertama kalinya dalam waktu 12 hingga 24 jam setelah lahir. Selama jam-jam awal dan hari-hari kehidupan, bayi yang disusui secara eksklusif mungkin tidak memiliki banyak popok basah.
  • Hari 2: Setidaknya Anda akan mengganti popok bayi sebanyak dua kali hari ini.
  • Hari 3–5: Bayi Anda menghabiskan setidaknya tiga hingga lima popok basah.
  • Hari 6 dan seterusnya: Bayi sudah buang air kecil secara rutin dan normal, dan sehari-harinya ia menghabiskan 6-8 popok setiap 24 jam.

Jumlah urine pada bayi baru lahir yang mengonsumsi ASI dan sufor tidak berbeda. Itu karena kemampuan bayi dalam menyusu (baik dari payudara langsung atau botol) belum terlalu baik, dan di usia ini mereka masih lebih banyak menghabiskan waktunya untuk tidur.

Kandung kemih bayi yang baru lahir juga masih sangat kecil, hanya mampu menampung sekitar 1 sendok makan (atau sekitar 15 mL) urine.

Artikel terkait: Urine Bayi Bau Menyengat? Inilah 3 Penyebabnya yang Perlu Diwaspadai

Apa Penyebab Bayi Tidak Kencing Lebih dari 6 Jam?

Lantas apa yang menjadi penyebab bayi tidak kencing lebih dari 6 jam, terutama pada bayi yang lebih besar? Ini berkaitan dengan jumlah cairan yang mereka minum.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Jumlah urine yang dihasilkan bayi tergantung pada jumlah cairan yang mereka minum. Berikut adalah beberapa penyebab bayi tidak kencing lebih dari 6 jam.

1. Musim

Biasanya musim panas dan iklim yang sangat dingin bisa saja membuat bayi tidak kencing lebih dari 6 jam. 

2. Bayi Demam

Demam juga dapat meningkatkan kehilangan cairan melalui kulit, sehingga meningkatkan risiko dehidrasi dan bayi tidak kencing lebih dari 6 jam.

Tidak minum cukup cairan (ASI atau susu formula) juga dapat menyebabkan warna urinenya semakin gelap dan pekat.

3. Dehidrasi

Dehidrasi terjadi ketika seorang anak memiliki terlalu sedikit cairan dalam tubuhnya. Hal lain yang menyebabkan anak dehidrasi adalah diare atau muntah (yang dapat disebabkan oleh gastroenteritis atau penyakit lain) karena mereka kehilangan lebih banyak cairan dan garam daripada yang dapat mereka ambil dengan minum.

Bayi yang berusia kurang dari 6 bulan mengalami dehidrasi jauh lebih cepat daripada anak yang lebih besar.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Urine yang sangat pekat (karena asupan cairan yang kurang) dapat menyebabkan urine tampak berwarna merah muda, dan ini sering kali membuat ibu salah mengartikannya sebagai darah dalam urine.

Dalam kasus seperti itu, ibu tidak perlu khawatir jika bayi mengompol setidaknya 4 popok sehari.

Jika frekuensi menyusui bayi meningkat setiap 2-3 jam sekali, bayi mungkin akan buang air kecil lebih banyak, dan Anda akan melihat popoknya basah lebih sering.

Sebaliknya, jika bayi lebih sering mengantuk atau tidur dan kurang minum, frekuensi kencingnya akan semakin rendah atau berkurang.

Artikel terkait: Inilah 5 Tanda si Kecil Kurang Minum Air Putih

Apa yang Harus Bunda Lakukan Jika Bayi Jarang Kencing?

Bunda harus mencari tahu apa penyebabnya dulu sebelum memberikan tindakan. Ini yang bisa Anda lakukan.

1. Terus Susui

Pada bayi yang masih mengonsumsi ASI atau sufor, Anda bisa menyusuinya lebih sering dari biasanya (setiap 1 hingga 2 jam) dan diberikan dalam jumlah yang lebih kecil (5 hingga 10 menit setiap kali).

Anda juga dapat memompa ASI dan memberikannya pada bayi dengan sendok, cangkir, atau botol.

Bayi yang menggunakan susu formula dapat terus meminum susu formula dengan kekuatan penuh secara teratur. Sementara pada bayi yang lebih besar, berikan ia ASI, sufor atau air putih, tetapi dalam jumlah yang kecil.

Bila sebelumnya bayi mengalami muntah, tunggu 30 hingga 60 menit setelah episode muntah sebelum menyusuinya. Atau, beri ia 1 sendok teh cairan setiap 2 hingga 3 menit.

2. Berikan Larutan Rehidrasi

Selain ASI dan sufor, Anda dapat memberikan bayi larutan rehidrasi oral (Oralit, Pedialyte, Ricelyte, Kao Lectrolyte atau vivity).

Solusi rehidrasi oral (oral rehydration solutions/ORS) ini dapat membantu mengganti cairan dan garam yang hilang melalui diare dan muntah.

Cairan seperti ini tersedia banyak di toko obat dan berikanlah sesuai dengan dosis bayi. Berhati-hatilah saat memberikan air putih atau jus encer, ASI, susu formula, atau larutan elektrolit kepada bayi berusia kurang dari 1 tahun karena dapat menimbulkan ketidakseimbangan yang berbahaya.

