Penyakit Batu Empedu - Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati

Penyakit batu empedu banyak dialami oleh perempuan. Berikut cara mengenali dan mengobatinya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penyakit batu empedu atau cholelithiasis merupakan gangguan saluran cerna yang paling banyak ditemukan. Kondisi ini mengenai 10-15 persen populasi dewasa di negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa Utara, serta lebih banyak dialami perempuan.

Sebagian besar individu dengan penyakit ini memang tidak bergejala, dan karenanya tidak membutuhkan pengobatan. Namun pada sebagian kasus, batu empedu dapat menimbulkan nyeri atau komplikasi lain yang membutuhkan penanganan khusus.

Kandung empedu adalah sebuah kantong berbentuk buah pir dengan panjang sekitar 7,5 sampai 15 sentimeter. Berlokasi di sisi perut kanan atas di bawah organ hati, kantong ini terhubung dengan hati dan usus halus melalui saluran empedu.

Artikel terkait: Penyakit SARS – Gejala, Penyebab, Cara Mengobati

Fungsinya yakni menyimpan empedu, cairan berwarna coklat kehijauan yang dihasilkan oleh hati. Selain membawa sisa-sisa metabolisme hati, cairan empedu juga diperlukan untuk mencerna makanan berlemak serta menyerap vitamin larut lemak seperti vitamin A, D, E, dan K. 

Batu empedu merupakan massa padat seperti kerikil yang terbentuk di dalam kandung empedu. Ukurannya bisa hanya sebesar bintik kecil hingga sebesar kandung empedu itu sendiri, tetapi sebagian besar berdiameter kurang dari 2,5 cm.

Berdasarkan komponen pembentuk utamanya, dikenal dua tipe yaitu batu kolesterol (80 persen) atau batu pigmen (20 persen). Tipe batu empedu ini penting diketahui karena memengaruhi pilihan dan respons terhadap pengobatan. 

Gejala Penyakit Batu Empedu

Sekitar 80 persen individu dengan penyakit ini tidak mengalami gejala apapun atau disebut mengalami “silent gallstones”. Kelainan biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) atau CT scan yang dilakukan untuk tujuan lain.

Batu empedu yang seperti ini biasanya tak perlu diobati karena bersifat ringan. Sebaliknya, pengangkatan kandung empedu justru berisiko.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Bila bergejala, penyakit ini akan memicu nyeri di bagian perut kanan atas, persis di bawah tulang iga. Kadang-kadang, nyeri terasa di ulu hati atau di bagian bawah dada sisi kanan, di mana ini mirip seperti nyeri akibat serangan jantung.

Nyeri juga dapat dirasakan di bahu kanan atau di bagian punggung, tepatnya di antara dua tulang belikat. Durasi nyeri berlangsung antara 15 menit hingga 1-2 jam, dan bisa disertai demam atau keringat dingin, mual, dan muntah.

Pada sebagian individu, timbulnya nyeri kerap dipicu oleh konsumsi makanan, khususnya yang berlemak. Namun pada sebagian lainnya, nyeri timbul tanpa didahului konsumsi makanan, serta terjadi pada tengah malam atau dini hari sehingga mengganggu tidur.

Setelah gejala pertama muncul, gejala ulangan dan gejala-gejala lain akan menyusul di kemudian hari selama belum diobati. Gejala ulangan biasanya lebih berat dan kadang-kadang berhubungan dengan komplikasi. Seperti kekuningan pada mata dan kulit (jaundice), infeksi kandung empedu (cholecystitis), infeksi saluran empedu (cholangitis), dan peradangan pankreas (pancreatitis).

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Mengenal Delirium, Gejala Baru Pasien COVID-19 yang Patut Diwaspadai!

Faktor Penyebabnya

Sampai saat ini, belum diketahui dengan pasti mengapa batu empedu bisa terbentuk. Namun, berbagai studi mendapati bahwa penyakit ini berkembang pada individu dengan kadar kolesterol dan/atau kalsium yang sangat tinggi dalam cairan empedu. Ada pula sejumlah faktor risiko yang meningkatkan kerentanan seseorang mengalami penyakit ini.

1. Jenis Kelamin

Penyakit ini lebih banyak dialami oleh perempuan. Antara usia 20 dan 60 tahun, perempuan tiga kali lipat lebih berisiko mengalami batu empedu ketimbang laki-laki.

2. Usia

Risiko penyakit meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Kondisi ini sangat jarang ditemukan pada anak-anak dan semakin sering terutama setelah usia 40 tahun.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

3. Riwayat Keluarga dan Faktor Genetik

Adanya riwayat penyakit yang sama pada satu anggota keluarga meningkatkan risiko anggota keluarga lain untuk mengalaminya. Ini menunjukkan bahwa faktor genetik berperan dalam terjadinya batu empedu.

