Kemudahan meminjam uang dalam waktu singkat membuat pinjol masih marak di Indonesia. Mirisnya, kemudahan itu berbarengan dengan fakta kasus bunuh diri meningkat karena tidak sanggup melunasi utang ke pinjol terkait. Dengan fenomena ini, tahukah Anda apa alasan orang Indonesia terjebak pinjol?
Alasan Orang Indonesia Terjebak Pinjol
Merujuk laman CNN dan sumber lainnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Friderica Widyasari Dewi mengungkapkan beberapa alasan masyarakat Indonesia akhirnya masuk ke dalam lubang hitam pinjaman online ilegal.
Bukan untuk memenuhi kebutuhan hidup atau makan, tetapi jalan pintas pemenuhan gaya hidup.
“Ini kalau kita melihat satu survei independen yang dilakukan oleh pihak independen juga, itu kalau banyak orang kena pinjol ilegal itu karena memenuhi gaya hidup ya.
Tapi biasanya mereka juga sudah mempunyai utang sebelumnya. Jadi mereka menggunakan pinjol ilegal ini untuk membayar utangnya. Istilahnya gali lubang tutup lubang,” ujar perempuan yang akrab disapa Kiki.
Tujuan lain antara lain ada kebutuhan darurat, perilaku konsumtif, tekanan ekonomi, hingga literasi masyarakat terhadap pinjaman online yang cenderung rendah.
Fenomena hedonic treadmill juga menjadi batu sandungan masyarakat kita memilih meminjam. Hedonic treadmill merujuk pada seseorang yang tidak pernah puas pada gaya hidupnya, ia selalu menginginkan kehidupan yang lebih enak lagi.
Tren seperti FOMO (Fear of Missing Out), YOLO (You Only Live Once) hingga FOPO (Fear of People’s Opinion) yang dialami anak muda membuat mereka tidak sepenuhnya bahagia karena cenderung peduli apa kata orang lain.
Artikel Terkait: Hati-hati Paylater dan Pinjol, Ada 51 Kasus Bunuh Diri karena Utang Pinjol
Anak Muda Paling Banyak Terjerat Utang Online
Fakta lebih lanjut, generasi muda alias Gen Z menjadi mayoritas yang mengajukan pinjaman online. Melansir laman Indonesia Baik, laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan jumlah rekening penerima pinjol aktif berusia 19-34 tahun mencapai 10,91 juta penerima dengan nilai pinjaman sebesar Rp26,87 triliun per Juni 2023.
Lalu di urutan kedua peminjam berusia 35-54 tahun dengan 6,49 juta dan pinjaman sebesar Rp17,98 triliun. Jumlah itu meningkat 2,7% secara bulanan dan 43,5% secara tahunan.
Yang mengejutkan, ada juga penerima pinjol berusia di atas 54 tahun sebanyak 686.354 dengan penyaluran sebesar Rp2 triliun. Jumlahnya meningkat 3,2% dibandingkan Mei 2023.
Selanjutnya penerima pinjol berusia di bawah 19 tahun sebanyak 72.142 dengan penyaluran sebesar Rp168,87 miliar.
Fakta dari GoodStats menuturkan berdasarkan kelompok usia, rentang usia 19-34 tahun menyumbang kredit macet pinjol terbesar. Nilai gagal bayar secara akumulatif mencapai Rp763,65 miliar atau 44,14% dari total kredit macet pinjol nasional.
“Jadi banyak (digunakan untuk) leisure, traveling, gawai, konser music dan sebagainya. Anak-anak muda kan adaptasi internetnya tinggi, pinjol bukan untuk beli kebutuhan pokok atau makan sehari-hari,” jelas Nailul Huda, Peneliti Center of Digital Economy and SME Institute for Development of Economics and Finance (Indef).
Lanjut Huda, generasi milenial atau gen Z lebih berorientasi memenuhi hasrat gaya hidup. Sebaliknya, baby boomer atau generasi yang lebih tua justru cenderung menghindari utang.
Artikel Terkait: Viral Lamaran Kerja Ditolak karena BI Checking Merah, Apa Kriteria SLIK OJK yang Aman?
Kiat Hidup Bebas Utang
Berbagai langkah sudah dilakukan OJK untuk memutus mata rantai pinjol ilegal. Kendati begitu, harus ada niat dari diri sendiri agar bisa menjalani hidup tanpa berhutang. Salah satunya mengelola keuangan dengan baik.
- Ketahui Kebutuhan dan Keinginan. Biaya hidup bisa murah, gengsi yang mahal. Untuk itu, pastikan Anda mengetahui pasti mana kebutuhan dan mana keinginan yang bisa ditunda. Hal ini menjadi langkah awal agar tidak tergoda untuk meminjam uang online
- Menyisihkan, Bukan Menyisakan. Setelah menerima gajian, biasakan menyisihkan uang dahulu untuk menabung dibanding menyisakan. Karena bisa jadi ketika akan disisakan, uang sudah keburu habis.
- Bentuk Dana Darurat. Sedia payung sebelum hujan tepat untuk menggambarkan dana darurat. Sesuai namanya, dana ini hanya boleh digunakan untuk kebutuhan yang mendesak. Jumlah dana darurat berbeda antar keluarga, tergantung berapa orang yang menjadi tanggungan Anda. Untuk yang sudah berkeluarga, dianjurkan menganggarkan 6 hingga 12x pengeluaran bulanan.
- Kurangi Membayar dengan Kartu Kredit. Langkah krusial agar terhindar dari utang menggulung ialah bijak menggunakan CC. Credit Card memang memudahkan seseorang membayar, namun jika tidak bijak Anda akan tersiksa dengan tagihannya. Sebisa mungkin, jangan terbiasa menggunakan metode kartu kredit untuk kebutuhan konsumtif.
- Tahu Skala Prioritas. Mengelola keuangan dengan baik juga bisa dilakukan dengan membuat prioritas keuangan. Coba susun apa yang menjadi impian dalam keluarga. Membeli rumah, pendidikan anak, atau dana pensiun. Mengetahui skala prioritas akan membuat kita lebih bijak mengeluarkan uang.
- Komitmen. Kunci penting sebenarnya adalah menanamkan komitmen teguh agar tidak berutang. Gunakan uang cash, tetapkan bahwa jika uang tunai belum terkumpul artinya belum mampu membeli sesuatu.
Baca juga:
Sedang Terlilit Utang? Ini 13 Kontak Bantuan untuk Bantu Atasi Masalah Anda
Marak Terjadi Penipuan, Kenali 10 Ciri Pinjol Ilegal yang Harus Diwaspadai
Awas Teror Pinjol Ilegal Menakutkan, Ancam Sebar Foto Tidak Senonoh dari Galeri!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.