Hannan adalah anak yang kuat sejak di dalam kandungan. Sebelum hamil Hannan, aku sempat keguguran di kehamilan pertama, saat usia kandungan masih 8 minggu. Proses kehamilan putriku juga tidaklah mudah lantaran aku menjalani kehamilan dengan hiperemesis gravidarum.
Bukan tanpa alasan, keguguran ini nampaknya terjadi karena kelelahan yang aku alami setelah menikah. Namanya juga pasutri baru, kehidupan baru setelah menikah, kemana mana berdua, beraktivitas berdua membuat aku terlena dan melakukan hampir setiap minggu perjalanan beserta setumpuk kegiatan yang tidak henti hentinya.
Hingga suatu saat, aku menyadari bahwa siklus menstruasi ku terlambat. saat melakukan test, kudapati bahwa aku hamil. Dengan riang, aku pergi ke dokter untuk meyakinkan diri, apakah benar aku hamil?
Dokter mengatakan janinku masih terlalu kecil dengan hitungan pada terakhir menstruasi. Alhasil, ketika itu aku diberikan penguat janin dan segambreng vitamin. Tapi Allah berkata lain, sore sebelum ku putuskan untuk ke dokter lagi karena sedari pagi perut ku sakit, gugur sudah saat itu janin yang ku kandung.
Benar ya, seperti ada yang hilang dalam diri. Seperti separuh dari diriku ikut rontok, luruh, jatuh.
Saat aku menyadari kehilangan ini, aku pun segera menghubungi suami dengan tangis yang telah pecah. Aku dibawa ke dokter dan memang itu yang terjadi. Saat itu, yang ada dipikiran ku adalah “aku sunggu gagal menjaganya”.
Aku Dipercaya Mengandung Kembali
Beberapa hari setelahnya, berkat dukungan suami, aku berusaha untuk tidak berfokus pada keinginan untuk hamil. suami ku, adalah pria baik yang menghiburku, mengajak ku jalan jalan dan tentu saja honeymoon (fyi, setelah keguguran dokter mengatakan aku tidak perlu menunda untuk hamil karena kondisi rahim ku sudah bersih dan siap untuk pembuahan lagi).
Kami tidak ada terget, tidak ada tuntutan, tidak ada tekanan untuk punya anak selekasnya. Kami nikmati setiap liburan yang kami agendakan, dan syukurlah saat itu aku mendapat pekerjaan setelah sekian lama mencari dan mengirim lamaran pekerjaan ke sana ke mari.
Pekerjaan ku bukan pekerjaan lapangan yang berat, aku menjadi salah satu marketing communication sebuah rumah sakit swasta di daerahku. Anehnya, minggu ketiga aku bekerja, aku seperti masuk angin. mual dan muntah hampir setiap kali makan dan minum. Perut seperti kembung terus. Bahkan minum air putih saja, tubuh langsung menolak.
Aku yang memiliki riwayat sakit thypus yang sering kambuh, mencoba mengecek tanda tanda penyakitku ini. Apakah aku terlalu lelah sehingga thypus ku kambuh atau aku hanya masuk angin.
Setelah observasi gejala beberapa hari dengan mual muntah tak kunjung mereda, aku coba untuk menyakannya kepada kaka ku yang merupakan lulusan sekolah kebidanan. Dia bilang, mungkin saja aku HAMIL.
Deg!! Ya Allah pikirku, apakah aku benar hamil ? Apakah kehamilan ku akan sehat? Apakah aku akan keguguran lagi atau janin ini akan sehat terus sampai lahir ? Setiap saat aku memikirkannya. Selama hamir seminggu lebih kakakku mengingatkan dan meminta untuk agar aku segera test kehamilan tapi selalu ku undur.
Bukan apa, aku hanya takut ini sekadar harapan dan ternyata aku tidak hamil. Atau aku hanya takut aku belum siap untuk keguguran lagi.
