Asam folat menjadi salah satu zat gizi yang sangat penting dalam asupan ibu selama masa kehamilan. Banyak dampak kesehatan yang bisa ditimbulkan bila bumil kekurangan mengonsumsinya, salah satunya janin akan mengalami Anemia Pernisiosa Kongenital.
Anemia ini terjadi karena tubuh bayi tidak memiliki kemampuan untuk memperoduksi Faktor Intrinsik (IF), seuatu protein dalam lambung atau usus yang membantu penyerapan asam folat (B9) dan vitamin B12. Adapun untuk vitamin ini memiliki banyak fungsi bagi tubuh, salah satunya untuk pembuatan sel darah merah.
Tentu saja kondisi kekurangan asam folat ini bisa membuat jumlah sel darah merah dalam tubuh tidak terpenuhi. Kekurangan vitamin B12 dapat menimbulkan komplikasi seperti kerusakan saraf, hilang ingatan, dan pembersaran hati.
Anemia jenis ini tergolong anemia megaloblastik, yakni saat sel darah merah tidak tumbuh secara normal. Ukuran selnya menjadi sangat besar hingga mengalami berbagai gangguan medis.
Kondisi ini berlangsung secara bawaan dan bersifat gangguan autoiumun sehingga perlu penanganan khusus oleh dokter ahli. Lalu, apakah gejalanya?
Artikel terkait : Tumbuh kembang anak bisa terganggu karena anemia, waspadai gejalanya
Anemia Pernisiosa
Komplikasi
Ada berbagai komplikasi yang bisa terjadi bila Parents tidak mengatasinya secara cepat dan tepat. Masalah paling serius yang bisa terjadi ialah terjadinya kanker lambung pada si kecil.
Beberapa jenis komplikasi lain yang bisa terjadi anemia yang terjadi cukup lama, antara lain :
- Kerusakan jantung
- Masalah saluran pencernaan
- Kerusakan saraf
- Masalah memori, kebingungan, atau gejala neurologis lainnya
Gejala Anemia Pernisiosa
Anemia Pernisiosa
Ada beberapa gejala yang sebaiknya diwaspadai, di antaranya :
- Diare atau sembelit
- Mual
- Muntah
- Kelelahan, kekurangan energi, atau pusing saat berdiri
- Kehilangan selera makan, biasanya rewel
- Kulit pucat
- Napas pendek
- Mulas
- Lidah merah bengkak atau gusi berdarah
Bisa menyerang saraf
Belum banyak laporan mengenai kondisi penyakit ini serta angka pasti pasien yang mengalaminya. Dibandingkan kondisi anemia lainnya, anemia pernisiosa bawaan memang termasuk langka.
Gejala pada anak biasanya muncul saat usianya kurang dari 5 tahun. Bila tak ditangani secara dini, kondisi ini bisa menjadi lebih parah bahkan bisa menyerang saraf anak.
Kondisi ini bisa mengakibatkan neuropati perifer, degenerasi gabungan medula spinalis, atau ataksia.
Artikel terkait : Bahaya anemia pada ibu hamil dan janin, kenali 9 gejalanya
Walau jarang terjadi, anemia jenis ini bisa memiliki gejala neurologis lainnya yang tetap wajib diwaspadai misalnya :
- Kelemahan otot dan gaya berjalan abnormal atau tidak stabil
- Mati rasa di lengan dan tungkai
- Hilang ingatan
- Kekakuan otot
Faktor risiko
anemia pernisiosa
Ada beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini, di antaranya :
- Memiliki riwayat keluarga penyakit anemia pernisiosa.
- Menjadi keturunan Eropa Utara atau Skandinavia.
- Menderita diabetes tipe 1, kondisi autoimun, atau penyakit usus tertentu seperti penyakit Crohn
setelah bagian perut atau usus diangkat.
- Berusia 60 tahun atau lebih.
- Sepenuhnya vegetarian dan tidak mengonsumsi suplemen B-12.
Diagnosis
Ada beberapa cara dokter mendiagnosis kondisi anemia ini pada si kecil, di antaranya :
- Tes darah lengkap yang mengukur kadar vitamin B12 dan zat besi dalam darah
- Uji defisiensi IF atau faktor intrinsip melalui sampel darah
- Tes defisiensi B12 melalui tes darah yang dilakukan
Makanan sumber vitamin B-12
Salah satu hal yang menjadi pemicu anemia jenis ini ialah kurangnya kadar vitamin B12 dalam tubuh anak. Beberapa jenis pangan yang sebaiknya perlu diperhatikan supaya tidak terjadi defisiensi vitamin ini, antara lain :
- Produk susu
- Telur
- Susu kedelai, kacang
- Unggas
- Daging
Penanganan
Saat si kecil mengalami kondisi ini, sebaiknya Parents melakukan konsultasi genetik terlebih secara rutin. Perawatan standar terdiri dari suntikan vitamin B12 intramuskular setiap minggu hingga bulanan.
Sebagian besar kasus anemia pernisiosa ini bisa ditangani dengan suplemen vitamin yang juga ditunjang dengan pola hidup sehat. Karena pada anak biasanya terjadi karena genetik, perlu penanganan khusus sehingga sebaiknya lakukan pemeriksaan rutin dengan dokter agar bisa mendeteksi kondisinya lebih dini.
Nah, Parents sebaiknya perhatikan berbagai gejala yang terjadi, ya. Lakukan konsultasi dengan dokter agar penanganan bisa secepatnya dilakukan bila si kecil memang mengalaminya.
Baca Juga :
Perhatikan gejala anemia sel sabit pada bayi, salah satunya bisa membahayakan jiwa!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.