Ya, anak saya mengalami hipospadia. Entah ini penyakit atau kelainan.
Setelah sempat mengalami keguguran di bulan April 2019, tepatnya di usia kandungan 6 minggu, Allah memberiku rezeki kembali di bulan september 2019, setelah menunggu lagi selama 5 bulan.
Selama trimester pertama, saya masih tetap menjalani aktivitas mengajar seperti biasa. Pada bulan Desember, ketika kandungan akan memasuki trimester kedua, tepat 2 hari sebelum pembagian rapor, saya mengalami perdarahan. Antara sedih dan takut yang saya rasakan, takut jika kejadian dulu terulang kembali.
Setelah diperiksa oleh dokter kandungan, beliau menyampaikan bahwa plasenta janin saya di bawah atau plasenta previa, dan mengaharuskan saya bedrest total. Hampir 3 bulan bedrest, alhamdulillah saya bisa beraktivitas kembali.
Mengalami Preeklampsia dan Bayi Harus Segera Dilahirkan
Memasuki usia kandungan 38 minggu, ketika kontrol rutin tensi darah saya tinggi. Sekitar 140/80 kalau tidak salah diingat. Perawat di rumah sakit pun meminta untuk dicek urine.
Setelah konsultasi dengan dokter, ternyata positif protein di urine saya, atau mungkin bisa dibilang preeklampsia. Karena itu, dokter menyarankan agar secepatnya bayinya dilahirkan. Pada hari itu juga, saya masuk IGD. Karena usia kandungan masih 38 minggu dan belum terjadi kontraksi, diinduksilah oleh bidan. Setelah beberapa jam, pembukaan sudah pembukaan 2.
Selama satu hari di rumah sakit ternyata pembukaan tetap pembukaan 2 dan diputuskan untuk operasi caesar. Pada hari kamis 28 Mei 2020, lahirlah bayi berjenis kelamin laki-laki. Namun, perawat bilang jika penis anakku seperti sudah disunat, dan menyarankan untuk ditanyakan ke dokter anak saat kontrol.
Artikel terkait: Mengidap Hipospadia, Mantan Atlet Voli Perempuan Ini Ternyata Laki-Laki
Anak Mengalami Hipospadia dan Perlu Operasi
Di usia 2 bulan, saya dan suami bawa anak saya ke dokter anak. Setelah diperiksa, disarankan untuk langsung ke dokter bedah. Dan setelah diperiksa oleh dokter bedah, ternyata anak saya mengalami hipospadia, ini kejadian langka ketika lubang kencing (uretra) anak tidak pada tempatnya. Lubang kencing anak saya tidak berada di penis, melainkan di bawah penisnya, dan diharuskan menjalani operasi jika sudah cukup umur.
Di situ, hati saya benar benar hancur. Entah apa yang harus saya katakan. Karena tidak ada alat yang memadai di rumah sakit pertama, akhirnya anak saya dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap. Karena usia anakku saat itu baru 2 bulan, dokter memutuskan untuk melakukan tindakan operasi saat usianya 8 bulan.
Artikel terkait: Waspada Parents, Bayi 8 Bulan ini Harus Dioperasi Karena Menelan Water Beads
Anakku Kekurangan HB
Ketika usia 6 bulan, anakku melakukan kontrol rutin untuk memeriksa apakah anakku sudah bisa dioperasi atau belum. Tapi lagi-lagi, ternyata anakku kekuranagan HB. Selama satu bulan anakku dicek darah, memastikan apakah HB-nya sudah normal atau belum. Dan setelah cek darah yang ke-7 kali, akhirnya HB anakku normal dan dapat dilakukan operasi. Tapi lagi-lagi, sebelum operasi ternyata masih diambil darah dan diharuskan swab antigen .
Setelah dilakukan operasi, karena masih kecil dan aliran kencingnya melalui kateter, kaki anakku diikat ke ranjang karena menghindari terlepasnya kateter. Selama hampir satu minggu anakku di rumah sakit, dan selama itu juga saya menguatkan diri dan percaya semuanya akan berakhir. Setelah diperbolehkan pulang, anakku melakukan pemulihan di rumah tapi tetap dengan kaki yang terikat.
Artikel terkait: Mengalami sindrom langka, bayi ini dioperasi sejak dalam kandungan dan gagal ginjal
Setelah hampir 10 hari seperti itu, akhirnya tiba waktunya untuk buka perban. Alhamdulillah hasil bagus, dan mudah-mudahan mulai sekarang anakku bisa buang ari kecil dari tempat yang seharusnya. Mudah-mudahan tidak bocor, karena jika bocor lagi anakku harus dioperasi lagi. Mohon doanya agar anakku bisa buang air kecil normal dari tempatnya dan tidak operasi lagi.
Dari pengalaman anak yang mengalami hipospadia ini saya belajar arti kesabaran, arti ikhlas, dan yakin Allah maha baik. Allah tahu jika saya bisa melaluinya. Allah sedang menguji saya untuk menjadi ibu yang HEBAT. Dan memang semua ibu itu HEBAT.
***
Ditulis oleh Bunda Fatya Siti Amalia.
Baca juga:
Penuh Perjuangan, Ini Ceritaku dan Keluarga Terinfeksi Covid-19
“Aku Terpaksa Berhenti Bekerja dan Menjadi Seorang Ibu Rumah Tangga…”
Sering Stres dan Nggak Percaya Diri? Coba 4 Tips Anti Insecure Ini, Bun!