Hingga suatu pagi, suami ku tengah tidur di kamar sebelah, ku beranikan diri tanpa bilang padanya untuk melakukan test kehamilan. Keluar dari kamar mandi, aku belum berani melihat test pack yang kugunakan. Kutunggu sampai sekitar 5 menit.
Aku intip…. kok ada dua garis ya ? Eh, apa test pack ini salah ya ? Tapi setelah menccoba 3 test pack, semuanya ada garis dua.
Aku berhenti sebentar. Menelaah arti dari test kehamilan itu. Mencoba memantapkan hati dan memilih aku mau menangis atau tertawa bahagia. Aku harus bagaimana ?
Kuputuskan ambil wudhu dan sholat subuh dulu. Aku menenangkan diri dan pikiran terlebih dahulu sebelum akhirnya memberanikan diri membangunkan suamiku.
“Mas, lihat,” kata ku sambil ku sodorkan hasil test pack
“Apa ini ? Eh, loh ? Beneran ? Alhamdulillah,” cuma itu katanya.
Tangis ku pecah, suami pun berkaca kaca. Kami berpelukan sambil menguatkan.
Jalani Kehamilan dengan Hiperemesis Gravidarum
Sorenya, kami putuskan segera ke dokter agar mendapatkan arahan lanjut. Karena hingga saat sore jadwal praktik dokter, aku tak berhenti muntah saat selesai makan. Kata dokter hal ini wajar karena masih trimester pertama, di paksa makan dan makan manis manis agar berat badan janin bertambah, sembari diberikan segambreng obat lengkap dengan vitamin.
Sampai pada akhirnya, aku tumbang. Aku masuk rumah sakit.
Thypus saat hamil adalah salah satu kondisi gawat menurut dokter. Thypus ku kambuh karena benar benar tidak ada makanan yang bisa aku makan tanpa muntah. Tapi menurut dokter, janin ku sehat dan berat badannya normal. Syukur alhamdulillah.
Ini adalah foto ku saat hamil 9 bulan. Lihat, kurus sekali ya? Bukan karena tidak sehat, tapi memang sampai lahiran aku mual dan muntah setiap makan.
Menurut dokter kondisiku ini kondisi yang tidak banyak di alami ibu hamil, namanya adalah Hiperemesis Gravidarum, atau bisa dibilang kondisi komplikasi di trimester pertama kehamilan yang menyebabkan mual dan muntah amat parah daripada morning sickness biasa.
Mual terjadi lebih sering sehingga membuat tidak nafsu makan, volume muntahannya sangat banyak, frekuensi muntahnya sering, dan sampai melemahkan.
Morning sickness biasa umumnya dimulai sekitar minggu ke-6 kehamilan dan berhenti pada minggu 14-16. Namun, mual dan muntah parah yang mungkin pertanda hiperemesis gravidarum jika sampai berlanjut ke minggu 20 kehamilan. Beberapa ibu mungkin terus mengalaminya sepanjang kehamilan.
Tapi, tepat saat hari sumpah pemuda tahun 2019 lalu, putriku lahir dengan sehat. Hannan, namanya.
Berkat pantauan tiap bulan dokter, USG rutin, pantau bb janin dan detak jamtung janin, minum vitamin dan makan manis manis, makan terus meski muntah lagi dan terus semangat, syukur alhamdulillah Hannan, anak perempuan ku yang sangat hebat ini lahir ke dunia.
Perjalanan hamil dan melahirkan ku memang penuh warna, tapi aku sama sekali tidak menyesalinya. Meski tidak mudah, aku menikmati dan bahagia mejalani prosesnya. Bagi bumil yang mengalami kehamilan dengan hiperemesis gravidarum, semangat ya. Kalian pasti bisa melewatinya seperti halnya aku.
Ditulis oleh Septi Mar’atus Solikhah, VIPP Member theAsianparent ID
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.