Jumlah balita pasien COVID-19 memang tak sebanyak orang dewasa, tapi orangtua harus tetap waspada. Mengingat daya tahan tubuh anak masih dalam tahap tumbuh kembang, sehingga Virus Corona dapat memperburuk kondisi mereka dengan cepat dan fatal.
Anna Zimmermann, ibu yang sekaligus dokter Neonatal di Colorado, Amerika Serikat, membagikan pengalamannya ketika sang buah hati terinfeksi COVID-19. Putranya yang bernama Lincoln, berumur 4 tahun, adalah pasien anak pertama yang terjangkit COVID-19.
Kisah Perjuangan Lincoln, Seorang Balita Pasien COVID-19
Lincoln ketika dirawat (Foto: Might Littles)
Bermula pada 21 Maret 2020, Lincoln mengalami gejala flu. Beberapa kali anak laki-laki itu bersin. Keesokan harinya, gejalanya bertambah, dia mengalami hidung tersumbat dan batuk ringan.
“Dia tidak demam dan aku tidak terlalu khawatir, kukira dia terkena flu biasa,” kata Anna.
Lalu, pada 27 Maret 2020 Lincoln mengalami demam tinggi hingga 40°C. Anna membawanya ke dokter spesialis anak dan sang bocah didiagnosis pneumonia. Dokter memberikan antibiotik dan oksigen selama 48 jam di rumah
Tiga hari setelahnya, alih-alih membaik, kondisi Lincoln justru memburuk. Dia membutuhkan bantuan oksigen lebih banyak dan dilarikan ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Lincoln mendapat perawatan seperti pasien COVID-19, meski saat itu hasil tesnya belum keluar. Anna pun menyadari dirinya akan ikut diisolasi dan tak dibolehkan keluar sampai hasil tes swab putranya dinyatakan negatif.
“Sesampainya di rumah sakit Lincoln membutuhkan oksigen 2 liter, lalu saat malam bertambah jadi 4 liter, keesokan harinya dia butuh 6 liter, lalu 9 liter. Dia terlihat sulit sekali bernapas,” ujar Anna.
“Dia menggunakan semua otot dada, perut, dan leher untuk membantunya bernapas. Sebagai dokter aku tahu dia sangat kesulitan bernapas. Sebagai ibu melihatnya berjuang seperti itu sangat menyiksaku,” sambungnya.
Dua hari di rumah sakit, hasil pemeriksaan laboratorium Lincoln keluar. Dari uji CBC yang menghitung darah lengkapnya, tubuh Lincoln tidak menunjukkan tanda-tanda klasik infeksi COVID-19.
Selain itu, rontgen dada Lincoln terlihat cukup bagus dan kadar CRP maupun Procalcitoninnya tidak meningkat secara signifikan. Anehnya, meski dinyatakan negatif COVID-19, tapi kondisi Lincoln terus bertambah buruk dan pernapasannya sangat terganggu.
Lincoln Dinyatakan Positif COVID-19
Lincoln bersama ibunya, Anna (Foto: Might Littles)
Akan tetapi, semuanya terjawab saat ada dokter yang mendatangi Anna pada malam kedua.
“Sekitar jam 7 malam seorang dokter jaga mendatangiku dan menyampaikan kabar Lincoln positif COVID-19. Saat itu juga aku tak kuasa menahan tangisku. Pikiranku kacau, aku berpikir bagaimana bisa? Aku tidak mengerti, aku sudah sangat melindungi anak-anakku. Aku mulai ketakutan melihat kondisi anakku,” kata Anna.
Sejak 12 Maret 2020 Lincoln dan dua saudarinya tak pernah meninggalkan rumah sekalipun. Mereka tak pernah main ke rumah tetangga, tidak juga bermain bersama teman-teman sekolahnya.
“Suamiku ke Costco (pertokoan) sekali, dan aku pergi ke Target (pertokoan) sekali. Kami bahkan tak pernah membiarkan anak-anak untuk menyeberang jalan ke rumah temannya. Kami tahu bahayanya virus ini, dan aku yakin sudah melindungi anak-anakku dengan benar,” ungkap Anna.
Tapi inilah kenyataannya. Lincoln sudah terinfeksi COVID-19 dan harus menjalani perawatan super intensif di rumah sakit. Saat dirawat, Lincoln bisa tidur selama 16 jam sehari.
Perjuangan Membuahkan Hasil dan Mulai Ada Kemajuan
Lincoln ketika rawat jalan di rumah (Foto: Might Littles)
Memasuki hari kelima, balita pasien COVID-19 ini mulai menunjukkan kemajuan. Kebutuhan oksigennya mulai berkurang dari yang sebelumnya 9 liter menjadi 4 liter.
“Tapi batuk masih membuatnya tersiksa. Kadang dia batuk berdahak, kadang dia tampak seperti tercekik dan kekurangan oksigen. Kalau sudah begitu, saturasi oksigennya mulai menurun, dan jantungnya memompa lebih kencang,” tutur Anna.
Sebagai seorang ibu sekaligus dokter, Anna tak bisa menyembunyikan kesedihannya saat sang anak berkata, “Mama kapan batuk ini akan berhenti?”, “Mama, ini semua (obat-obatan) nggak berguna.”, “Mama, sepertinya aku tidak akan pulang lagi ke rumah.”
Demi melihat anaknya yang sakit dan mendengarnya merintih, Anna sungguh tersiksa. Selama menemani Lincoln dirawat di rumah sakit, Anna meninggalkan dua putrinya bersama sang suami di rumah.
“Aku beruntung karena banyak orang yang peduli dengan keluargaku. Teman-teman kami mengirimkan makanan ke rumah, bahkan mengirim peralatan mandi ke rumah sakit,” kata Anna.
Pada hari ketujuh, Lincoln akhirnya diizinkan melanjutkan perawatan di rumah. Mereka pulang dengan membawa suplai tangki oksigen dan kompresornya. Anna memantau kebutuhan oksigen untuk Lincoln hingga benar-benar tak membutuhkannya lagi.
“Sekitar seminggu di rumah, aku mulai mencoba melepas selang oksigennya untuk 2 jam, lalu keesokan harinya dilepas selama 4 jam. Begitu seterusnya hingga hari ke-12 Lincoln benar-benar bisa bernapas tanpa selang oksigen,” jelas Anna.
Sepulang dari rumah sakit, Lincoln masih harus menjalani isolasi mandiri di rumah.
“Dia beristirahat di kamarnya dan saudari-saudarinya hanya bisa memberikan pelukan jarak jauh dari depan pintu. Kami juga ketat untuk membiasakan anak-anak mencuci tangan dan membatasi kontak fisik. Syukurlah Lincoln semakin pulih, dia makan banyak, mulai aktif bermain di halaman, lebih banyak tersenyum, dan itu membuat kami bahagia,” terang Anna.
Anna berharap ada banyak orang tua yang bisa mengambil pelajaran dari perjuangan Lincoln melawan COVID-19.
Parents, itulah kisah balita pasien COVID-19. Semoga anak-anak kita semua jauh dari paparan Virus Corona.
Sumber: Kumparan
Baca juga:
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.