Sejak dini, anak seharusnya bisa dididik untuk memilih dan mengambil keputusan. Misalnya dengan memberikan beberapa mainan berbagai bentuk, yang bisa dia pilih. Sayangnya, tanpa kita sadari, sebagai orangtua kita berusaha mengarahkan pilihan anak. Atau malah lebih parah, mengambil keputusan untuk anak karena menurut kita itu yang lebih baik.
Akhirnya, anak tidak bisa belajar cara memilih dan mengambil keputusan, karena kedua hal tersebut selalu dilakukan orangtua. Contoh sederhana, kita memilihkan baju mana yang akan dipakai anak, sekolahnya, dan lain sebagainya.
Jika hal ini terus berlangsung, dalam jangka panjang, akibatnya anak akan menjadi pribadi yang plin pan, tidak bisa mengambil keputusan untuk hal yang penting dalam hidupnya.
Cara mengajarkan anak mengambil keputusan sejak dini
Menurut Jim Taylor, PhD, dari Psychology Today, terdapat beberapa langkah yang dapat mendorong anak-anak di usia dini untuk mengambil keputusan.
Tentunya, Anda tak harus membebankan si kecil dengan tanggung jawab penuh terhadap semua keputusannya. Alih-alih, Anda dapat mendorong mereka untuk mengambil berbagai keputusan sesuai dengan tahapan usia dan tumbuh kembang si kecil.
Cara terbaik untuk memulai hal ini adalah dengan memberikan sejumlah pilihan yang terbatas, misalnya 2-3 mainan dengan warna berbeda. Atau menyuruhnya memilih cemilan apa yang diinginkan saat belanja ke supermarket dengan jumlah terbatas, misal hanya 2 cemilan saja yang boleh dia ambil.
Apabila Anda melepaskan buah hati untuk memilih barang apa saja yang ingin mereka beli segera setelah memasuki supermarket. Anak malah kewalahan menghadapi semua opsi yang ada dan justru kesulitan dalam mengambil keputusan, atau justru sebaliknya: ia malah menginginkan semuanya.
Alih-alih, sediakan dua atau tiga diantara beragam pilihan yang dapat mereka tentukan, semisal “kamu mau keju, apel atau yoghurt?”. Setelah itu, biarkan mereka mengambil keputusan setelah dia berpikir, melakukan pertimbangan sesuai dengan kapasitas usia mereka.
Segera setelah anak Anda beranjak besar, Parents mulai bisa meningkatkan tingkat kesulitan keputusan yang bisa mereka ambil. Misal, daftar acara apa yang ingin mereka hadiri atau jam berapa mereka ingin tidur.
Setelah mereka menentukan keputusan yang sesuai dengan usia mereka, bimbinglah mereka untuk menyadari apakah pengambilan keputusan ini benar atau salah. Jika keputusannya tidak menghasilkan hal yang baik, anak perlu belajar bagaimana menjalankan tanggung jawab terhadap berbagai hasil dari pilihan yang mereka ambil.
Dengan cara demikian, si kecil akan mulai memahami bahwa mereka dapat mengambil keputusan secara mandiri.
Manfaat membiarkan anak mengambil keputusan sendiri
Sekalipun kita berpikir bahwa keputusan yang kita pilihkan untuk anak merupakan hal yang terbaik, namun, ada banyak manfaat jangka panjang bagi si buah hati bila kita mengajarkan tentang pentingnya melakukan pengambilan keputusan sendiri.
Jika orangtua terus-menerus mengambil keputusan bagi anak, hal ini dapat merenggut kepercayaan diri mereka. Serta menjauhkan mereka dari pelajaran mengenai bagaimana menjadi orang dewasa.
Hal ini juga berlaku bahkan pada pengambilan keputusan yang kita anggap remeh. Anda dapat mulai membiarkan anak memilih antara ingin makan apel atau pisang, atau memilih apa yang ingin mereka kenakan ke sekolah.
Hal terpenting adalah membiarkan anak memilih hal-hal sederhana yang dapat mendorong kepercayaan diri mereka tanpa harus mempengaruhi jadwal mereka.
Keuntungan membiarkan si kecil mengambil keputusan sendiri
1. Mencegah tantrum
Acapkali, seorang anak menjadi tantrum karena mereka merasa tidak memiliki kendali. Secara naluriah, manusia ingin merasa memiliki kontrol terhadap apa yang dalam hidupnya, termasuk anak-anak.
Sayangnya, orang dewasa terkadang tidak menyadari bahwa bayi dan anak kecil pun memiliki naluri semacam ini juga.
