Parents, apakah Anda sering membandingkan anak sendiri dengan anak lain? Entah dari segi kepatuhan, nilai di sekolah, maupun kemampuan bermain. Baiknya, hentikan sekarang juga, karena efeknya akan buruk pada anak.
Mungkin Parents bermaksud baik dengan membandingkan anak, agar dia lebih kompetitif sehingga lebih terpacu untuk berprestasi. Hanya saja, anggapan ini sangatlah keliru.
Anak justru akan merasakan berbagai emosi negatif bila orang tuanya terus-menerus membandingkan dirinya dengan orang lain.
Artikel terkait: 7 Dosa orangtua kepada anak yang sering dilakukan tanpa Parents sadari
Kenapa Orang Tua Suka Membandingkan Anak?
“Kenapa, ya, para orang tua suka membandingkan anak yang satu dengan yang lain?” Ini mungkin menjadi pertanyaan yang banyak diajukan anak-anak terkait perilaku ayah atau ibunya yang suka melakukan komparasi.
Pikiran untuk membandingkan satu objek dengan objek lainnya tampaknya merupakan sesuatu yang alamiah. Dengan membuat perbandingan, kita bisa menilai tentang baik dan buruk.
Bahkan dalam sebuah kompetisi, sangat lumrah jika seseorang membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain yang dianggap sebagai lawan.
Melansir laman Live Science, sebuah penelitian yang dipublikasikan jurnal Neuron mendapati temuan menarik terkait kebiasaan membandingkan diri.
Saat bekerja sama dalam lingkup yang sifatnya kooperatif, seseorang mempersepsikan performa orang lain sebagai refleksi kinerjanya juga. Artinya, semakin baik performa partner-nya, maka ia juga ikut merasa kompeten.
Sementara dalam sebuah arena kompetisi, yang terjadi adalah hal sebaliknya. Lawan yang terlihat sangat berbakat akan membuat seseorang merasa performanya buruk.
Sekarang mari kita kembali ke pertanyaan di awal: Mengapa orang tua suka membanding-bandingkan anak?
Selain sifat alamiah tadi, bisa jadi ini karena orang tua memandang pencapaian anak sebagai sebuah kompetisi. Sebagaimana layaknya persaingan yang harus dimenangkan.
Terkadang, sebagian orang tua malah sengaja membandingkan secara terang-terangan pencapaian anaknya dengan anak lain.
“Lihat, tuh, anaknya si A, udah jadi crazy rich dari jualan cireng viral. Kamu, mah, rebahan doang.”
Familier, kan, dengan ungkapan semacam ini? Orang tua berharap perbandingan seperti itu akan membuat anaknya semakin semangat mengejar prestasi. Namun alih-alih merasa termotivasi, kebanyakan anak justru merasakan dampak negatif dari sikap orang tua yang suka membandingkan.
9 Dampak Negatif Orang Tua Selalu Membandingkan Anak
Tidak hanya membandingkan anak sendiri dengan orang lain, terkadang orang tua juga membandingkan anak sendiri, misalnya si kakak dengan adiknya.
Kebiasaan ini nyatanya justru memunculkan emosi negatif pada diri anak. Lantas, apa saja dampak negatif jika orang tua selalu membanding-bandingkan anak?
1. Stres
Saat terus-terusan dibandingkan dengan anak lain, anak akan merasa terbebani. Sikap orang tua yang menekan dia untuk menunjukkan kemampuan yang lebih baik, akan membuat anak gelisah dan sulit tidur.
Lebih baik Parents mencoba berbicara dengan anak dari hati ke hati. Tanyakan dengan lembut apa yang membuat performanya turun.
Jika memang ada hal yang mengganggu pikirannya, solusinya dapat dicari bersama-sama. Dengan komunikasi yang terjalin baik, orang tua lebih memahami kesulitan yang dihadapi anak.
2. Merasa Rendah Diri
Dengan selalu dibandingkan, anak akan mulai berpikir bahwa anak-anak lain selalu lebih baik darinya. Ia pun merasa tidak mampu membuat sesuatu yang baik, atau memenuhi harapan orang tua.
Perasaan rendah diri seperti ini tentunya sangatlah buruk bagi perkembangan kepribadian anak dan kondisi psikologis anak. Akibat kondisi mental anak terpengaruh, sehingga membuat prestasi akademiknya juga menurun drastis.
Artikel terkait: Dengan tegas, Cici Panda mengimbau untuk tidak membandingkan anak!
3. Menghindari Keramaian
Ketika anak terus-menerus dicibir karena kemampuannya kurang dibandingkan yang lain, atau terlalu sering menjadi bahan perbandingan, ia akan mulai menghindari interaksi sosial dan keramaian.
Ini bisa terjadi karena anak selalu merasa dirinya tidak cukup kompeten dibanding anak-anak lainnya. Akibatnya, anak akan menjadi pribadi yang tertutup dan tidak memiliki banyak teman.
4. Sikap Acuh Tak Acuh
Bila segala pencapaian yang dilakukan anak selalu diabaikan, maka anak akan bersikap cuek dan malas untuk meraih prestasi apa pun untuk menyenangkan orang tuanya. Akibat orang tua terus-terusan memuji anak lain, maka anak akan berpikir bahwa apa yang dilakukannya adalah kesia-siaan.
