Sosok dan kehadiran ayah sepatutnya bisa menjadi pelindung dan pemberi kasih sayang pada setiap anaknya. Namun tidak bagi pria yang satu ini. Kejadians seorang ayah cabuli anak tiri belum lama ini terjadi di Kalimantan Tengah.
Meski menjadi ayah sambung, tetap saja peran dan tanggung jawab ayah tak ada bedanya. Memberikan rasa aman menjadi satu dasar yang harus ditunjukkan pada anak.
Namun, malang nasib seorang anak yang kesuciannya justru direnggut oleh sang ayah sambung. Kejadian miris itu pun dilakukan di bawah tekanan dan penuh ancaman. Sang ayah sambung tega melecehkan sang anak di hutan disertai dengan ancaman kekerasan.
Kronologis Ayah Cabuli Anak Tiri di Hutan
Ia adalah laki-laki berinisial A yang berumur 33 tahun asal Lamandau yang tega mencabuli anak gadis sambungnya. Perilaku bejatnya tidak dilakukan di dalam rumah, melainkan di tempat sepi seperti hutan.
Korban pun memberikan kesaksian atas perbuatan tak senonoh yang dialaminya. Menurutnya, pelaku mulanya mengajak korban untuk melihat jerat di hutan.
Sesampainya di sana, sang pelaku mulai menjalankan aksi bejatnya. Ia langsung mencari daun sebagai alas duduk.
Ia pun lantas melakukan berbagai tindak pelecehan. Mulai dari memeluk korban hingga melepas bajunya. Tindakannya itu disertai ancaman dengan sebilah parang.
“Tiba-tiba pelaku memeluk badan korban dan melepas baju serta pakaian korban dengan mengancam menggunakan sebilah parang,” ujar Kapolsek Lamandau Ipda Herman Pandjaitan.
Artikel Terkait : Bayi 11 bulan dicabuli seorang kakek 68 tahun, apa hukumannya untuk pelaku?
Mengancam Korban Bila Menceritakan
Selain mengancam, ketika waktu kejadian, pelaku pun kembali mengancam korban setelah melakukan tindakan asusila. Korban diancam untuk dihabisi nyawanya bila berani mengadukan perilakunya itu pada orang lain,
“Kalau kau buka mulut akan kubunuh,” ujarnya mengikuti pengakuan pelaku.
Sepandai-pandainya menyimpan bangkai, tetap akan tercium juga. Keluarga dekat korban pun menyadari ada hal yang ganjal.
Artikel Terkait : Kejam! Bocah 7 tahun pengungsi dari Palu dicabuli 3 ABG di Makassar
Keluarga korban pun mengetahui kejadian tersebut. Pelaku akhirnya dilaporkan pada kepolisian setempat.
“Berkat laporan keluarga korban dan keterangan dari beberapa saksi, kemudian kami menangkap pelaku, untuk dilakukan penyidikan lebih lanjut,” jelasnya.
Perilaku bejatnya itu akhirnya dikenakan pasal mengenai perlindungan anak. Pelaku akan dijerat pasal 81 ayat ( 3 ) UURI nomor 17 tahun 2016 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti undang-undang no. 1 tahun 2016 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang RI nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. Ancaman yang diterima pelaku yakni 15 tahun penjara dan denda Rp.15 miliar.
Artikel Terkait : Nahas, Influencer Asal China Dibakar Hidup-hidup Mantan Suami saat Livestream
Dampak Pelecehan yang Diterima Anak di Masa Kecil
Dilansir dari Klikdokter, seseorang yang mengalami tindakan pelecehan seksual rentan mengalami gangguan psikis. Pelecahan yang dimaksud bisa secara fisik maupun isyarat seksual yang menimbulkan ketidaknyamanan.
Beberapa gangguan yang kerap dialami antara lain
Depresi
Ada berbagai macam alasan korban yang mengalami pelecehan tak bisa berterus terang pada orang lain. Mulai dari kekhawatiran yang berlebih, takut karena diancam, hingga takut untuk dihakimi.
Korban yang memilih diam biasanya lebih rentan mengalami depresi. Beberapa gejala yang kerap dialami mulai dari mudah merasa sedih dan tertekan, mudah lelah, kehilangan minat akan hal yang disukai, nafsu makan berkurang, gangguan tidur, hingg kesulitan berkonsentrasi.
Gangguan kecemasan
Rasa cemas yang dialami korban kekerasan seksual merupakan satu hal yang sangat wajar terjadi. Cemas sendiri merupakan suatu reaksi psikologis saat seseorang menghadapi ancaman.
Bila tak diatasi segera, kecemasan ini bisa berdampak pada kesehatian. Beberapa gejala yang kerap dirasakan seperti merasa khawatir berlebih tanpa alasan yang jelas. Stres pun lebih mudah dialami pada mereka dengan gangguan ini.
Histeria
Gangguan ini merupakan salah sayu gangguan psikologis yang ekstrem pada korban kekerasan seksual atau biasa disebut juga dengan gangguan konversi. Hilangnya fungsi salah sayu bagian tubuh secara mendadak merupakan salah satu gejala yang bisa dialami.
Kondisi ini bisa terjaid karena stres yang berat dan tak tertangani dengan baik.
Trauma
Dalam bahasa medis, trauma disebut juga sebagai posttraumatic stress disorder (PTSD). Kondisi ini rentan dialami oleh korban pelecehan seksual tingkat lanjut, misalnya saja korba. Percobaan pemerkosaan.
Korban bisa terbayang-bayang kejadian yang pernah dialaminya dalam jangka waktu yang panjang. Ia pun kerap bermimpi buruk mengenai kejadian itu serta menghindari segala sesuatu yang mengingatkannya pada hal tersebut.
Artikel Terkait : Pilu, jadi korban kekerasan seksual, remaja ini menderita kanker rektum
Untuk menghindari berbagai dampak di atas, ada baiknya anak segera ditangani oleh ahli. Bantuan dan dukungan dari lingkungan terdekat pun amat dibutuhkannya.
Bila anggota keluarga Anda mengalami hal serupa, jangan ragu untuk melaporkannya pada pihak berwenang dan meminta bantuan ahli untuk mengilangkan rasa trauma yang dialaminya.
Baca Juga :
Bayinya Meninggal di Usia 3 Minggu, Ibu Ini Donorkan 17 Kg ASI untuk Mengenangnya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.