Pernahkah Bunda mengalami siklus menstruasi yang tidak normal, seperti menstruasi yang muncul berupa bercak-bercak atau datang dalam jumlah yang berlebihan? Atau, menstruasi berlangsung dalam rentang waktu singkat, atau pun sebaliknya berlangsung sangat lama?
Siklus menstruasi dapat menunjukkan banyak hal tentang kesehatan Anda. Dengan memperhatikannya, Anda akan mengetahui normal ataukah tidak menstruasi yang Anda alami.
Artikel terkait: 6 Penyebab Haid Dua Kali dalam Sebulan, Waspada Bisa Jadi Tanda Penyakit
Daftar isi
Apa Itu Siklus Menstruasi?
Siklus menstruasi adalah rangkaian perubahan tubuh pada wanita yang terjadi dalam satu bulan dalam mempersiapkan kemungkinan terjadinya kehamilan. Setiap bulan, rahim mengeluarkan sel telur – proses ini disebut ovulasi.
Pada waktu yang sama, terjadi perubahan hormon pada rahim untuk mempersiapkan kehamilan. Jika pada masa ovulasi tersebut, tidak terjadi pembuahan pada sel telur dari sel sperma, maka dinding rahim akan meluruh dan keluar melalui vagina. Itulah yang disebut masa (periode) menstruasi.
Pada Usia Berapa Biasanya Biasanya Menstruasi Dimulai?
Dikutip dari laman Cleveland Clinic, seorang wanita mulai menstruasi pada usia rata-rata 12 tahun. Namun, Anda bisa mulai menstruasi pada usia 8 tahun atau paling lambat 16 tahun. Umumnya, kebanyakan orang mengalami menstruasi dalam beberapa tahun setelah tumbuh payudara dan rambut kemaluan.
Sementara itu, mereka berhenti menstruasi saat menopause, yang terjadi sekitar usia 51 tahun. Anda telah mencapai menopause ketika Anda belum mendapatkan menstruasi dalam satu tahun.
Berapa Lama Siklus Menstruasi yang Normal?
Siklus menstruasi dihitung dari hari pertama dalam satu periode mentruasi hingga hari pertama periode menstruasi berikutnya, dan untuk setiap wanita tidak sama.
Siklus menstruasi normal bisa terjadi dalam setiap 21-35 hari dan menstruasi bisa berhenti dalam 2 hingga 7 hari.
Pada tahun-tahun pertama dimulainya menstruasi, siklus menstruasi biasanya panjang. Namun, siklus cenderung memendek dan semakin teratur seiring bertambahnya usia.
Siklus menstruasi Anda dapat teratur – dengan jangka waktu yang hampir sama setiap bulan– atau mungkin juga tidak teratur.
Menstruasi bisa terasa ringan atau berat, dengan rasa sakit atau pun tidak, lama atau pun sebentar. Namun semuanya masih bisa dianggap normal. Dalam arti luas, “normal” adalah apa yang normal buat Anda.
4 Fase Siklus Menstruasi
Berawal dari kerja sama antara berbagai hormon, fase menstruasi terbagi menjadi empat tahapan, apa saja?
Fase 1: Menstruasi
Perempuan mengalaminya selama 3-7 hari. Pada fase inilah lapisan dinding rahim luruh menjadi darah menstruasi. Biasanya darah yang keluar berkisar antara 30-40 ml pada tiap siklus. Selain darah, vagina juga akan mengeluarkan lendir.
Pada hari pertama hingga hari ke-3, darah menstruasi yang keluar biasanya akan lebih banyak. Beberapa perumpuan juga mungkin merasakan nyeri atau kram pada bagian panggul, kaki, dan punggung. Hal ini normal karena dipicu oleh kontraksi dalam rahim yang disebabkan peningkatan hormon prostaglandin selama menstruasi terjadi.
Kendati terasa tidak nyaman, kontraksi ini yang sejatinya membantu mendorong dan mengeluarkan lapisan dinding rahim yang luruh menjadi darah menstruasi.
Pada saat yang sama, hormon perangsang folikel (FSH) mulai meningkat dan memancing perkembangan 5-20 folikel (kantong yang berisi indung telur) di dalam ovarium.
Selama masa menstruasi ini, hormon estrogen Anda akan berada pada tingkatan yang rendah. Maka tak heran jika secara emosional Anda lebih mudah untuk marah atau tersinggung, bahkan untuk hal kecil.
Fase 2: Folikuler (Pra-ovulasi)
Dimulai di hari pertama haid. Dalam tahap inilah terjadi proses pematangan folikel, yang berakhir pada pelepasan sel telur di dalamnya. Folikel ini bisa dikatakan sebagai “cangkang” dari sel telur tersebut.
Pada fase ini, hormon Follicle-Stimulating Hormon (FSH) yang memicu pematangan folikel meningkat. Hormon ini menstimulasi tumbuhnya 15-20 folikel. Meskipun ada banyak folikel yang distimulasi, nantinya hanya 1 folikel dalam 1 ovarium yang akan dominan dan matang.
