Penggunaan rokok elektrik (vape) di Indonesia semakin diminati oleh pasar. Padahal, bahaya vape atau rokok elektrik ini seharusnya tidak boleh diabaikan masyarakat, khususnya kalangan muda yang kerap menggunakannya.
Rokok elektrik diperkenalkan pada tahun 2007 dan semakin populer sejak saat itu, terutama di kalangan anak muda. National Institutes of Health melaporkan bahwa menggunakan vape (vaping) di kalangan siswa sekolah menengah atas meningkat dua kali lipat dari 11 persen pada tahun 2017 menjadi 21 persen pada tahun 2018.
Akan tetapi, banyak orang dewasa juga melakukan vaping. Sebuah studi tahun 2018 di Annals of Internal Medicine menemukan bahwa 11 juta orang dewasa AS pada tahun 2016 menggunakan rokok elektrik.
Berbeda dengan rokok konvensional yang menggunakan tembakau sebagai bahan utama, vape memang tidak mengandung zat berbahaya, seperti tar dan karbon monoksida. Namun, bukan berarti vape lebih aman dibandingkan rokok konvensional.
Vape justru memiliki kandungan zat kimia berbahaya, seperti nikotin, asetaldehida, akrolein, propanal, formaldehida, logam berat dan diasetil, yang hampir sama dengan rokok konvensional.
Banyak orang berpikir vaping tidak lebih bahaya dibanding merokok. Meskipun benar aerosol dari rokok elektrik tidak mencakup semua kontaminan dalam asap tembakau, tetapi vape tetap tidak aman.
5 Bahaya Vape atau Rokok Elektrik untuk Kesehatan
1. Meningkatkan Risiko Peradangan Paru-Paru
Rokok elektrik tetap memiliki kandungan nikotin yang dapat meningkatkan risiko peradangan pada paru-paru dan mengurangi kemampuan jaringan pelindung di paru untuk melindungi organ paru.
Dilansir dari John Hopkins Medicine, berdasarkan kandungan bahan tambahan pada rokok elektronik juga bisa menimbulkan risiko kesehatan. Diasetil yang terkandung di vape dapat menyebabkan munculnya penyakit bronchiolitis obliterans, atau lebih dikenal sebagai paru-paru popcorn (popcorn lung). Kondisi langka tersebut diakibatkan oleh kerusakan saluran udara kecil di paru-paru.
Selain itu, vitamin E asetat yang ada pada beberapa jenis rokok elektronik juga diduga kuat dapat menyebabkan kerusakan paru-paru yang disebut dengan e-cigarette, or vaping, product use-associated lung injury (EVALI). Kondisi ini menyebabkan nyeri dada dan sesak napas yang bisa berakhir dengan gagal napas.
Artikel terkait: Lagi, dua ibu bagikan kisah anak meninggal dan sakit karena asap rokok
2. Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung
Nikotin menyebabkan peningkatan tekanan darah, detak jantung, aliran darah ke jantung, dan penyempitan arteri. Ini juga dapat berkontribusi pada pengerasan dinding arteri atau arteriosclerosis, yang dapat berperan dalam serangan jantung. Lantaran banyak perangkat vaping digunakan untuk nikotin, masuk akal bahwa vaping juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.
Robert Goldberg, MD, ahli paru di Mission Community Hospital, Mission Viejo, California mengatakan, penelitian awal menunjukkan bahwa vaping dapat dikaitkan dengan risiko stroke, serangan jantung, dan penyakit jantung yang lebih tinggi.
3. Rokok Elektrik atau Vape Sama Adiktifnya dengan Rokok Konvensional
“Nikotin adalah bahan kimia yang sangat adiktif,” kata Dr. Goldberg. Dan meskipun dapat bervariasi, vaping dapat memberikan lebih banyak nikotin per inhalasi daripada rokok konvensional. “Jumlah dalam satu isapan dari perangkat vaping lebih besar daripada dalam satu isapan dari sebatang rokok,” ucap Dr. Goldberg.
Banyak perusahaan vaping menggunakan nama yang menyenangkan dan menciptakan rasa buah seperti Fruity Freeze dan So Berry Good untuk menarik anak-anak dan membuat mereka bergantung pada perangkat. Sering kali pengguna muda tidak menyadari bahwa perangkat tersebut bahkan mengirimkan nikotin.
“Perusahaan melihat tambang emas. Jika mereka dapat mengaitkan populasi baru dengan nikotin, mereka akan memiliki pelanggan seumur hidup,” kata Dr. Goldberg.
Artikel terkait: Dampak Asap dan Residu Rokok Pada Anak; Memicu Perilaku Agresif dan Anti Sosial
4. Berpotensi Meningkatkan Risiko Terkena Kanker
Kanker jelas menjadi perhatian, mengingat vaping tetap memasukkan sejumlah bahan kimia ke dalam paru-paru. Kandungan formaldehida yang terdapat dalam vape bersifat karsinogenik, sehingga bila dihirup dalam jangka waktu lama, dapat memicu munculnya sel-sel kanker.
Akan tetapi, para pakar mengatakan bahwa masih perlu waktu lebih lama untuk mempelajari lebih lanjut mengenai apakah vape benar dapat menyebabkan kanker atau tidak.
Artikel terkait: Kisah Pilu: Bayi Meninggal karena Asap Rokok di Acara Aqiqah, Peringatan bagi Semua Perokok
5. Dapat Menunda Perkembangan Otak pada Janin, Anak-Anak, dan Remaja
Pada ibu hamil, penggunaan vape secara aktif maupun pasif (terpapar asap vape dari orang lain) dapat membahayakan janin di dalam kandungannya. Pasalnya, paparan nikotin dan zat berbahaya lain di dalam vape dapat mengganggu perkembangan janin.
Sedangkan pada anak-anak, paparan nikotin dari vape dapat mengganggu perkembangan otaknya serta memengaruhi daya ingatnya sehingga dapat membuat lebih sulit untuk belajar dan berkonsentrasi.
Nah, Parents, demikian 5 bahaya vape atau rokok elektrik yang dapat merugikan kesehatan, baik diri sendiri maupun untuk keluarga tercinta di sekitar kita. Walau masih belum banyak penelitian mengenai penggunaan vape ini, tetapi alangkah baiknya jika kita dapat bijak dalam menggunakannya demi kesehatan dan kesejahteraan kita semua.
Baca juga:
Rokok Elektrik Bisa Sebabkan Kematian Mendadak pada Bayi, Waspada!
Ajak Anak Main Asap Rokok Elektrik, Raffi Ahmad dan Nagita Banjir Kritik
Tingkatkan Risiko Stillbirth, Ini Bahaya Rokok Bagi Janin yang Harus Diwaspadai
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.