Erdian Aji Prihartanto atau yang lebih dikenal dengan penyanyi Anji beberapa tahun silam pernah mengalami kejadian buruk. Putra bungsunya mendapat pandangan yang tidak pantas dari beberapa pihak ketika mereka sedang berada di Pulau Dewata Bali tahun 2019 silam.
Hal ini diungkapkan oleh Anji melalui akun media sosial Twitter pribadinya, dia juga menumpahkan segala rasa kesal yang ia pendam. Menurutnya, tidak sepantasnya orang-orang memandang putra bungsunya dengan cara seperti itu.
Diketahui jika putra bungsu penyanyi Anji bernama Sigra Umar Narada mengidap Autism Spectrum Disorder. Pertama kali Sigra didiagnosis mengidap autisme yaitu saat usianya masih 3 tahun.
Artikel terkait : Anak bungsunya didiagnosa Autis, ini yang dilakukan Anji dan istri untuk merawat Sigra
Kekesalan penyanyi Anji saat putra bungsunya direndahkan orang lain
Pada Senin, 6 Januari 2019, Anji membagikan cuitan di Twitter tentang perasaan kesalnya terhadap orang-orang yang sering memberikan pandangan aneh kepada anak-anak autis. Termasuk kepada Sigra, putra bungsu Anji.
“Anak bungsu saya Autism. Tadi di Bandara Ngurah Rai, dia nangis-nangis. Ada petugas yang melihat dengan pandangan menghakimi, entah apa di pikirannya. Menyebalkan,” ujar Anji dengan nada kesal.
“Indonesia harus jadi Negara Inklusif, agar anak-anak dan orang-orang Istimewa tidak dianggap aneh atau dikasihani,” lanjut Anji di akun Twitter pribadinya.
Selain itu, dia pun menyayangkan jika orang-orang dengan disabilitas memiliki rasa tidak percaya diri untuk bisa berbaur dengan masyarakat lain. Seharusnya mereka tidak menutup diri dengan lingkungan sekitar.
“1 dari 10 orang Indonesia adalah penyandang disabilitas. Tapi jarang terlihat di sekeliling kita. Hanya sekali-sekali saja. Kenapa ya? Apakah karena malu? Takut dikasihani?,” tulis Anji.
Artikel terkait : Apa penyebab autis? Dokter anak ini mengklaim menemukan penyebab utama autis pada anak
Penyanyi Anji : Masyarakat harus mulai terbiasa dengan keberadaan orang-orang disabilitas
Bagi Anji, tidak seharusnya anak-anak maupun orang-orang disabilitas selalu dikasihani oleh lingkungan sekitar. Justru, masyarakat harus bisa menerima keberadaan mereka secara normal seperti orang pada umumnya.
“Anak/orang istimewa tidak perlu dikasihani, tapi diterima,” ungkap Anji.
Di sisi lain, dia bersyukur jika selama ini putra bungsunya bersekolah di tempat yang inklusif. Pasalnya, mereka sudah terbiasa dengan keberadaan anak-anak berkebutuhan khusus.
“Saya senang di sekolah anak saya di Cibubur, lingkungannya sangat inklusif. Guru, murid-murid maupun orangtua murid. Mereka terbiasa dengan kehadiran anak/orang istimewa,” jelas suami dari Wina Natalia.
Orangtua harus menerima keadaan anak
Menjadi orangtua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus, Anji berpesan bahwa kita harus menerima keadaan anak dengan ikhlas. Lalu, kita pun harus sabar, terlebih jika anak dengan autisme sedang tantrum.
“Faktor penting pertama adalah penerimaan. Lalu mulai penanganan. Anak saya baru 1,5 tahun ditangani serius dan perkembangannya sangat bagus. Walau ketika sedang ‘on’, kami harus sangat sabar,” pesannya.
Artikel terkait : Anak autis bukan kekurangan, ini 4 kelebihan yang menjadikannya istimewa
Anak autisme butuh penerimaan masyarakat
Dilansir dari situs Applied Behavior Analysis, yang dibutuhkan oleh anak-anak maupun orang-orang autisme yaitu sebuah penerimaan dari kalangan masyarakat. Sebab, ternyata masih banyak masyarakat yang memperlakukan individu autis dan keluarga mereka dengan sebelah mata. Bahkan tidak jarang mendapat penindasan dari lingkungan sosial.
Contohnya, kondisi tersebut masih terjadi di Amerika, yang mana terdapat 1 dari 68 anak-anak Amerika didiagnosis mengidap autisme. Mereka, sering dianggap sebagai kalangan dengan kasta terendah oleh lingkungan sekitarnya.
Padahal, membesarkan anak dengan spektrum autisme tidaklah mudah dan cenderung membuat sebagian orangtua merasa depresi. Sehingga, para orangtua juga butuh ‘teman curhat’ untuk meluapkan segala perasaannya agar lebih tenang.
Untuk itu, apabila Parents menjadi salah satu orang yang pernah menjadi teman curhat orangtua yang memiliki anak autis, dengarkanlah ceritanya baik-baik. Sebab, kemungkinan para orangtua itu hanya ingin berbagi perjuangan mereka, dan mereka tidak mencari saran atau pendapat yang tidak diinginkan.
Oleh karena itu, mulai dari sekarang, seharusnya kita semua sudah bisa menerima keberadaan anak-anak autis maupun yang berkebutuhan khusus lainnya. Tidak ada lagi pandangan menghakimi, merendahkan, aneh, dan jenis lainnya untuk mereka.
Referensi : Twitter @duniamanji dan Applied Behavior Analysis
Baca juga :
Dibilang congean, Saga anak pertama Anji beri informasi soal sinus preauricular
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.