Bagi pasangan suami istri, fase ini menjadi momentum tepat untuk merencanakan kehamilan. Masa subur akan menjadi penentu kemungkinan kehamilan sangat tinggi. Namun, ada juga kondisi saat menstruasi berlangsung rutin setiap bulan tetapi tidak disertai pelepasan sel telur atau disebut anovulatoir.
Fase 3: Ovulasi
Ovulasi umumnya terjadi di tengah siklus, yakni sekitar 2 minggu atau lebih sebelum mulai menstruasi.
Ovulasi adalah proses ketika ovarium melepaskan satu sel telur yang matang. Telur ini kemudian bergerak ke tuba falopi menuju rahim untuk dibuahi oleh sperma. Masa hidup sel telur biasanya hanya sekitar 24 jam hingga bertemu dengan sperma. Inilah kesempatan terbaik sepanjang siklus menstruasi untuk Anda yang ingin memiliki momongan.
Ketika ovulasi, perempuan biasanya mengalami keputihan kental dan lengket berwarna bening seperti putih telur. Suhu basal tubuh juga akan meningkat yaitu berada pada kisaran 37 sampai 38º Celsius.
Artikel terkait: Ketahui Apa Itu Ovulasi dan Tanda Masa Subur? Penting untuk yang Promil
Fase 4: Fase Luteal
Terakhir yaitu fase luteal di mana saat folikel melepaskan telurnya, bentuknya berubah menjadi korpus luteum yang melepaskan hormon progesteron dan estrogen. Peningkatan hormon di fase ini berfungsi menjaga lapisan rahim menebal dan siap untuk ditempati janin.
Ketika Anda positif hamil, tubuh akan menghasilkan human chorionic gonadotropin (hCG) yaitu hormon untuk membantu menjaga korpus luteum dan lapisan rahim tetap tebal. Namun jika tidak hamil, korpus luteum akan menyusut dan diserap oleh lapisan rahim. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun, membuat lapisan rahim akhirnya luruh.
Fase tersebutlah yang Anda kenal dengan sindrom pramenstruasi (PMS). Berbagai gejala akan muncul seperti kram perut, payudara membengkak, sakit kepala, terus merasa lapar, bahkan sulit tidur. Gejala ini dirasakan pada setiap fase menstruasi selanjutnya.
Fase luteal biasanya berlangsung selama 11 hingga 17 hari, namun biasanya perempuan mengalaminya selama 14 hari.
Hormon yang Memengaruhi Fase Siklus Menstruasi
Ada beberapa hormon di dalam tubuh yang memengaruhi fase siklus menstruasi, di antaranya:
- Estrogen, hormon yang sangat berpengaruh terhadap masa ovulasi dalam siklus reproduksi perempuan. Hormon ini turut berperan pada perubahan tubuh remaja ketika masa pubertas dan pembentukan kembali lapisan rahim setelah periode menstruasi;
- Progesteron, yang bersama dengan estrogen bersinergi menjaga siklus reproduksi dan kehamilan. Progesteron diproduksi dalam ovarium dan berperan dalam penebalan dinding rahim;
- Hormon pelepas gonadotropin (Gonadotrophin-releasing hormone-GnRh). Diproduksi oleh otak, hormon ini membantu memberikan rangsangan pada tubuh untuk menghasilkan hormon perangsang folikel dan hormon lutein;
- Hormon Lutein (Luteinizing hormone-LH) yang merangsang sel telur dan proses ovulasi; dan
- Hormon perangsang folikel (Follicle stimulating hormone-FSH) berfungsi membantu sel telur di dalam ovarium matang dan siap untuk dilepaskan. Hormon ini diproduksi di kelenjar pituitari pada bagian bawah otak.
Tanda-tanda Menstruasi
Tidak semua wanita mengalami gejala menstruasi yang signifikan. Intensitas gejala ini juga bisa bervariasi. Gejala atau tanda-tanda menstruasi yang paling umum adalah kram.
Tanda-tanda lain Anda mendapatkan menstruasi adalah:
- Perubahan suasana hati
- Sulit tidur
- Sakit kepala
- Mengidam makanan
- Kembung
- Kelembutan payudara
- Jerawat
Cara Menghitung Siklus Menstruasi
Untuk mengetahui apakah siklus menstruasi Anda normal atau tidak, mulailah mencatat siklus menstruasi di kalender atau dengan bantuan aplikasi kalender di smartphone Anda.
Mulailah dengan mencatat tanggal awal dari setiap periode menstruasi untuk beberapa bulan berturut-turut untuk mengidentifikasi keteraturan periode menstruasi Anda.
Dalam aplikasi kalender menstruasi yang ada pada smartphone, Anda juga bisa mencatat bagaimana banyaknya aliran menstruasi Anda. Apakah lebih ringan atau lebih banyak dari biasanya? Bagaimana rasa sakit saat menstruasi, dan perubahan lainnya yang bisa Anda catat untuk mengamati kondisi kesehatan Anda.
