Walau memiliki dua anak, saya tetap mengulang lagi pelajaran seputar kesehatan anak ketika bungsu lahir. Apalagi ternyata anak alami tongue tie.
Alhamdulillah, proses kelahiran normal tanpa kendala. Badan bayi sehat, memiliki berat dan panjang yang cukup.
Tujuh hari pertama, saya diajak begadang. Saya pikir wajar anak lelaki minumnya lebih kuat sehingga berapa kalipun menyedot pasti kurang. Beranjak ke minggu kedua saya mulai kelelahan. Hampir menyerah pada susu formula.
Posisi waktu itu, saya baru saja resign dari pekerjaan ingin fokus mengasuh kedua anak sendiri. Ego saya berkata, “Masa jadi ibu rumah tangga malah nggak bisa kasih asi ekslusif?”
Tapi sisi lain, fisik saya tidak bisa mengimbangi keinginan bayi yang sepertinya tak pernah kenyang.
Untuk memantau kesehatan anak, setiap bulan saya selalu ke posyandu. Sayangnya, ternyata berat bayi naiknya kurang signifikan, berada mepet di bawah standar berat bayi sehat.
Saya mulai mencari informasi apakah ada yang salah dari cara menyusui atau fungsi pencernaan bayi. Sampai saya menemukan artikel tentang tongue tie.
Tongue Tie, Kondisi Seperti Apa?
Selelah membaca berbagai artikel, saya menemukan penjelasan terkait tongue-tie atau yang disebut juga ankyloglossia. Suatu kelainan pada bayi di mana frenulum lidahnya terlalu pendek. Akibatnya, lidah bayi menjadi tidak leluasa bergerak. Secara umum, tongue-tie ini lebih sering terjadi pada bayi laki-laki daripada bayi perempuan.
Wah, pantas saja saya tidak menemukan gejala ini pada anak sulung yang perempuan. Proses menyusu anak pertama dulu, walau baru tapi rasanya dia bisa nyenyak tidur setelah minum.
Beberapa sumber menyebutkan, tongue tie tidak berakibat serius pada kesehatan. Namun, jika sampai membuat bobot menurun drastis bisa dilakukan tindakan frenotomi atau frenuloplasti tergantung tebal tipis ikatan frenulum lidah. Frenotomi untuk kondisi ringan, sementara frenuloplasti untuk kondisi ikatan lebih tebal.
Anak Alami Tongue Tie, Bagaimana Menghadapinya?
Mendengar kata operasi, tentu ada rasa khawatir. Orang dewasa saja ada yang kesulitan menahan sakit pasca operasi, apalagi bayi. Nah, saya akan coba berbagi agar tidak panik jika mendapati anak alami Tongue Tie, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan.
1. Melakukan Pelekatan Menyusui Sedalam Mungkin
Ibu dapat membantu bayi untuk melakukan pelekatan sedalam mungkin. Ini akan memperbanyak jumlah ASI yang ia dapatkan dan mengurangi nyeri puting.
Usahakan payudara tidak dalam kondisi penuh sehingga bagian puting bisa menjangkau tengah lidah dan memudahkan anak minum. Dagu bayi juga bisa diposisikan sedikit naik agar payudara ibu sebagian besar dapat masuk ke mulut bayi.
2. Manfaatkan Pompa Asi
Jika ASI penuh, pompa dulu sebagian dan simpan di kulkas. Pahami kondisi bayi yang kesulitan menghisap dan jangan memaksa menyusui saat payudara mengeras.
ASI yang berada dalam kulkas lebih baik didonorkan atau dibuang. Demi menghindari masalah lain yaitu bingung puting, tapi kalau tetap ingin coba diberikan pada bayi gunakan pipet atau sendok.
Sebaiknya tidak terlalu sering memberikan asip, ibu harus fokus melakukan stimulasi lidah agar walau dalam keadaan tongue tie bayi dapat minum ASI dengan baik.
3. Pijat Payudara sebelum Menyusui
Hal ini dimaksudkan agar payudara menjadi lebih lembut dan mudah menjangkau tengah lidah bayi sehingga tidak menimbulkan luka pada puting juga menghasilkan ASI cukup.
Pijatan bisa dilakukan sekitar satu menit sebelum menyusui. Ibu bisa menekan area dekat areola menggunakan jari.
4. Minta Bantuan Konselor Laktasi
Kalau masih menemui kesulitan dalam pelekatan, jangan ragu meminta bantuan pada konselor laktasi. Pada kasus anak saya, AIMI Jawa Timur jadi tujuan.
Saya dihubungkan dengan mbak Mira Aulia yang waktu itu visit ke rumah dan mengamati bagaimana kondisi anak serta posisi menyusui. Akhirnya beliau setuju dengan dugaan saya bahwa bungsu mengalami tongue tie.
Senang sekali merasa terbantu dengan kehadiran beliau. Tidak hanya konsultasi seputar anak, saya juga dibimbing melakukan pijatan oksitosin untuk memperlancar asi.
Saat pandemi seperti ini mereka melayani telekonsultasi di nomor 083834481970. AIMI juga memiliki kelas-kelas pembinaan via zoom seputar menyusui untuk ibu yang jadwalnya bisa dicek di instagram mereka.
5. Konsultasi ke Dokter Spesialis Anak
Semua cara sudah dilakukan ternyata menyusui tetap sulit dan berat bayi masih belum mengalami kenaikan? Saatnya menghubungi dokter spesialis anak. Saya memilih dokter anak yang pro RUM (Rational Use of Medicine), dengan alasan sederhana biasanya dokter pro RUM tidak mudah menjatuhkan vonis operasi.
Setelah dicek,
Alhamdulillah pengalaman anak alami tongue tie ini bisa jadi pelajaran berharga untuk saya. Tongue tie adik tidak perlu digunting atau operasi hanya disarankan untuk bersabar stimulasi lidah dan pelekatan menyusui.
Sekarang, bayi tersebut sudah berusia 5 tahun. Tak ada kesulitan berbicara maupun makan. Pada usia 3 tahun, memang agak kesulitan melafalkan huruf R tapi seiring waktu terus berlatih dia dapat mengucapkan berbagai kata secara jelas. Jadi mom jangan panik, ya, menghadapi tongue tie, dengan penanganan tepat maka perkembangan anak akan baik.
***Ditulis oleh Hanifah Nila Wardani , VIPP Member theAsianparent ID
Artikel Lain yang Ditulis VIPP Member theAsianparent ID
Mengatakan Jangan pada Anak, Yuk, Mulai Ubah Kebiasaan Ini
Mengatasi Stres Pascamelahirkan Versi Saya, Seorang Ibu Baru
Kehamilan dengan Hiperemesis Gravidarum Setelah Aku Alami Keguguran
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.