Kondisi kesehatan si kecil dapat dinilai dari kebiasaan buang air besar (BAB). Itulah sebabnya, penting bagi Parents untuk selalu mengamati warna feses, aroma, hingga frekuensi BAB si kecil. Lantas, bagaimana jika bayi BAB terus, apakah perlu khawatir?
BAB terus-menerus bisa menjadi tanda adanya gangguan pencernaan yang dialami si kecil. Namun, untuk memastikan bahwa bayi benar-benar mengalami masalah dengan saluran pencernaannya, Parents harus mengetahui terlebih dahulu frekuensi buang air besar yang normal dan tidak normal pada bayi.
Frekuensi BAB Bayi yang Normal
Secara umum, frekuensi bayi berbeda-beda, terutama sangat dipengaruhi oleh usia dan asupan makanannya. Misalnya, bayi yang diberi ASI eksklusif memiliki pola BAB yang berbeda dengan bayi yang diberi susu formula.
Frekuensi BAB Bayi Baru Lahir
Bayi yang baru lahir akan mengeluarkan mekonium, yakni BAB berbentuk zat hitam lengket, dalam 24-48 jam pertama setelah ia lahir. Setelah sekitar tiga hari, BAB si kecil berubah menjadi tinja yang lebih ringan dan lebih encer, biasanya berwarna cokelat muda, kuning, atau kuning-hijau.
Artikel terkait: 12 Jenis BAB Bayi dan Pengaruhnya pada Kesehatan, Parents Wajib Tahu!
Frekuensi BAB Bayi yang Diberi ASI Eksklusif
Selanjutnya selama 6 minggu pertama kehidupannya, bayi yang diberi ASI eksklusif memiliki feses kuning, sekilas warna dan teksturnya mirip mustard.
Biasanya, bayi yang diberi ASI eksklusif memiliki feses yang cenderung encer dan tidak padat. Namun jangan khawatir, ya, Parents, ini bukan pertanda buruk. Sebaliknya, itu berarti bayi menyerap makanan dan zat gizi dari ASI.
Frekuensi BAB si kecil setidaknya 3 kali sehari, tetapi pada beberapa bayi frekuensinya mungkin hingga 4-12 kali. Setelah itu, bayi mungkin hanya buang air besar setiap beberapa hari.
Frekuensi BAB Bayi yang Diberi Susu Formula
Adapun bayi yang diberi susu formula, fesesnya berwarna cokelat muda atau kuning-hijau. Konsistensi feses bayi yang diberi susu formula mungkin sedikit lebih padat seperti selai kacang.
Sementara itu, frekuensi BAB bayi sekitar 1-4 kali per hari. Setelah satu bulan pertama, bayi hanya buang air besar satu kali per hari.
Frekuensi BAB Bayi yang Sudah Diberi Makanan Padat (MPASI)
Warna, frekuensi, dan konsistensi feses bayi akan berubah lagi setelah diperkenalkan dengan MPASI pada usia sekitar 6 bulan. Di fase ini, buang air besar akan lebih kental dan lebih terbentuk dengan frekuensi 1-2 kali BAB sehari.
Makanan yang Parents berikan kepada bayi juga akan memengaruhi warna fesesnya. Misalnya, wortel dan ubi jalar kuning dapat mengubah kotoran menjadi oranye, sedangkan kacang hijau dan kacang polong dapat mengubahnya menjadi hijau.
Parents mungkin juga akan mendapati makanan yang tidak tercerna sama sekali dan berakhir di popok dalam bentuk aslinya. Faktanya, pengenalan makanan padat dapat meningkatkan kemungkinan sembelit pada bayi.
Artikel terkait: Bayi ASI eksklusif jarang BAB? Ini fakta yang perlu Parents ketahui
Frekuensi BAB Bayi yang Tidak Normal
Setelah 1 bulan pertama, normal bagi bayi untuk buang air besar setiap kali ganti popok, tetapi juga tergolong normal jika bayi buang air besar hanya sekali setiap beberapa hari atau bahkan lebih lama.
Itulah mengapa, sangat penting mengamati konsistensi feses bayi, tidak hanya menilai frekuensi BAB saja.
3 Kali Sehari dan Feses Encer
Peningkatan tiba-tiba dalam jumlah BAB serta konsistensi feses yang berubah bisa menjadi tanda adanya masalah pencernaan. Jika si kecil buang air lebih dari tiga kali sehari dengan feses yang tampak encer atau sangat encer, itu merupakan tanda awal diare pada bayi.
6-9 Kali Sehari dengan Feses Encer atau Berair
Perlu Parents ketahui bahwa jika bayi mengeluarkan feses cair sekitar 6-9 sehari, itu artinya bayi mengalami diare dalam skala sedang.
Frekuensi BAB Bayi yang Tidak Normal: 10 Kali Sehari atau Lebih dan Feses Berair
Adapun diare berat pada bayi ditandai dengan frekuensi BAB cair yang mencapai 10 kali atau lebih dalam sehari.
Feses yang encer atau cair umumnya tidak menyebabkan dehidrasi. Sedangkan feses berair dan dikeluarkan dengan frekuensi sangat sering dapat menyebabkan bayi mengalami dehidrasi.
Penyebab Bayi BAB Terus
Ada beberapa hal yang bisa jadi penyebab mengapa terjadi perubahan pada pola BAB si kecil. Misalnya, beralih dari ASI ke susu formula atau mengubah jenis susu formula yang diberikan kepada bayi dapat menyebabkan perubahan jumlah, konsistensi, dan warna feses.