Oleh karena itu, perlu Anda mengonsultasikannya dengan dokter anak terlebih dulu.

3. Terus Amati Perkembangannya

Pantau dengan cermat pengeluaran urine si kecil, dan segera bawa ke dokter bila mengalami tanda-tanda mengkhawatirkan.

Artikel terkait: Penjelasan Dokter Anak Soal Warna Urine Bayi, yang Normal dan yang Perlu Diwaspadai

Kapan Bunda Harus Khawatir dan Membawanya ke Dokter?

Bila selama lebih dari 6 jam si kecil tidak menunjukkan tanda-tanda buang air kecil, ditambah ia mengalami gejala di bawah ini, segera konsultasikan dengan dokter anak Anda.

1. Bayi Tampak Dehidrasi

Dehidrasi bisa berbahaya bagi bayi dan membutuhkan perhatian medis segera.

Tanda-tanda dehidrasi pada bayi antara lain kurangnya air mata saat bayi menangis, titik lunak di kepala bayi yang cekung, bibir kering, jumlah popok basah yang berkurang (umumnya 6-8 popok dalam sehari), mata cekung, dan mulut kering.

2. Menolak Menyusu

Bayi yang sakit umumnya menolak menyusu. Bayi memiliki perut kecil yang perlu diberi makan dengan interval pendek, umumnya setiap 2-3 jam.

Mereka juga memiliki cadangan energi yang sangat sedikit. Jika bayi Anda tidak cukup makan, Anda harus menganggapnya sebagai situasi yang serius.

3. Kulit Terlalu Hangat atau Dingin

Bayi rentan terhadap hipotermia (suhu tubuh rendah) dan demam (suhu tubuh tinggi). Jika Bunda merasa tubuh bayi terlalu dingin atau terlalu hangat, ambil termometer dan periksa suhunya.

Suhu di atas 100,40F (380C) atau lebih tinggi dianggap demam, dan bila suhu tubuh bayi di bawah 97,70F (36,50C) dianggap hipotermia (suhu tubuh terlalu rendah). Bawa bayi segera ke dokter anak.

4. Perubahan pada Feses

Seperti tinja yang encer atau berair, keras atau sedikit, atau bayi mengalami sembelit.

5. Perubahan Perilaku

Misalnya bayi terus mengantuk dan sulit dibangunkan, lesu, floppy, atau terus menangis tanpa henti.

6. Ruam Kulit

Hubungi dokter anak Anda jika bayi Anda mengalami ruam di bagian tubuh mana pun.

7. Sulit Bernapas

Tandanya hidung tersumbat, napas cepat, lubang hidung melebar, mendengus, batuk, warna kulit kebiruan, atau retraksi tulang rusu. Bila bayi mengalami ini, segera bawa ke dokter anak.

8. Kotoran pada Mata atau Telinga

Kotoran berupa cairan lengket dari satu atau kedua mata, atau drainase telinga.

9. Keluar Darah

Entah itu dari ludahnya, hidung, feses, alat kelamin, atau pusar. Bayi perlu perhatian medis.

10. Penyakit Kuning

Ditandai dengan menguningnya kulit, mata, atau bagian dalam mulut.

Artikel terkait: Waspada Penyakit Kuning pada Bayi, Ini Ciri dan Cara Mengobatinya

Cara Memeriksa Popok Basah pada Bayi

Lantaran bayi baru lahir hanya mengeluarkan sedikit urine dan memungkinkan urine tersebut langsung terserap pada popoknya, sehingga sulit bagi ibu untuk mengetahui apakah popok bayi perlu segera diganti atau tidak.

Santai saja, Bunda, Anda tidak perlu memeriksanya setiap jam. Bila bayi sudah rutin pipis, Anda bisa mengganti popoknya setiap 2-3 jam sekali.

Atau, bila Anda ingin memastikan apakah popok si Kecil sudah perlu diganti atau belum, Anda bisa melakukan cara ini:

  • Sentuh bagian bawah pada lapisan ber-gel pada popok untuk mengecek kelembapannya. Anda akan bisa merasakan, apakah popok penuh atau tidak
  • Buka popok bayi, lapisi bagian dalamnya dengan tisu kering untuk melihat apakah ada urine yang terserap pada tisu. Jika iya, tandanya popok sudah perlu diganti.
  • Tuangkan 1 ons atau sekitar 30 ml atau 2 sendok makan air ke dalam popok yang bersih dan kering. Kemudian raba permukaannya dengan tangan Anda. Ini sebagai gambaran kepada Anda bahwa seperti itulah contoh popok yang dipipisi bayi satu kali.
  • Pada popok instan biasanya dilengkapi dengan indikator berupa garis yang akan berubah warna bila terkena urine.

***

 

Baca Juga:

8 Tanda Bayi Dehidrasi Ringan hingga Berat, Kapan Harus ke Dokter?

Dehidrasi pada Anak Apakah Bisa Sembuh Sendiri?

Begini Kondisi BAB Bayi Usia 0-6 Bulan, Parents Wajib Tahu!