Alergi matahari biasanya dialami oleh orang yang sensitif terhadap sinar matahari. Pada negara yang mengalami empat musim umumnya terjadi pada musim semi dan musim panas. Namun, di Indonesia matahari bersinar sepanjang tahun dan menjadi lebih terik pada musim kemarau.
Melansir Mayo Clinic, alergi terhadap paparan sinar matahari merupakan istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi kulit yang ruam merah serta gatal karena paparan sinar matahari. Alergi sinar matahari yang dialami beberapa orang bisa terjadi karena faktor keturunan yang memang sensitif terhadap matahari.
Alergi terhadap paparan sinar matahari dapat terjadi dengan kasus ringan hingga parah. Pada gejala alergi yang ringan dapat hilang dengan sendirinya, sementara pada kasus yang lebih parah dapat diobati dengan krim atau obat. Orang yang memiliki alergi tersebut perlu melakukan pencegahan dengan menghindari matahari atau melindungi kulit dari teriknya.
Artikel Terkait: Alergi Kedelai Bisa Mengancam Jiwa, Ketahui Penyebab, Gejala, dan Penanganannya!
Jenis-Jenis Alergi Matahari
Sumber: freepik
Ada beberapa jenis alergi terhadap paparan sinar matahari yang mungkin terjadi pada seseorang, yakni:
- Actinic prurigo: Merupakan versi alergi yang diturunkan. Alergi tersebut dapat terjadi pada sejumlah ras tetapi lebih sering dialami oleh penduduk asli Amerika. Gejala yang muncul juga dapat lebih parah pada orang tertentu. Gejala Actinic prurigo dapat muncul sejak kanak-kanak.
- Photoallergic reaction: Merupakan gejala alergi karena paparan bahan kimia yang dioleskan pada kulit ternyata bereaksi terhadap sinar matahari. Beberapa jenis obat, serta tabir surya, kosmetik, dan parfum dapat menyebabkan reaksi tersebut. Gejala terkadang baru muncul selama dua hingga tiga hari.
- Polymorphic light eruption (PMLE) merupakan bentuk alergi yang paling sering terjadi. Sekitar 10% hingga 15% warga AS mengalami hal ini dan kebanyakan terjadi pada perempuan daripada pria. PMLE biasanya terlihat sebagai ruam yang menyebabkan gatal dan dapat muncul sebagai lepuh atau area kecil yang memerah.
- Urtikaria matahari atau biduran yang terjadi karena reaksi alergi paparan sinar dari. Alergi tersebut menimbulkan gatal-gatal. Biduran tersebut dapat muncul hanya setelah beberapa menit terpapar sinar matahari. Ini sebagian besar memengaruhi perempuan usia muda dengan gejala ringan hingga parah.
Artikel Terkait: Mengenal 3 Jenis Tes Alergi Kulit dan Efek Samping yang Bisa Terjadi
Bagaimana Gejalanya?
Sumber: freepik
Reaksi alergi sinar matahari dapat muncul di bagian tubuh mana saja. Namun, yang paling sering terlihat pada bagian tubuh yang terkena sinar matahari seperti lengan, kaki, tangan, dan bagian belakang leher.
Dalam beberpa kasus, gejala yang parah juga dapat muncul pada area yang dilindungi oleh pakaian. Terkadang area kulit yang biasanya terpapar sinar matahari (seperti wajah dan punggung tangan) justru terhindar dari alergi tersebut.
Gejala yang timbul akibat alergi ini bervariasi tergantung penyebab yang memunculkannya. Gejala yang umum terjadi, antara lain:
- Kemerahan
- Gatal atau nyeri
- Muncul bintil-bintil di kulit
- Kulit mengeras, mengelupas, bahkan berdarah
- Kulit melepuh dan gatal-gatal
Gejala tersebut biasanya muncul pada kulit setelah beberapa menit hingga beberapa jam setelah paparan sinar matahari.
Segera periksakan diri ke dokter jika mengalami reaksi kulit yang tidak biasa dan mengganggu setelah terpapar sinar matahari. Untuk gejala yang parah mungkin diperlukan penanganan dari dokter kulit.
Artikel Terkait: Apa Itu Alergi Sperma? Ini Ciri-ciri, Obat, dan Cara Menyembuhkannya
Penyebab Alergi Paparan Sinar Matahari
Obat-obatan, bahan kimia, dan kondisi medis tertentu dapat membuat kulit lebih sensitif terhadap sinar matahari. Tidak jelas mengapa beberapa orang memiliki alergi sinar matahari dan yang lainnya tidak.
Sifat yang diturunkan mungkin memainkan peran. Namun, beberapa hal yang dapat meningkatkan faktor risikonya yaitu:
- Ras: Siapa pun dapat mengalaminya. Namun, gejalanya sering terjadi pada orang dengan kulit dengan kulit putih.
- Paparan zat tertentu: Beberapa zat yang dioleskan pada kulit dapat bereaksi dengan sinar matahari. Antara lain produk yang mengandung parfum, disinfektan, dan bahan kimia dalam tabir surya.
- Mengonsumsi obat-obatan tertentu: Beberapa obat ternyata dapat membuat kulit terbakar sinar matahari lebih cepat, antara lain antibiotik, obat berbasis sulfa dan penghilang rasa sakit, seperti ketoprofen.
- Memiliki penyakit kulit lain: Beberapa penyakit kulit seperti dermatitis meningkatkan risiko mengalami alergi paparan sinar matahari.
- Keturunan: Faktor keturunan menjadi salah satu faktor penyebab yang cukup kuat. Contohnya apabila ada keluarga sedarah yang juga mengalami alergi ini.
Bagaimana Cara Pencegahannya?
Sumber: freepik
Faktor risiko alergi memang tidak dapat dihilangkan. Namun, gejala-gejala yang muncul dapat dicegah dengan sejumlah cara. Antara lain:
- Menghindari sinar matahari, cobalah untuk berteduh pada jam matahari bersinar dengan terik antara 10 pagi dan 4 sore.
- Gunakan tabir surya, terutama jenis yang SPF 30 atau lebih, pilih yang dapat melindungi terhadap UVA dan UVB, yang terpenting tahan terhadap air.
- Jaga agar area yang terkena sinar matahari tetap lembap untuk membantu mengatasi beberapa gejala.
- Periksa obat maupun produk kosmetik kulit yang digunakan untuk melihat apakah obat tersebut menyebabkan fotosensitivitas (ruam karena reaksi alergi terhadap matahari).
- Konsultasikan dengan dokter kulit untuk membantu menentukan pengobatan terbaik untuk mengatasinya.
Alergi terhadap matahari dapat terjadi pada siapa saja, tetapi lebih sering pada orang yang berkulit terang. Bila mengalami ruam, kemerahan, dan gatal setelah terpapar matahari bisa menjadi tanda alergi tersebut. Bila gejalanya tidak membaik dalam kurun waktu tertentu, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Baca Juga:
Bunda, Yuk Bantu Cegah Alergi Si Kecil dengan Optimalkan Nutrisinya
Benarkah Alergi Dapat Menurunkan Kecerdasan Anak? Ini Penjelasan Dokter
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.