Jika bayi BAB terus, berikut ini sejumlah faktor yang bisa menjadi penyebabnya.
1. Sistem Pencernaan yang Belum Matang
Di bulan-bulan awal kehidupan bayi, ia dapat BAB lebih dari 5 kali sehari. Bayi yang diberi ASI bahkan bisa BAB hingga 10 kali dalam sehari atau setiap kali setelah disusui.
Kondisi tersebut bisa terjadi karena sistem pencernaan bayi yang belum matang sempurna. Saat makanan masuk ke dalam lambung, terjadi refleks gastrokolik yang menyebabkan usus besar berkontraksi.
Bayi yang diberi susu formula kemungkinan juga akan BAB setiap selesai makan pada minggu-minggu pertama kehidupannya. Ini semua ada kondisi yang tergolong normal.
Parents tak perlu khawatir berlebihan, selama feses tampak lunak, tidak cair atau tidak keras. Itu berarti tidak ada masalah dengan pencernaan si kecil. Bayi yang sehat akan tampak ceria dan berat badannya akan terus bertambah.
2. Bayi Mengalami Diare Akut
Tak menutup kemungkinan, bayi BAB terus merupakan pertanda diare. Bayi dikatakan diare jika fesesnya tampak encer atau berair dengan frekuensi BAB lebih sering dari biasanya.
Diare sendiri disebabkan berbagai faktor yang berbeda-beda. Bisa jadi karena kontaminasi kuman atau pengaruh asupan makanan.
Adapun penyebab diare akut, antara lain:
- Virus (seperti Rotavirus), infeksi virus pada usus yang merupakan penyebab paling umum diare.
- Bakteri (seperti Salmonella), sering kali menyebabkan feses mengandung bercak darah.
- Pengaruh antibiotik, banyak antibiotik menyebabkan diare ringan. Jika ini dialami si kecil, tetap berikan antibiotik dan hubungi dokter jika ada gejala serius yang terjadi.
3. Bayi Mengalami Alergi Susu Sapi
Kemungkinan lain bayi mengalami diare berulang karena alergi susu sapi. Alergi ini dapat menyebabkan feses yang encer dan berlendir pada bayi hingga mengandung darah. Kondisi ini umumnya dimulai dalam 2 bulan pertama kehidupan bayi. Konsultasikan dengan dokter jika Parents menduga bayi mengalami alergi susu sapi.
4. Intoleransi Laktosa pada Bayi
Laktosa adalah gula alami yang terdapat dalam susu. Namun, sebagian bayi tidak dapat menyerap laktosa. Akibatnya, bakteri usus mengubah laktosa menjadi gas. Gejala utama intoleransi laktosa adalah terasa banyak gas, feses encer, dan perut kembung.
Artikel terkait: Bayi tidak BAB berhari-hari, apa yang harus Parents lakukan?
Apakah Bayi BAB Terus Selalu Pertanda Diare?
Saat mendapati bayi BAB lebih sering, Parents mungkin merasa cemas jika ada yang tidak beres dengan pencernaan si kecil. Namun, seperti yang sudah disinggung di atas, ada berbagai faktor yang bisa menyebabkan bayi frekuensi BAB si kecil meningkat.
Tidak selamanya bayi BAB terus merupakan pertanda diare. Terutama jika feses bayi tampak normal dan tidak cair atau tidak mengandung lendir. Jadi, pastikan Parents selalu mengamati popok si kecil dengan teliti, ya.
Tanda BAB Bayi yang Harus Diwaspadai
Dalam beberapa kasus, warna feses yang tidak biasa bisa menjadi tanda masalah medis. Waspada jika feses bayi memiliki tanda-tanda seperti:
- Feses berwarna hijau kehitaman setelah bayi berusia 5 hari, kotoran mekonium kehitaman seperti tar seharusnya tidak ada lagi setelah hari kelima kehidupan si kecil.
- Kotoran berwarna hitam, bisa menandakan adanya pendarahan dari dalam saluran pencernaan.
- Feses putih, abu-abu, atau tidak berwarna, meskipun jarang, ini bisa menjadi tanda adanya masalah pada hati atau kantong empedu.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera hubungi dokter atau pusat kesehatan terdekat jika bayi mengalami gejala berupa:
- Bayi BAB terus hingga 6 kali atau lebih dengan feses yang encer dalam 24 jam terakhir.
- Usia kurang dari 1 bulan, mengalami 3 kali atau lebih BAB cair dalam 24 jam terakhir.
- Tampak dehidrasi, ditandai tidak adanya urine dalam lebih dari 8 jam, urin gelap, mulut sangat kering dan tidak ada air mata.
- Terdapat darah dalam feses.
- Sakit perut terus menerus yang berlangsung lebih dari 2 jam.
- Muntah 3 kali atau lebih.
- Demam di atas 40° C.
- Bayi tampak lemah atau kesakitan.
Nah, itulah ulasan seputar kondisi BAB bayi yang normal dan tidak normal. Bayi BAB terus tidak selamanya merupakan pertanda diare. Jadi, pastikan Parents selalu mengecek penampakan feses bayi setiap kali menggantikan popoknya.
Baca juga:
Tutupi bau menyengat BAB bayi Anda dengan 5 cara ampuh ini
Mengapa Bayi Susah BAB dan Bagaimana Cara Mengatasinya?
6 Cara Mudah Mengatasi Susah BAB Bayi Umur 1 Bulan, Cek Parents!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.