Pandemi COVID-19 yang menjangkiti komunitas global sedikit banyak mengubah seluruh lini kehidupan masyarakat, salah satunya keharusan melakukan segala sesuatunya di rumah saja. Tak terkecuali pekerja yang mengandalkan zoom sebagai media berkomunikasi. Kebiasaan ini nyatanya menimbulkan fenomena baru yaitu zoom dysmorphia.
Fenomena Zoom Dysmorphia
Berjam-jam lamanya mengikuti aneka macam meeting dengan platform zoom kini menjadi makanan sehari-hari, termasuk Anda salah satunya. Rupanya, habit ini membuat sebuah fenomena yaitu zoom dysmorphia meningkat.
Merujuk laman People, Zoom dysmorphia merupakan suatu kondisi ketika seseorang mendadak terobsesi pada kekurangan mereka setelah menghabiskan sekian jam di depan layar zoom. Lama-lama, orang ini akan merasa tidak percaya diri dengan penampilannya, lalu memilih menghindari interaksi sosial.
Lebih ekstrim lagi, orang tersebut akan melakukan operasi plastik demi mengubah penampilan mereka. Hal ini nyatanya juga bisa berlaku pada orang yang sering berselancar di Instagram dan jadi fokus pada ketidaksempurnaan yang dimiliki, demikian penuturan Alyssa “Lia” Mancao, LCSW, pekerja sosial klinis berlisensi dan terapis kognitif bersertifikat.
“Kami menginternalisasi pesan-pesan itu, jadi kami akan sangat fokus pada diri sendiri saat melakukan panggilan Zoom. Kebiasaan ini membuat seseorang cenderung percaya bahwa dengan zoom, lawan bicara juga memedulikan bagaimana penampilan kita, padahal tidak demikian,” sambung Alyssa.
Fakta tersebut diamini oleh para ahli bedah plastik yang memaparkan bahwa konferensi video zoom kini menjadi alasan banyak orang ingin mengubah penampilan. Dalam studi yang dipublikasikan dalam jurnal Bedah Plastik Wajah & Pengobatan Estetika terkuak sebanyak 130 dokter kulit di seluruh dunia melakukan operasi plastik kepada 85% pasien mereka berkat zoom!
“Berbeda dengan media sosial sejenis seperti kamera selfie atau filter Instagram, media zoom menampilkan versi diri seseorang yang sebenarnya. Dalam artian, penampilan kita akan berbeda setiap harinya. Hal ini membuat ada efek drastis sehingga orang jadi tidak puas dengan tubuhnya,” demikian yang tertulis dalam jurnal tersebut.
Permasalahan lainnya adalah layar laptop atau komputer berukuran besar dan kamera tidak banyak membantu untuk membuat penampilan kita lebih baik. “Kamera yang ada pada zoom mendistorsi kualitas video dan membuat representasi yang tidak akurat dari penampilan seseorang sebenarnya,” jelas jurnal tersebut.
Sebuah studi bahkan menemukan bahwa layar berukuran 12 inch diklaim meningkatkan kecenderungan seseorang merasa ukuran hidungnya bertambah 30% dibandingkan pengambilan foto dari jarak 5 kaki .
Terlebih dengan webcam yang merekam dengan fokus pendek membuat seseorang merasa wajahnya lebih bulat, serta mata dan hidungnya lebih lebar. Kecenderungan ini yang membuat para ahli bedah plastik mengingatkan keterbatasan webcam dan tahu representasi realitas wajah kita yang sebenarnya.
Kondisi ini mengingatkan kita pada zoom fatigue yang juga melanda saat COVID-19 baru melanda dunia. Dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Social Science Research Network yang mana melibatkan lebih dari 10.000 responden menemukan bahwa 1 dari 7 perempuan merasakan kelelahan teramat sangat setelah melakukan panggilan zoom sepanjang Februari hingga Maret.
Uniknya, pria tidak mengalami isu yang sama dengan persentase sebanyak itu. Hanya 1 dari 20 pria melaporkan mengalami hal yang sama dengan level kelelahan serupa. Peneliti memaparkan hal tersebut disebabkan perempuan umumnya menjalani call meeting melalui zoom dengan durasi lebih panjang tetapi jarak istirahat sedikit per meeting-nya.
Cara Berdamai dengan Zoom Dysmorphia
Di samping bentuk wajah, zoom dysmorphia turut membuat seseorang fokus pada masalah yang ada di wajah. Sebut saja jerawat, kerutan, dan garis halus. Lebih lanjut, Mancao membagikan tips yang bisa dilakukan agar gejala mental ini tidak berkelanjutan:
- Matikan kamera. Mematikan kamera yang ada pada fasilitas zoom menjadi solusi paling praktis yang bisa Anda lakukan. Anda tak harus menyalakan kamera di semua meeting. Nyalakan hanya untuk meeting paling penting saja.
- Bisa juga tutupi diri Anda. Jika memang Anda tetap harus menyalakan kamera, siasati dengan menempelkan notes berwarna di layar Anda. Cara ini akan membuat Anda tidak tergoda untuk berkaca setiap saat. Metode ini juga tidak mengharuskan siapa pun untuk melakukan kontak mata dengan lawan bicara di layar zoom
- Katakan kalimat motivasi di depan cermin. Cobalah motivasi diri Anda dengan berdiri di hadapan cermin sebelum bekerja. Katakan statement positif yang membuat Anda percaya diri 10x, sebanyak 2-3x sehari. Sedikit banyak, cara ini membuat Anda mengubah mindset otak tentang penampilan
- Buat daftar hal yang negatif. Selain memotivasi diri, Mancao menganjurkan agar Anda berani menuliskan seluruh pikiran negatif yang terbersit dalam benak Anda utamanya setelah mengakhiri zoom call meeting. Pikirkanlah apa yang terlintas untuk kemudian mengubahnya menjadi mindset positif.
- Hindari media sosial. Untuk sementara, Anda bisa memilih menjauh sejenak dari media sosial apapun bentuknya. Aneka filter dan kisah orang lain cenderung membuat seseorang membandingkan dirinya dengan orang lain. Lakukan hal ini sebelum melakukan panggilan zoom. Dengan begitu, Anda tidak semakin memperburuk diri dengan fokus pada kekurangan.
Semoga informasi ini bermanfaat dan Anda bisa mengaplikasikan zoom sebagaimana mestinya tanpa mengubah diri Anda.
Baca juga:
Waspada Zoom Fatigue, Kondisi Kelelahan Anak Akibat Terlalu Lama Sekolah Online
5 Cara Cegah Stress Akibat Komunikasi Virtual Selama Pandemi, Wajib Tahu!
Pahalanya Sama Besar, Ini Makna dan Manfaat Halal Bihalal Secara Virtual
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.