Dunia Twitter sempat ramai akibat sebuah video batu empedu yang akhirnya viral lantaran diduga sebagai boba.
Awalnya, video tersebut dibagikan oleh akun Instagram @justgeneralsurgeon dan menjadi viral di tanah air saat video tersebut dibagikan ulang lewat Twitter oleh pemilik akun bernama Rifqa.
Unggahan tersebut menarik banyak perhatian. Telah disukai sebanyak 11.400 kali dan telah disebarluaskan ulang (retweet) sebanyak 7.400 kali oleh pengguna Twitter lain.
Viralnya video tersebut pada akhirnya sampai juga ke ranah WhatsApp dan Facebook. Namun, tidak diketahui siapa pencetusnya, video yang beredar disertai dengan informasi yang salah sehingga membuat banyak masyarakat resah.
Butiran yang ada di kantong empedu diklaim sebagai boba, isian minuman bubble tea yang terbuat dari tepung tapioka. Dilansir dari laman Cek Fakta Tempo, narasi yang beredar di WhatsApp adalah, “Minuman yang mengandung bubble nggak bisa dicerna. Share biar semua tahu“.
Sementara pesan yang dibagikan di Facebook bertulisakan, “Hasil operasi usus buntu dan didapatkan bubble tea yang tidak bisa hancur. Kurangi konsumsi bubble tea sebelum terlambat.”
Batu empedu menyerupai boba: Klarifikasi dan penjelasan dokter
Video kantong empedu itu awalnya diunggah oleh akun Instagram @justgeneralsurgeon. Pemilik akun tersebut adalah Kenichi Miyata, seorang dokter bedah yang bekerja di pusat medis Adventist Health Sonora, California, Amerika Serikat.
Sebelum mengunggah video kantong empedu, dia memang dikenal rutin membagikan aktivitas profesionalnya. Video kantong empedu yang viral itu pertama kali ia bagikan pada 9 Januari 2020.
Tidak hanya itu, ia juga menuliskan keterangan “bag of boba” dan sejumlah tagar gall bladder surgery (operasi kantong empedu) serta gall stone (batu empedu). Keterangan yang Miyata tulis itulah yang kemudian menjadikan publik salah paham.
Untuk meluruskan hal tersebut, Miyata kembali mengunggah video klarifikasi melalui IGTV di Instagram.
Minyata menjelaskan, ia menulis keterangan ‘bag of boba’ dalam video karena dirinya merasa butiran atau batu empedu yang ada di kantong empedu itu sangat mirip dengan boba. Padahal, sebenarnya butiran hitam itu tentu saja bukan boba, melainkan batu empedu.
“Saya tidak menyangka video kantong empedu yang saya unggah akan viral, terutama di Asia Tenggara. Batu-batu empedu itu mengingatkan saya pada salah satu minuman kesukaan saya, yakni boba tea. Sayangnya, karena keterangan yang saya tulis (di video tersebut), beberapa orang jadi salah paham akan hal ini,” ungkapnya dalam video klarifikasi.
Bersamaan dengan video klarifikasi tersebut, Miyata juga menuliskan keterangan sebagai berikut:
“Video ‘bag of boba’ yang saya unggah viral. Tapi viralnya bukan karena saya terlihat seksi, melainkan orang mengira kalau isi butiran kantong empedu itu adalah boba beneran. Semoga video ini bisa menjelaskan kalau butiran boba tidak akan mungkin bisa sampai di kantong empedu.”
View this post on Instagram
A post shared by Dr. Miyata (@justageneralsurgeon) on
Penjelasan mengenai kantong empedu
Dalam video klarifikasi tersebut, Miyata juga menjelaskan bahwa fungsi utama kantong empedu adalah menyimpan empedu yang dibuat oleh hati. Sedangkan fungsi empedu sendiri adalah untuk membantu tubuh dalam memecah serta mencerna lemak makanan.
Terkadang, dalam kantong empedu itu akan terbentuk butiran yang dinamakan batu empedu akibat ketidakseimbangan salah satu komponen yang kemudian membentuk endapan empedu. Pada saat itulah, seseorang bisa saja mengeluh sakit di perut bagian atas setelah makan makanan berlemak atau pedas.
Pemaparan Miyata juga selaras dengan penjelasan Ari Fahrial Syam, dokter spesialis penyakit dalam dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Menurutnya, batu kantong empedu juga termasuk salah satu gelaja utama dari peradangan empedu.
Semakin tinggi usia, maka semakin tinggi juga risiko terkena batu empedu. Biasanya, risiko ini meningkat ketika seseorang memasuki usia 40 tahun ke atas.
“Risiko terjadinya batu kantong empedu di antaranya adalah obesitas, diabetes mellitus, pasien dengan sindrom metabolik yaitu dengan obesitas, kadar kolesterol HDL yang rendah, trigliserida yang tinggi, tekanan darah tinggi, dan gula darah tinggi,” ungkap Ari seperti yang dilansir dari laman Kompas.
Untuk pengobatan, beberapa kasus peradangan kantong empedu memang memerlukan operasi. Namun, pasien dengan peradangan kantong empedu dalam kategori ringan atau tanpa keluhan, biasanya tidak perlu melakukan operasi.
Artikel terkait : Viral ratusan bubble tea bersarang di tubuh gadis kecil, amankah minuman ini untuk anak?
Boba tidak bisa masuk ke dalam kantong empedu
Lebih lanjut, Miyata menjelaskan, pencernaan makanan juga berada dalam saluran yang berbeda dengan empedu. Saluran pencernaan makanan ada di lambung, usus kecil, usus besar, serta rektum. Jadi, mustahil jika kantong empedu bisa terisi dengan boba.
Meski demikian, boba juga berpotensi tersangkut dan menganggu jalannya pernapasan. Jenis makanan manis tersebut juga sebaiknya dikunyah terlebih dahulu sebelum ditelan. Pasalnya, seperti yang dilansir dari Tempo, baru-baru ini ada yang mengalami sumbatan usus karena menelan boba utuh dan boba tersebut menggumpal.
Miyata melanjutkan, “Sebenarnya jarang ada orang yang akan menelan langsung boba tanpa dikunyah terlebih dulu. Kalau ada, mereka kayaknya butuh psikiater. Kunyah dulu boba untuk menikmati rasanya sebelum ditelan biar lebih aman.
“Kesimpulannya, boba itu makanan manis yang aman dikonsumsi jika dalam batas wajar. Jadi, kawan-kawan Asia Tenggara, kalian masih bisa menikmati boba tea,” ungkap Miyata mengakhiri video klarifikasi seraya menikmati boba tea.
***
Baca juga:
Alergi dingin pada anak, bagaimana gejala dan penanganannya?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.