4. Faktor Lainnya

Kondisi-kondisi lain yang meningkatkan risiko penyakit ini, yakni kehamilan, penggunaan obat-obatan yang mengandung estrogen (seperti pil KB), kegemukan, sering berpuasa. Lalu, penurunan berat badan yang drastis, kurang berolahraga, diabetes mellitus, anemia sel sabit dan penyakit-penyakit yang menyebabkan sel darah merah cepat hancur, sirosis hati, dan obat-obatan tertentu.

Dalam mendiagnosis penyakit ini, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yakni menentukan apakah memang betul ada batu empedu dan menentukan bila memang batu empedu tersebut yang menimbulkan gejala.

Penyakit ini umumnya ditemukan melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG). Namun demikian, ditemukannya batu empedu tak selalu berarti itu yang menyebabkan gejala. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pemeriksaan lain bila ada keraguan apakah betul batu empedu yang menimbulkan gejala.

Artikel terkait: Perempuan Lebih Rentan Mengalaminya, Ini Gejala dan Faktor Risiko Penyakit Lupus

Cara Mengobati Batu Empedu

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Secara umum, ada tiga pilihan pengobatan bagi individu dengan penyakit ini. Pilihan terbaik bergantung pada situasi masing-masing individu.

1. Konservatif

Tidak dilakukan pengobatan apapun, hanya tunggu dan amati.

2. Pembedahan

Tindakan mengangkat kandung dan batu empedu disebut dengan cholesystectomy. Prosedur ini dilakukan di dalam ruang operasi dan umumnya tidak menimbulkan komplikasi yang serius.

Akan tetapi, sekitar 50 persen individu dapat mengalami gangguan pencernaan seperti diare, sering buang angin, dan kembung setelahnya. Pada sebagian besar individu, keluhan-keluhan ini bersifat ringan dan akan membaik seiring dengan waktu.

3. Non Pembedahan

Jenis pengobatan ini bertujuan untuk menghilangkan batu tanpa mengangkat kandung empedu. Utamanya, pada mereka yang tidak bisa menjalani tindakan pembedahan cholesystectomy. Pengobatan dilakukan dengan:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • Mengonsumsi pil asam empedu (ursodeoxycholic acid atau ursodiol). Obat ini dapat melarutkan batu empedu tipe kolesterol yang berukuran kecil. Kurang lebih dua per tiga individu yang mengonsumsinya bebas gejala dalam waktu 2-3 bulan setelah memulai pengobatan. Namun demikian, membutuhkan beberapa tahun hingga penyakit ini betul-betul hilang. Secara umum, obat ini tergolong aman untuk jangka panjang meski sebagian individu dapat mengalami diare ringan yang bersifat sementara.
  • Extracorporeal shock wave lithotripsy atau ESWL. Terapi ini banyak digunakan untuk meluruhkan batu ginjal. Namun, kini mulai digunakan pula untuk batu tipe kolesterol dengan ukuran yang lebih besar. Dengan ESWL, batu empedu dipecah-pecah menjadi fragmen yang lebih kecil, kurang lebih menyerupai pasir, sehingga menjadi lebih mudah larut saat dikombinasi dengan konsumsi pil asam empedu. Terapi ini paling efektif pada individu dengan berat badan normal, jumlah batu empedu kurang dari tiga, dan fungsi kandung empedu masih baik. Angka keberhasilan mencapai 90-100 persen pada individu dengan 1 batu dan hingga 67 persen pada individu dengan 2-3 batu.

4. Percutaneous Cholesystostomi

Terapi ini dilakukan pada individu yang berisiko tinggi terhadap operasi pengangkatan batu empedu (cholecystectomy). Tujuannya memperbaiki drainase cairan empedu melalui pemasangan selang kateter ke dalam kandung empedu.

Batu empedu yang telah diobati baik melalui terapi pembedahan maupun non pembedahan tetap dapat kambuh. Namun, peluang kekambuhan lebih besar pada yang menjalani terapi non pembedahan. Ini karena kandung empedu tidak diangkat.

Pada sekitar 50 persen individu yang mengonsumsi pil asam empedu, batu dapat kembali terbentuk dalam lima tahun pertama sejak memulai pengobatan. Namun, gejalanya bisa jadi tidak muncul dan tidak membutuhkan pengobatan ulang.

Untuk mencegah kekambuhan batu empedu, sebaiknya pertahankan berat badan di rentang yang sehat. Ini dapat dicapai dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan berolahraga paling sedikit selama 30 menit setiap hari.

Baca juga:

Pola Hidup Sehat Sebagai Resolusi Tahun Baru

Penting! 7 Kiat Menjaga Pola Makan Selama Pandemi Agar Tetap Sehat

Ciri-ciri Stroke pada Anak, Apa Saja Penyebab dan Cara Mengatasinya?