Siapa di antara Moms yang masih sering mengatakan jangan pada anak?
Contohnya, seperti mengatakan, “Aduh, jangan lari dong, dek!” atau ketika si Kecil sedang menyusui “Jangan digigit dong nen bunda, dek”.
Hayo ngaku, siapa yang masih suka begini…
Tak mengapa, Moms. Hal itu merupakan wajar dan pasti refleks kita saat akan menasehati atau melarang anak.
Tapi nih, Moms, ngerasa nggak sih kalau mengatakan jangan pada anak justru bisa berisiko membuat si Kecil semakin penasaran atas apa yang Moms larang?
Mengatakan Jangan pada Anak Berisiko Membuat Anak Berekplorasi
Saya sendiri memiliki bayi berusia 7 bulan. Iya, sedang lincah-lincahnya. Belakangan bayi saya lebih aktif ke sana-ke mari karena sudah pandai merangkak, bahkan sedari 3 bulan semua jenis benda akan menerobos masuk ke mulutnya.
Sebelum si kecil lahir, saya dan suami sudah berdiskusi mengenai cara mendidik sembari belajar untuk memperbaiki diri sebagai orangtua baru.
Dimulai ketika si Kecil menginjak 3 bulan, ia mulai aktif memasukkan semua benda ke dalam mulutnya terutama jarinya sendiri. Kakek si Kecil selalu mengingatkan kami untuk tidak membiarkannya menghisap jari tangan, namun nyatanya kami memutuskan untuk membiarkan karena hal tersebut merupakan fase oral yang sedang dialami.
Tetapi jika sudah tidak wajar maka kami memberikan pengertian kepadanya dan langsung mengalihkannya menggunakan teether.
Masuk diusia 4 bulan, si kecil mulai berkurang untuk menghisap jari tangannya namun semakin gigih untuk memasukkan semua benda ke mulutnya nih, Moms.
Contohnya seperti remote AC, pampers, headset papanya, dan lainnya. Kami awalnya membiarkan sebentar lalu tidak langsung menyingkirkan benda tersebut melainkan memberitahukan bahwa benda yang digenggamnya bukan untuk dimakan tetapi bisa untuk dimainkan saja.
Magic Word untuk Si Kecil
Kami selalu mengulang magic word yang sama “Sayang, ini dimainin aja ya, bukan buat dimakan, dimainkan aja ya, sayang”. Namun jika sudah beberapa kali si kecil masih mengulanginya maka kami segera menyingkirkan benda tersebut dan mengganti dengan teether.
Sampai memasuk usia 6 bulan kami menerapkan konsep untuk tidak mengatakan jangan pada anak. Faktanya, ia mulai mengerti loh, Moms.
Memang harus beberapa kali mengucapkan magic wordnya, namun biasanya diucapan ke 4 atau ke 5, si Kecil mulai mengerti dengan menggenggam saja benda yang tidak boleh dimasukkan ke mulut lalu akan menyingkirkannya sendiri.
Meskipun nantinya akan merengek meminta mainan lainnya atau minta dipeluk tapi setidaknya metode yang kita ajarkan berhasil.
Seperti yang saya katakan sejak awal, sekarang anak kami sudah menginjak 7 bulan. Perkembangan kian pesat. Ia pun sudah mulai penasaran dengan semua benda di sekitarnya lalu langsung menjangkaunya.
Terkadang, karpet rumahpun sampai ke mulutnya, entah seperti apa caranya, hehehe.
Sayapun mulai menyadari, seiring bertumbuhnya bayi maka ia akan semakin sulit untuk dialihkan ke yang lainnya jika sudah mulai penasaran dengan suatu benda. Tidak bisa langsung dialihkan dengan mainan lainnya. Saya masih meneruskan magic word yang sudah saya dan suami sepakati sedari awal dan masih tetap untuk tidak langsung mengatakan ‘jangan’.
Biasanya jika si kecil masih terus gigih untuk memasukkan benda yang seharusnya tidak boleh dimasukkan ke mulutnya, saya akan langsung memberitahukan benda tersebut bukan untuk dimakan dan boleh jika hanya untuk dipegang saja.
Saya akan ulangi beberapa kali dan jika si kecil masih tidak merespon maka biasanya saya akan mengalihkan ke mainan lainnya dan ikut bermain bersama agar fokusnya bisa teralihkan. Jika masih tidak mengalihkan perhatiannya, saya akan langsung menggendongnya dan mengajaknya untuk melihat pemandangan di luar rumah.
Soalnyam nih, si kecil juga bisa saja merasa bosan dengan semua mainan yang dimiliki. Jadi, memang tidak ada salahnya untuk sesekali lebih memilih untuk melakukan aktivitas di luar rumah.
Nyatanya bayi belum mengerti kalimat larangan, Moms. Sekuat apapun kita melarang, bayi tidak akan mengerti karena usianya yang masih sangat belia, mereka akan lebih baik untuk dibiarkan mengeksplor sekitar. Namun jika sudah membahayakan tentu harus diingatkan namun kitapun harus menggunakan kalimat-kalimat yang baik.
Terkadang saya sebagai orangtua masih sering mengucapkan ‘jangan’ karena sudah panik duluan, namun selalu diingatkan oleh suami.
Jika kita saja yang dewasa ketika diingatkan dengan kata ‘jangan’ masih sering melawan, bagaimana dengan anak?
Maka dari itu harus belajar dan terus belajar untuk bersikap baik dan memperbaiki diri karena anak akan selalu mencontoh apa yang dilakukan dan dibicarakan oleh orang tuanya.
Karakter awal anak adalah cerminan dari bagaimana cara didik orangtuanya. Mulai sekarang, yuk, belajar untuk mengurangi mengatakan jangan pada anak kepada si kecil.
*Ditulis oleh Irma Firma, VIP Parents theAsianparent Indonesia*
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.