Makanan laut, seperti cumi, udang, kepiting, tiram hingga kerang menjadi salah satu hidangan favorit. Namun, beberapa orang yang mengalami alergi seafood tidak dapat menikmati jenis makanan ini.
Mengutip laman Australasian Society of Clinical Immunology and Allergy, pada setiap negara mungkin berbeda angkanya, tetapi sekitar 1% populasi diperkirakan menderita alergi makanan laut. Sekitar 20% orang baru mengalami alergi seiring pertumbuhan mereka.
Bila seseorang merasakan gatal atau sakit perut setelah mengonsumsi seafood, kemungkinan besar ia alergi jenis makanan tersebut. Lantas, seperti apa gejala dan cara mengatasinya? Berikut penjelasannya!
Artikel Terkait: Alergi makanan pada anak bisa mengancam jiwa, waspadai gejalanya!
Penyebab Alergi Seafood
Alergi seafood merupakan respons abnormal oleh sistem kekebalan tubuh terhadap protein pada hewan laut tertentu. Hewan laut dalam kategori kerang antara lain krustasea dan moluska, seperti udang, kepiting, lobster, cumi-cumi, tiram, kerang dan lain-lain termasuk alergen pada orang yang sensitif.
Semua alergi makanan disebabkan oleh reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh. Alergi seafood kerang misalnya, terjadi karena sistem kekebalan tubuh merespons tropomiosin, yakni sejenis protein yang ada di otot kerang.
Kemudian, antibodi memicu pelepasan bahan kimia seperti histamin untuk menyerang tropomiosin. Pelepasan histamin menyebabkan sejumlah gejala yang disebut sebagai gejala alergi.
Sebagian besar alergi makanan utama dimulai pada masa kanak-kanak. Namun, ada juga yang baru muncul setelah dewasa.
Artikel Terkait: Cegah alergi pada bayi, ini metode MPASI yang harus dilakukan orangtua!
Gejala Alergi Makanan Laut (Seafood)
Gejala alergi makanan laut bisa berbeda-beda pada setiap orang. Terkadang gejalanya juga tidak langsung muncul, sebagian besar baru muncul setelah beberapa menit mengonsumsi seafood.
Beberapa gejala yang muncul pada seseorang yang alergi hidangan laut, antara lain:
- Kesemutan di mulut
- Sakit perut, mual, diare, atau muntah
- Sesak, kesulitan bernapas, atau mengi
- Reaksi kulit termasuk biduran, gatal-gatal, atau eksim
- Pembengkakan pada wajah, bibir, lidah, tenggorokan, telinga, jari, atau tangan
- Pusing atau pingsan
Gejala tersebut termasuk ringan hingga sedang. Namun, alergi makanan seafood juga bisa menyebabkan anafilaksis atau reaksi alergi parah. Beberapa tanda-tandanya, antara lain:
- Tenggorokan bengkak (atau benjolan di tenggorokan) yang membuat sulit bernapas
- Nadi cepat
- Pusing ekstrem atau kehilangan kesadaran
- Penurunan tekanan darah yang parah (syok)
Bila mengalami syok anafilaksis sebaiknya segera bawa pasien ke unit gawat darurat untuk segera mendapatkan penanganan. Sebab, bila terlambat bisa berisiko kehilangan nyawa.
Faktor Risiko dan Komplikasi
Seseorang berisiko lebih tinggi terkena alergi makanan laut jika memiliki riwayat tersebut pada keluarganya.
Meskipun orang-orang dari segala usia dapat mengalami alergi tersebut, itu lebih sering terjadi pada orang dewasa. Pada orang dewasa, alergi kerang lebih sering terjadi pada perempuan. Sementara anak-anak, alergi kerang lebih sering terjadi pada anak laki-laki.
Orang dengan penyakit tertentu yang menimbulkan komplikasi gejala juga berpotensi tinggi mengalami syok anafilaksis, antara lain:
- Penderita asma
- Memiliki sensitivitas tinggi terhadap seafood
- Memiliki riwayat anafilaksis akibat alergi makanan
Artikel Terkait: Gejala dan Penyebab Alergi Makanan pada Anak, Parents Perlu Tahu!
Penanganan Gejala Anafilaksis karena Alergi Seafood
ACAAI merekomendasikan bila seseorang memiliki riwayat alergi parah terhadap seafood sebaiknya selalu membawa Epinefrin yang dapat disuntikkan.
Epinefrin adalah pengobatan darurat pertama untuk anafilaksis yang dapat menimbulkan reaksi alergi seluruh tubuh yang parah dan menyebabkan gejala, termasuk penyempitan saluran napas.
Pastikan untuk memiliki dua dosis, karena reaksi parah dapat berulang. Epinefrin harus digunakan segera jika mengalami gejala yang parah seperti sesak napas, batuk berulang, denyut nadi lemah, gatal-gatal umum, sesak di tenggorokan, kesulitan bernapas atau menelan. Atau kombinasi gejala dari area tubuh yang berbeda seperti gatal-gatal, ruam atau pembengkakan pada kulit ditambah dengan muntah, diare atau sakit perut.
Jika mengalami kondisi tersebut, dosis epinefrin berulang mungkin diperlukan. Namun, wajib konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakannya.
Meski sudah diberi Epinefrin, seorang yang mengalami syok anafilaksis tetap harus dirujuk ke rumah sakit. Beri tahu petugas medis tentang dosis Epinefrin yang telah diberikan.
Selain itu, obat lain, seperti antihistamin dan kortikosteroid, dapat diresepkan untuk mengobati gejala ringan alergi makanan. Namun, dalam kondisi parah, Epinefrin adalah satu-satunya obat yang dapat membalikkan gejala anafilaksis yang mengancam jiwa.
Cara Mengatasi Gejala Alergi karena Makanan Laut
Tidak ada cara untuk menghilangkan riwayat alergi pada tubuh seseorang. Hal yang bisa dilakukan hanyalah mencegahnya. Bila memiliki riwayat alergi hidangan laut sebaiknya lakukan langkah-langkah berikut untuk mengatasinya.
- Hati-hati saat makan di restoran: Tanyakan pada staf tentang komposisi menu makanan yang dihidangkan. Kaldu atau saus berbahan dasar kerang dapat memicu reaksi alergi.
- Hindari makan di restoran seafood: Beberapa orang bereaksi bahkan jika mereka menghirup uap dari masakan kerang. Kontaminasi silang juga bisa saja terjadi di tempat yang menyajikan makanan laut.
- Baca label makanan dengan cermat: Sejumlah makanan laut seperti kerang, kaldu udang, dan lainnya muncul dengan nama lain seperti, surim, glukosamin, bouillabaisse, saus worcestershire, dan salad caesar.
- Beri tahu orang lain: Sampaikan alergi yang dimiliki kepada teman dan keluarga agar mereka tidak memberikan makanan yang mengandung seafood.
Nah, itulah penjelasan tentang alergi makanan khususnya seafood. Bila mengalami reaksi seperti yang tertulis di atas segera berhenti mengonsumsi makanan laut. Sebaiknya Parents lebih waspada, karena anak-anak juga bisa mengalaminya.
Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Baca Juga:
Perjuangan bayi 9 bulan punya 50 jenis alergi yang mengancam nyawanya
Mengenal 3 Jenis Tes Alergi Kulit dan Efek Samping yang Bisa Terjadi