Anak bayi Anda mengalami tantrum bukan semata-mata karena sarapannya diletakkan dalam mangkuk yang salah. Justru, akar alasannya adalah perasaan bahwa mereka tidak memiliki kekuasaan untuk memilih mangkuk mana yang akan digunakan.
Jadi, membiarkan si kecil memilih, akan membuat mereka merasa punya pilihan dan kontrol atas keadaan. Hal ini menjadi kunci untuk mencegah tantrum. Tentunya kekuasaan si kecil masih harus dalam kontrol dan pengawasan orangtua agar jangan sampai berlebihan.
2. Meningkatkan kepercayaan diri mereka
Pengambilan keputusan adalah kunci untuk meningkatkan kepercayaan diri si kecil. Saat anak Anda memutuskan sesuatu dan semuanya berakhir dengan baik, maka terdapat dua keuntungan yang bisa diraih.
Pertama, anak akan merasa sangat gembira karena keputusan mereka akhirnya mendapatkan hasil. Kedua, rasa puas ini akan mendorong kepercayaan diri mereka dan membuatnya terus mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan positif seiring dengan kematangan usia mereka.
3. Memberikan mereka harga diri
Salah satu bagian terpenting dalam parenting yang sering dilewatkan orang tua adalah membangkitkan rasa harga diri anak mereka.
Biasanya, anak-anak lebih kreatif dibandingkan orang dewasa. Beragam ide yang dimiliki si kecil dan kontribusi yang ia lakukan sama berharganya dengan yang kita hargai di dunia orang dewasa.
Yang terpenting adalah memastikan bahwa si kecil mengetahui bahwa sebagai orang dewasa kita menghargai masukkan mereka dan sadar betapa berharganya kontribusi mereka di dalam keluarga.
Menghargai pilihan si kecil yang tampak remeh, bisa menjadi cara untuk meningkatkan rasa harga diri mereka dan membuat si kecil memahami nilai diri mereka sendiri
4. Anak belajar mengenai tanggung jawab
Hidup terdiri dari serentetan pilihan yang kita ambil. Karena itu, penting sekali melatih anak menajamkan keterampilan pengambilan keputusan.
Seiring waktu, masukkanlah berbagai pilihan kecil dalam rutinitas anak sehari-hari untuk membantu mereka menjalankan peran aktif dalam pengambilan keputusan.
Lebih jauh lagi, anak Anda akan lebih memahami bagaimana cara menangani keputusan mereka dan hasilnya keputusan tersebut(entah itu baik atau buruk).
5. Mengembangkan kompetensi kreatif mereka
Parents, memutuskan semua hal untuk anak tidak akan memberikan kesempatan bagi si kecil untuk mengembangkan kreativitas mereka.
Kenyataannya, kebanyakan orang dewasa memiliki pola pikir kaku dan tidak memiliki kreatifitas seperti yang dimiliki anak-anak.
Meskipun demikian, peran kita adalah membantu anak untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif mereka, dan bukannya justru mematikannya dengan gaya parenting yang otoriter.
6. Biarkan mereka belajar keterampilan memecahkan masalah
Semua orang pernah mengambil keputusan yang salah dalam hidup mereka, demikian juga dengan anak. Terkadang, keputusan mereka akan berujung denganhasil yang tidak diinginkan.
Hal ini tidak sepenuhnya buruk. Si kecil akan merefleksikan apa yang salah dalam keputusan yang mereka ambil, yang dapat mendorong keputusan lebih baik di masa depan.
Sebagai contoh, jika anak Anda memakai sepatu kesayangan mereka dan melompat ke lumpur hingga sepatu mereka kotor, mereka akan ingat apa yang terjadi dan mengambil keputusan berbeda jika dihadapkan pada situasi yang sama.
Ingatlah, Bun, adalah tugas kita untuk membantu si kecil bertumbuh kembang dengan baik dan membuat mereka menjadi orang dewasa yang memiliki pemahaman, tekad, dan bertanggung jawab sebagai orang dewasa.
Memberikan kesempatan untuk melakukan berbagai kreativitas, dapat mendorong kepercayaan diri mereka, dan membuat mereka merasa memiliki kendali terhadap hidup mereka. Hal ini akan meletakkan pondasi yang kokoh untuk mengembangkan berbagai keterampilan yang telah disebutkan di atas.
Yuk, ajari si kecil memilih dan membiarkannya mengambil keputusan sendiri mulai sekarang sesuai tahapan usianya,
Baca juga:
Tanamkan kepercayaan diri pada anak sejak dini dengan 5 hal ini yuk, Parents!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.