Anak selalu merasa dianggap tidak sepadan dengan anak lain. Pada akhirnya, dia merasa tidak perlu repot berusaha untuk memuaskan orang tuanya lagi.
5. Bakat yang Ditekan hingga Menghilang
Saat anak suka sekali melakukan satu hal, ini bisa jadi indikasi bahwa bakatnya ada di bidang tersebut. Namun terkadang, orang tua punya harapan berbeda.
Orang tua kerap menyuruh anak melakukan hal lain yang jauh lebih bermanfaat menurut orang tua. Anak pun akan mengalami dilema.
Anak merasa bahwa bakat yang sedang ia kembangkan tidak diapresiasi. Namun di sisi lain, ia melakukan hal yang diinginkan orang tua dengan setengah hati.
Jika sudah begitu, anak tidak bisa mencapai apa pun dengan maksimal. Bakatnya tidak bisa tumbuh karena ditekan orang tua, dan kemampuannya di bidang yang lain tidak bisa maksimal karena bukan dari hatinya.
Tentu saja, Parents tidak mau anak Anda menjadi menderita begini bukan?
6. Sering Membandingkan Anak Bisa Mematahkan Kepercayaan Dirinya
Ketika anak sudah berusaha keras mencapai sesuatu, terkadang orang tua luput memberikan apresiasi. Anak selalu dituntut harus bisa seperti si A atau si B.
Akibatnya, anak merasa tidak percaya diri. Anak pun mulai mengembangkan pemikiran bahwa apa yang dilakukannya tidak akan pernah cukup.
Faktanya, kebiasaan membandingkan anak memang justrus memengaruhi secara negatif prestasi mereka ke depannya.
7. Menjauhkan Hubungan Orang Tua dengan Anak
Masih ada dampak negatif lainnya jika anak terus-terusan dibandingkan dengan anak lain, entah itu teman, tetangga, sepupu, atau bahkan saudara kandungnya sendiri.
Akan menjadi jelas bagi anak bahwa ada yang salah dengan dirinya, dan orang tuanya tidak merasa senang dengannya. Orang tua menjadi sumber kesakitan bagi anak, sehingga dia mulai menjaga jarak.
Anak juga akan merasa rapuh dan kehilangan kepercayaan pada orang tuanya sendiri. Hal ini bisa memicu masalah tumbuh kembang, atau masalah perilaku seiring anak bertumbuh dewasa.
8. Membandingkan Anak Memicu Persaingan Antar Saudara
Saat orang tua memuji anak lain di hadapannya, dia akan mulai membenci anak tersebut, bahkan bila yang mendapat pujian itu saudaranya sendiri.
Secara tak langsung, anak akan menerima pesan ke alam bawah sadarnya bahwa anak yang berprestasi lebih baik akan lebih dicintai dan disayangi.
Hal ini bisa memicu sikap agresif anak. Tidak menutup kemungkinan, ia bisa mulai berkelahi dengan anak yang selalu mendapat pujian.
9. Anak Menjadi Korban Bullying
Kebiasaan orang tua membandingkan anak, bukan tidak mungkin membuat anak menjadi korban bullying, bahkan di antara sesama saudara.
Anak akan merasa lemah dan terintimidasi lantaran selalu dibandingkan. Apalagi jika ada label atau julukan khusus yang juga disematkan.
Misalnya si kakak yang mendapat julukan ‘anak pintar’, sementara adiknya tidak mendapat julukan istimewa yang bernada positif. Ini bisa membuat sang adik menjadi korban bullying dari saudaranya sendiri.
Artikel terkait: 4 Tips Terhindar dari Kebiasaan Membandingkan Bayi bagi Ibu Baru
Tips untuk Orang Tua agar Tidak Selalu Membandingkan Anak
Sejatinya, setiap anak itu unik dan punya kelebihan masing-masing. Sehingga, tidak bisa dibandingkan dengan anak lain. Biasanya, kecenderungan untuk membandingkan anak muncul karena tuntutan lingkungan sosial di mana kita berada.
Nah, berikut ini beberapa tips agar sikap membanding-bandingkan pencapaian si buah hati tidak jadi kebiasaan:
- Fokuskan perhatian pada anak dan ingatlah bahwa anak-anak akan mencapai tonggak tertentu pada waktu yang berbeda dengan anak lain dan itu tidak apa-apa.
- Batasi waktu Anda di media sosial karena semua yang bergulir di feed orang lain umumnya mengarah pada sikap perbandingan yang toksik. Ibarat kata pepatah, rumput tetangga selalu tampak lebih hijau.
- Dukung anak melakukan apa pun yang ia sukai. Puji dia jika memiliki prestasi dan jangan paksa ia menjadi seperti keinginan Anda.
- Bila nilainya lebih rendah dari anak lain, jangan membuatnya merasa bahwa ia telah membuat Anda malu. Dukung ia untuk berusaha lebih baik. Selalu puji usaha kerasnya di depan publik agar anak tetap merasa percaya diri.
Semoga ulasan tentang dampak negatif membandingkan anak ini bermanfaat, ya, Parents!
Artikel diupdate oleh: Titin Hatma
Baca juga:
Parents, Ini Alasan Mengapa Kebiasaan Membandingkan Anak Harus Dihentikan
7 Cara Menghentikan Kebiasaan Membandingkan Anak
Petugas Bandara Anggap Anaknya Aneh, Anji Luapkan Kekesalan!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.