Apa Itu Siklus Menstruasi Tidak Teratur?
Siklus menstruasi tidak teratur artinya tidak berjalan normal seperti pada umumnya. Berikut beberapa kondisi menstruasi yang tidak teratur, di antaranya:
- Menstruasi terjadi kurang dari 21 hari atau berjarak lebih dari 35 hari.
- Tidak mengalami menstruasi selama tiga bulan (atau 90 hari).
- Aliran darah menstruasi yang jauh lebih berat atau lebih ringan dari biasanya.
- Menstruasi yang berlangsung lebih dari 14 hari.
- Menstruasi yang disertai nyeri hebat, kram, mual atau muntah.
- Pendarahan atau bercak yang terjadi di antara periode menstruasi.
Siklus Menstruasi Pendek
Seiring bertambahnya usia, siklus menstruasi mungkin akan menjadi lebih pendek. Hal ini normal terjadi. Namun, ketika siklus menstruasi Anda tiba-tiba berubah dan memiliki perbedaan yang signifikan, bisa jadi Anda sedang mengalami kondisi kesehatan tertentu.
Artikel terkait: Siklus menstruasi wanita berubah sesuai pertambahan usia, ini penjelasannya
Penyebab Siklus Menstruasi Tidak Teratur
- Usia: Siklus menstruasi sering tidak teratur pada masa awal remaja atau menstruasi pertama, hingga mencapai fase siklus yang konsisten.
- Kehamilan atau Menyusui: Periode menstruasi yang tertunda atau hilang dapat menjadi tanda awal dari sebuah kehamilan. Menyusui pada umumnya menunda terjadinya menstruasi setelah kehamilan.
- Stres: Tekanan atau tingkat stres yang tinggi dapat memengaruhi hormon yang mengatur siklus menstruasi. Sehingga menyebabkan siklus menjadi teratur.
- Berat Badan: Obesitas atau pun kekurangan berat badan dapat menyebabkan siklus menstruasi yang tidak teratur.
- Aktivitas Fisik: Aktivitas fisik atau olahraga berat yang berlebihan atau intens dapat menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur.
- Penyakit dan Gangguan Medis: Beberapa penyakit atau kondisi medis seperti Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS) atau gangguan tiroid juga dapat menyebabkan menstruasi yang tidak teratur. Selain itu, penyakit infeksi organ reproduksi juga dapat menyebabkan pendarahan menstruasi yang tidak biasa.
- Penggunaan Alat KB: Bunda, penggunaan beberapa tipe alat kontrasepsi, seperti pil KB pun dapat merubah siklus menstruasi. Jika Anda mengalaminya, ada baiknya Anda berkonsultasi pada dokter untuk menghadapi masalah ini.
Cara Mengatasi Siklus Menstruasi Tidak Teratur
Berikut beberapa pengobatan yang bisa dilakukan untuk menangani siklus yang tidak teratur:
- Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD): IUD dapat digunakan untuk menurunkan jumlah perdarahan menstruasi setiap bulan.
- Gonadotropin-releasing hormone (GnRH): Hormon yang dapat mengurangi ukuran fibroid rahim dan membantu mengatur siklus menstruasi.
- Terapi hormon: Pengobatan ini bisa membantu jika siklus menstruasi yang tidak teratur disebabkan oleh perimenopause.
- Antibiotik: Dokter mungkin akan meresepkan antibiotik jika penyebab haid tidak teratur adalah karena infeksi.
Kapan Harus ke Dokter?
Anda harus ke dokter bila terjadi beberapa hal berikut:
- Bila periode menstruasi Anda tiba-tiba berhenti lebih dari 90 hari, dan Anda tidak hamil.
- Jika periode menstruasi Anda menjadi tidak menentu padahal biasanya teratur.
- Bila mengalami pendarahan lebih dari tujuh hari.
- Pendarahan Anda lebih berat dari biasanya atau menembus pembalut lebih dari satu untuk setiap satu atau dua jam.
- Bila periode menstruasi Anda kurang dari 21 hari atau lebih dari 35 hari.
- Bila Anda mengalami pendarahan di antara periode-periode menstruasi rutin.
- Mengalami rasa sakit yang parah selama periode menstruasi.
- Mengalami demam dan merasa sakit setelah menggunakan pembalut.
Ingatlah Bunda, mencatat dan mengamati siklus dapat membantu menemukan sesuatu yang tidak beres dalam tubuh Anda. Dan bila menemukannya, segeralah berkonsultasi pada dokter Anda.
***
Baca juga:
Flu Saat Menstruasi: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya (theasianparent.com)
Seks Saat Siklus Menstruasi, Ini Resikonya – TheAsianParent Indonesia
Ciri wanita susah hamil, nomor 4 paling jarang disadari! (theasianparent.com)