Parents, pernahkah merasa kebingungan melihat si kecil menangis ketika pulang bermain? Setelah dicari tahu, ternyata ia mengalami kekalahan saat bermain dengan temannya. Apakah hal itu wajar? Yuk, cari tahu alasan kenapa anak membenci kekalahan dan bagaimana cara mendidiknya agar bisa menerima kekalahan.
Alasan Anak Membenci Kekalahan
Ada beberapa alasan mengapa anak membenci kekalahan yang perlu orangtua ketahui, berikut ini di antaranya:
1. Pengaruh Kemampuan dan Perkembangan Emosional Anak
Contohnya saja ketika seorang ibu mengalami kegelisahan tentang anaknya yang tiba-tiba menangis di sekolah, rumah, dan di kelas dansanya ketika ia mengalami kekalahan dalam sebuah permainan atau ketika ia tidak berada di baris pertama. Perlukah hal itu dikhawatirkan?
Sebetulnya, ketika si kecil yang masih balita mengalami kondisi demikian, Parents tidaklah perlu khawatir. Sebab, memang pada usia tersebut ia belum bisa mengelola emosinya dengan baik.
Secara emosional, anak-anak baru bisa mengatur perasaan mereka ketika memasuki usia prasekolah atau usia awal masuk sekolah dasar. Pendapat itu diperkuat oleh seorang profesor di Departmen Psikologi dan Ilmu Saraf Universitas Dalhousie, Halifax, Nova Scotia. Chris Moore, PhD berpendapat bahwa anak yang berusia 5 tahun belum bisa bersaing dan masih membutuhkan rasa empati yang tinggi.
2. Kemampuan Anak Memecahkan Masalah Belum Cukup Baik
Dr. Moore melakukan sebuah eksperimen di mana anak-anak diberikan pilihan, mereka diminta untuk memilih satu stiker, begitu pun dengan anak yang lain. Lalu mereka diberikan pilihan kembali dengan memilih dua tempelan bergambar tersebut. Namun, teman lainnya bisa memilih tiga gambar tempel atau lebih.
Pada skenario kedua, anak-anak tersebut akan mendapatkan lebih banyak stiker. Namun, untuk anak yang berusia 5 tahun akan memilih banyak stiker.
Untuk kasus demikian, Bunda bisa mengajak si kecil bicara bahwa “kita akan memainkan sebuah permainan di mana akan ada yang menang dan ada yang kalah. Itu akan terlihat sulit, dan Bunda akan merasa sedih jika kalah.”
Berbicara seperti itu akan membuat si kecil belajar tentang membuat keputusan. Parents bisa terus jelaskan kepada si kecil pada saat bermain.
Cara Mendidik Anak agar Bisa Menerima Kekalahan
Setelah mengetahui alasan kenapa anak-anak merasa sulit menerima kekalahan, Parents bisa ikuti beberapa cara ini untuk mendidik anak agar bisa menerima kekalahan. Silakan disimak!
1. Pahami Perasaan Anak
Perasaan marah, kecewa, serta sedih merupakan perasaan yang kerap kali ditunjukkan oleh si kecil ketika mengalami kekalahan. Namun, beberapa anak mungkin kurang bisa mengekspresikan apa yang benar-benar ia rasakan. Kehadiran orangtua pada saat kondisi tersebut akan sangat penting bagi anak, terutama untuk membantu kecerdasan emosionalnya.
Selain itu, beri waktu dan kesempatan kepada si kecil untuk mengutarakan apa yang diharapkannya, serta apa yang terjadi sebenarnya saat sedang bertanding. Pada situasi ini, kita sebagai orangtua diminta secara tidak langsung oleh anak untuk benar-benar hadir dan menjadi pendengar yang baik baginya.
2. Menjadi Contoh yang Baik
Anak adalah peniru ulung, mereka bisa merekam apa yang dilihat dalam memorinya dan bisa jadi ia akan mencontohnya di kemudian hari. Hal ini perkuat oleh pendapat Kim Metcalfe, profesor di bidang psikolog pendidikan anak usia dini dan pengarang dari Let’s Build ExtraOrdinary Youth Together.
Ia mengatakan bahwa anak masih menerima informasi yang ia lihat secara terang-terangan. Jadi, saat Parents hendak bertindak sesuatu di depan si kecil, diharapkan untuk dipikirkan terlebih dahulu.
3. Berikan Pujian atas Usahanya
Memberi pujian menjadi hal yang dinantikan si kecil ketika ia dapat memberikan sebuah hasil yang memuaskan atas apa yang sudah dilakukannya. Namun, memberikan pujian yang berlebihan atau hanya menekankan pujian pada saat anak memperoleh kemenangan, akan menuntun ia pada pemikiran bahwa menang menjadi tujuan utama dalam mengikuti sebuah pertandingan.
Parents bisa memberikan pujian terhadap bagaimana usaha yang si kecil lakukan, bukan kepada hasil yang didapatkan sehingga ia bisa mendapatkan hasil yang luar biasa, menang atau kalah. Oleh karena itu, memberi pujian secara berlebihan juga akan berdampak buruk pada perkembangan karakter sang anak.
Hal ini di perkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh psikolog Dan Kindlon, Ph. D., pengarang dari Tough Times, Strong Children. Ia menjelaskan bahwa memberi pujian yang berlebihan akan membuat si kecil “butuh” diberikan pujian secara konsisten.
4. Menang Bukan Segalanya
Berikan si kecil pemahaman bahwa kemenangan bukanlah hasil akhir dari suatu pertandingan. Melainkan bagaimana usaha dan ketika kita berproses untuk menyelesaikannya, lah, yang menjadi penilaian. Dengan begitu, si kecil bisa memahami dan menghargai setiap usaha yang dilakukannya.
Parents, itulah alasan kenapa anak membenci kekalahan dan bagaimana cara mendidiknya dalam menerima kekalahan. Semoga bermanfaat, ya, Parents!
Baca juga:
Balita Berebut Mainan? Inilah Cara Mendidik Anak Agar Mau Berbagi
Sepeda Roda Tiga vs Balance Bike, Manakah yang Terbaik untuk Buah Hati?
12 Manfaat Buah Salak, Jaga Kesehatan Tulang hingga Gula Darah
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.