Sangat menyentuh bagaimana kisah seorang ibu donorkan ASI. Sebagai wujud cinta kasih pada anaknya yang telah tiada, ia menyumbangkan ASI-nya untuk bayi lain yang sedang berjuang di NICU.
Ibu mana yang tak patah hati ketika harus kehilangan buah hati tercinta. Rasa kehilangan itu pula yang dirasakan Britanny Korb. Elias, putra bungsunya meninggal pada bulan April ketika ia baru berusia tiga minggu.
Elias Menderita Penyakit Langka: Isi Perutnya Pindah ke Dada
Ketika Britanny Kolb hamil 18 minggu, dia dan suaminya pergi ke dokter untuk memeriksa kandungan Kolb. Pasangan suami istri yang diliputi sukacita ini mengira satu-satunya berita yang akan mereka ketahui adalah jenis kelamin sang bayi.
Akan tetapi, saat itulah mereka mengetahui bahwa perut bayi mereka terletak di dadanya, indikasi bahwa bayi tersebut mungkin menderita Congenital Diaphragmatic Hernia (CDH). Ini adalah cacat lahir di mana diafragma, otot yang memisahkan dada dari perut, tidak menutup dengan baik di dalam rahim.
Elias saat dirawat di rumah sakit. Foto: Insider
Kondisi ini memungkinkan isi perut, seperti lambung dan hati bergerak naik ke dada, sehingga menghalangi perkembangan paru-paru. Tingkat kelangsungan hidup bayi dengan CDH adalah 50 persen.
Ketika Elias lahir pada bulan April, bayi malang itu diintubasi, dipasang ventilator, dan langsung dibawa ke NICU. Tiga hari kemudian, Elias diberikan oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO), salah satu bentuk penunjang hidup. Ia juga menjalani dua kali operasi.
Sang ibu, Britanny Kolb, bahkan harus mendapatkan izin untuk menyentuh bayinya sendiri. Pasalnya si bayi akan mudah gelisah dan organ vitalnya akan turun.
Artikel terkait: Cynthia Lamusu Tak Segan Menerima Donor ASI untuk Bayi Kembarnya
Elias Meninggal di Usia Tiga Minggu
Menggenggam tangan mungil Elias. Foto: Insider
Kondisi anak kedua Britanny Kolb itu sempat membaik selama seminggu, dan kemudian mulai menurun lagi. Kolb mengatakan, para dokter pada saat itu secara terbuka menyatakan bahwa Elias telah menderita kerusakan otak yang signifikan dan tidak ada intervensi medis tambahan untuk dicoba.
Meski begitu, Kolb mengatakan bahwa dia dan suaminya tetap berharap akan keajaiban. Ketika Elias meninggal, Kolb mengatakan ia sangat sedih dan terpukul atas kematian putranya itu.
Setelah bayinya, Elias, meninggal pada bulan April, Brittany Kolb dan suaminya bergiliran menggendong putra mereka yang berusia tiga minggu selama sisa hari itu. Bahkan hari itulah untuk pertama kalinya pasangan asal Kansas City ini bisa memeluk bayi mereka tanpa jeratan kabel atau tabung.
Kolb, yang juga memiliki seorang putra berusia dua tahun, mengatakan dia terus menangis, ketika sang suami duduk di sisinya dengan Elias dalam pelukannya. Saat itu pula Kolb mulai merasakan nyeri di payudara.
Payudara Kolb membengkak karena sudah lewat waktunya dia akan memerah ASI. Saat Kolb menekan alat pompa ke payudaranya, ia merasa makin hancur.
“Memompa ASI yang aku tahu bayiku tidak akan pernah sempat meminumnya, sangat menyakitkan,” kata Kolb kepada Insider.
Seorang konsultan laktasi lalu datang ke kamar rumah sakit dan memberikan tips kepada Kolb tentang cara mengeringkan suplai ASI.
Artikel terkait: Ingin Donor ASI? Ini Prosedur yang Wajib Bunda Ketahui
Kisah Ibu Donorkan ASI untuk Bayi di NICU
Setelah bayinya meninggal, Brittany Kolb memutuskan untuk menyumbangkan ASI untuk bayi sakit yang membutuhkan.
Konsultan laktasi kemudian memberi saran lebih jauh. Kolb dapat terus memompa ASI untuk jangka waktu tertentu dan menyumbangkannya kepada bayi yang membutuhkan bantuan medis.
Kolb menyambut baik saran tersebut. ASI-nya akan membantu bayi yang sakit yang tidak dapat mentolerir susu formula, atau mungkin bayi yang tidak bisa memperoleh ASI dari ibu mereka. Itu juga merupakan cara Kolb untuk merawat ingatannya akan sang putra, Elias.
“Aku memikirkan semua bayi yang dapat memperoleh manfaat,” kata Kolb. “Aku pun merasa terhormat bisa memberikannya kepada bayi rapuh lain yang membutuhkan.”
Kolb lalu memompa ASI-nya dengan telaten. Ibu muda yang baru saja kehilangan anak lelakinya ini menghasilkan begitu banyak ASI sehingga ia kehabisan ruang freezer di rumahnya. Kolb akhirnya menyimpan sekantong susu di freezer beberapa temannya. Akhirnya, Kolb menyumbangkan lebih dari 17 kg ASI untuk bayi-bayi yang tengah dirawat di NICU.
Menyumbangkan ASI telah memberi Kolb perasaan lega dan bahagia. “Sungguh melegakan mengetahui bahwa meskipun bayiku meninggal, hidupnya berdampak pada orang lain,” ucap Kolb penuh haru.
***
Sungguh mengharukan ya Bunda, kisah ibu donorkan ASI di atas. Semoga bisa diberi ketabahan atas kehilangan yang maha berat ini.
Baca juga:
Ingin donor ASI, Sarwendah jalani tes darah di Singapura
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.