Siapa di antara Parents yang memiliki anak yang memasuki usia pra remaja? Mulai mengajukan pertanyaan sederhana tapi jawabannya bikin mumet? Umh…. seperti saat anak tanya soal pacaran?
*ngacung*
Hahahahaa….
Iya, saya adalah ibu dari satu anak yang mulai memasuki usia pra remaja, 11 tahun. Setelah bertanya soal mimpi basah, belum lama ini giliran anak saya tanya soal pacaran.
“Ibu, dulu pas pertama kali pacaran kelas berapa?”
“Pacar ibu cuma Bapak aja?”
“Biasanya, perempuan suka cowok kaya gimana, sih, Bu?”
“Kalau ketemu sama cowok yang ibu suka, rasanya gimana, Bu?”
Pertanyaannya, sih, terlihat biasa aja. Tapi buat saya pribadi, memberikan jawabannya jelas nggak boleh asal-asalan. Supaya anak nggak salah persepsi dan punya konsep yang benar terkait dengan hal ini.
Anak Tanya Soal Pacaran, Tunda Menjawab Jika Belum Siap
Saya masih ingat, psikolog anak selalu mengingatkan agar tidak orangtua tidak ‘asal bunyi’ menjawab pertanyaan anak. Jangan menyepelekan anak dan menganggap belum paham apa-apa. Jadi, bisa memberikan jawaban seadanya juga nggak masalah.
Faktanya, ini justru big no!
Saat anak bertanya, pastikan jika jawabannya tidak bohong dan asal-asalan. Sebab, jawaban tersebut akan langsung nempel di kepalanya.
Kalau belum tahu atau bingung jawabnya? Nggak apa, kok, menunda memberikan jawabannya. Tapi pastikan jika jawaban tersebut akan diberikan, ya. Jangan sampai anak malah berpikir, kalau kita justru mengabaikan pertanyaannya.
“Boleh nggak, ibu kasih jawabannya tiga hari lagi? Nanti setelah itu, baru kita diskusi ya… Gimana menurut kamu?”
Nah, setelah waktunya tiba, jangan lupa untuk tepati janji.
Kunci kedua yang selalu saya pegang ketika sedang bingung menjawab pertanyaan anak, jangan lupa untuk bertanya kembali.
“Memang menurut kamu pacaran itu, apa?”
Bertanya kembali di sini bisa memberikan gambaran sejauh mana pemahaman anak. Biar bagaimana pun, pemahaman anak usia 5 tahun, tentu akan berbeda dengan anak usia 11 tahun, di mana perkembangan kognitifnya sudah jauh berkembang. Hal ini pun berlaku jika anak tanya soal pacaran.
Setelah mendengar jawaban anak, tentu kita bisa mengetahui sejauh mana anak memahami konsep pacaran. Jika memang konsep yang dimiliki kurang tepat, artinya perlu diluruskan.
Jadi orangtua memang proses belajar yang tidak pernah berhenti. Apalagi mengingat bahwa fase tumbuh kembang anak akan selalu berbeda. Saat baru lahir, usia balita, memasuki usia sekolah, remaja, hingga nanti saat anak memasuki tahapan dewasa, tantangannya tentu saja akan berbeda-beda.
Anak Tanya Soal Pacaran, Ini Pandangan Psikolog
Saat anak tanya soal pacaran, saya pun akhirnya bertanya dengan Mbak Agstried Piether, psikolog anak dari Rumah Dandelion, hal apa saja yang sebenarnya perlu diperhatikan.
Mbak, saat anak tanya soal pacaran sebaiknya kita, sebagai orang tua harus jawab apa, ya?
Sebenarnya ini sangat tergantung value keluarga, yaa. Tapi sebelum keluar kata boleh atau tidak, mengingat biasanya yang bertanya ini anak usia pra remaja, maka enaknya kita korek dulu seberapa jauh pemahaman mereka tentang pacaran, dan menurut mereka apa yang dilakukan saat pacaran, serta beda pacaran dan berteman menurut mereka.
Setelah tahu jawaban anak, baru kita bisa bergerak nih, jawabannya boleh atau tidak, atau meluruskan beberapa hal dulu. Misal kalau anak bilang, “Kalau pacaran itu ke mana-mana berduaan aja dengan dia.”
Artinya, ini harus diluruskan.
Kita bisa bertanya lagi, “Lalu bagaimana dengan hobimu yang lain? Main basket sama teman lain? Atau bagaimana dengan hobi dia?” Misalnya seperti ini.
Sebenarnya, ada nggak, sih, Mbak batasan usianya. Kapan anak boleh diizinkan pacaran?
Nah, sekali lagi ini tergantung perkembangan anak dan value keluarga masing-masing. Yang jelas, biasanya ketertarikan dengan lawan jenis ini mulai muncul di usia 10 tahun ke atas.
Jadi ya, lihat dulu value keluarga seperti apa. Misalnya, value pacaran itu untuk menikah, ya, ngapain atuh dari umur 10 tahun sudah dibolehkan? Tapi kalau pacaran itu dianggap jadi perkembangan relasi sosial anak, di mana anak bisa belajar mengekspresikan perasaan suka dengan sehat, dan berkonflik dengan sehat, ya, silakan aja.
Tapi tentu saja dengan dengan catatan dalam pendampingan orang tua untuk terus bisa mengamati bagaimana cara anak berelasi dengan lawan jenis, ya.
Jika value keluarganya memberikan izin anak pacaran dengan catatan terus diawasi, karena khawatir tidak dikasih izin malah akhirnya back street, bekal apa yang perlu disiapkan, Mbak?
Kalau memang value keluarganya membolehkan anak belajar menjalin relasi secara sehat dengan lawan jenis. Memang ada beberapa yang wajib diperhatikan lebih.
1. Rules pacaran yang jelas
Misal, kalau dating harus dalam pengawasan salah 1 ortu, kedua pihak orangtua harus aware dengan relasi anaknya, lalu tentu ada tuntutan akademik dan sosial yang nggak boleh berkurang karena pacaran.
2. Bekal tentang relasi yang sehat itu seperti apa
Nah, ini memang beda banget nih. Misal, anak SD kita bisa pakai bahasa temenan yang asyik, menurut kamu seperti apa? Kalau pacar minta-minta dibelikan sesuatu terus boleh atau tidak? Atau kamu memaksa pacar main hanya dengan kamu boleh atau tidak?
Kalau sudah SMA, bisa lebih dalam misal sudah bisa masuk ke topik dating violence. Apa saja yang termasuk dating violence, bagaimana menyelesaikan konflik dengan sehat ketika pacaran. Tapi skill anak menyelesaikan konflik ini sebenarnya harus kita bangun dari kecil ya, ketika anak berkonflik bagaimana cara menyelesaikannya dengan baik.
3. Pemahaman tentang pubertas sendiri
Apa yang terjadi dengan dirinya, kenapa tiba-tiba sekarang tertarik dengan lawan jenis dan ingin pacaran. Perubahan apa yang akan terjadi dengan tubuhnya,termasuk perkembangan organ seksual,. Ini cocok anak-anak yang masuk usia pra remaja.
4. Edukasi seksual, ini berkaitan dengan poin ke-3
Di usia remaja, diharapkan anak sudah paham tentang sentuhan boleh dan tidak boleh, bagaimana cara mengekspresikan sayang yang proper dengan lawan jenis, dan bisa mulai diberi informasi tentang perilaku seksual dan reproduksi. Karena organ seksual anak remaja ini kan sudah mulai aktif.
Jadi memang beberapa hal ini yang perlu diperhatikan saat anak tanya soal pacaran.
Dengan penjelasan Mbak Agstried ini, saya merasa jadi punya modal untuk menanggapi anak saya saat mulai bertanya hal yang terkait dengan pacaran. Mudah-mudah, Parents yang sedang bingung bagaimana menanggapi anak tanya soal pacaran juga bisa terbantu, ya.
***
Baca Juga:
Parents Kesulitan Menghadapi Anak Remaja? Lakukan 5 Tips Mudah Ini
Mengapa Remaja Suka Memberontak?
Hasil Penelitian : Remaja Masa Kini Lebih Baik Dari Remaja Masa Lalu
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.