Menstruasi menjadi suatu hal yang wajar dalam kehidupan perempuan. Jika sel telur sudah lepas dan tidak kunjung dibuahi, lapisan rahim yang tadinya dipersiapkan untuk kehamilan akan luruh. Namun, tahukah Bunda bahwa terdapat fase menstruasi yang terjadi dalam tubuh? Apa saja yang akan terjadi pada kondisi badan Anda saat haid? Simak penjelasannya berikut.
Hormon yang Memengaruhi Menstruasi
Perempuan mengalami siklus yang berbeda saat menstruasi datang setiap bulannya. Normalnya, siklus menstruasi terjadi antara 23-35 hari, namun rata-rata siklus menstruasi adalah 28 hari. Pada dasarnya, siklus ini dibagi menjadi beberapa fase yang diatur oleh hormon di dalam tubuh antara lain:
- Estrogen, hormon yang sangat berpengaruh terhadap masa ovulasi dalam siklus reproduksi perempuan. Hormon ini turut berperan pada perubahan tubuh remaja ketika masa pubertas dan pembentukan kembali lapisan rahim setelah periode menstruasi;
- Progesteron, yang bersama dengan estrogen bersinergi menjaga siklus reproduksi dan kehamilan. Progesteron diproduksi dalam ovarium dan berperan dalam penebalan dinding rahim;
- Hormon pelepas gonadotropin (Gonadotrophin-releasing hormone-GnRh). Diproduksi oleh otak, hormon ini membantu memberikan rangsangan pada tubuh untuk menghasilkan hormon perangsang folikel dan hormon lutein;
- Hormon Lutein (Luteinizing hormone-LH) yang merangsang sel telur dan proses ovulasi; dan
- Hormon perangsang folikel (Follicle stimulating hormone-FSH) berfungsi membantu sel telur di dalam ovarium matang dan siap untuk dilepaskan. Hormon ini diproduksi di kelenjar pituitari pada bagian bawah otak.
Fase Menstruasi Perempuan
Berangkat dari kerja sama antara hormon-hormon kesuburan di atas, fase menstruasi terbagi menjadi empat tahapan, apa saja?
1. Fase Pertama – Menstruasi
Pertama yaitu menstruasi, dalam fase ini perempuan mengalaminya selama 3-7 hari. Pada fase inilah lapisan dinding rahim luruh menjadi darah menstruasi. Biasanya darah yang keluar berkisar antara 30-40 ml pada tiap siklus. Selain darah, vagina juga akan mengeluarkan lendir.
Pada hari pertama hingga hari ke-3, darah menstruasi yang keluar akan lebih banyak. Pada saat ini, biasanya perempuan akan merasakan nyeri atau kram pada bagian panggul, kaki, dan punggung. Hal ini normal karena dipicu oleh kontraksi dalam rahim disebabkan peningkatan hormon prostaglandin selama menstruasi terjadi.
Adapun kontraksi yang kuat dalam rahim menyebabkan suplai oksigen ke rahim tidak berjalan dengan lancar. Alhasil, kram atau nyeri perut dirasakan selama menstruasi. Kendati kerap menimbulkan rasa tidak nyaman, kontraksi ini yang sejatinya membantu mendorong dan mengeluarkan lapisan dinding rahim yang luruh menjadi darah menstruasi.
Luruhnya lapisan dinding rahim ini juga disebabkan oleh penurunan kadar estrogen dan progesteron. Pada saat yang sama, hormon perangsang folikel (FSH) mulai meningkat dan memancing perkembangan 5-20 folikel (kantong yang berisi indung telur) di dalam ovarium. Dari beberapa folikel yang berkembang, hanya ada satu folikel yang terus berkembang akan memproduksi estrogen.
Selama masa menstruasi ini, hormon estrogen Anda akan berada pada tingkatan yang rendah. Maka tak heran jika secara emosional Anda lebih mudah untuk marah atau tersinggung bahkan untuk hal kecil.
2. Fase Dua – Folikuler (Pra-ovulasi)
Fase folikuler atau pra-ovulasi dimulai di hari pertama haid. Dalam tahap inilah terjadi proses pematangan folikel, yang berakhir pada pelepasan sel telur di dalamnya. Folikel ini bisa dikatakan sebagai “cangkang” dari sel telur tersebut.
Pada fase ini, hormon Follicle-Stimulating Hormon (FSH) yang memicu pematangan folikel meningkat. Hormon ini menstimulasi tumbuhnya 15-20 folikel. Meskipun ada banyak folikel yang distimulasi, nantinya hanya 1 folikel dalam 1 ovarium yang akan dominan dan matang.
Selain itu, hormon Luteinizing Hormon (LH) juga meningkat. Hormon LH adalah hormon yang memicu proses pelepasan sel telur hingga siap untuk dibuahi. Keseimbangan hormon terjadi karena peningkatan hormon tersebut turut memicu produksi hormon estrogen yang memungkinkan tubuh membatasi jumlah folikel matang.
Bagi pasangan suami istri, fase ini menjadi momentum tepat untuk merencanakan kehamilan. Masa subur akan menjadi penentu kemungkinan kehamilan sangat tinggi. Namun, ada juga kondisi saat menstruasi berlangsung rutin setiap bulan, tetapi tidak disertai pelepasan sel telur atau disebut anovulatoir.
3. Fase Tiga – Ovulasi
Meningkatkan kadar estrogen selama fase pra ovulasi memicu kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon luteinizing (LH) yang mendorong proses ovulasi. Ovulasi umumnya terjadi di tengah siklus, yakni sekitar 2 minggu atau lebih sebelum mulai menstruasi.
Ovulasi adalah proses ketika ovarium melepaskan satu sel telur yang matang. Telur ini kemudian bergerak ke tuba falopi menuju rahim untuk dibuahi oleh sperma. Masa hidup sel telur biasanya hanya sekitar 24 jam hingga bertemu dengan sperma. Inilah kesempatan terbaik sepanjang siklus menstruasi untuk Anda yang ingin memiliki momongan.
Ketika ovulasi, perempuan biasanya mengalami keputihan kental dan lengket berwarna bening seperti putih telur. Suhu basal tubuh juga akan meningkat yaitu berada pada kisaran 37 sampai 38º Celsius.
Untuk mengetahui suhu ini, ukurlah dengan termometer di vagina atau anus setiap hari di lokasi dan jam yang sama. Idealnya, lakukan pengukuran suhu di pagi hari setelah bangun tidur.
4. Fase Luteal
Terakhir yaitu fase luteal di mana saat folikel melepaskan telurnya, bentuknya berubah menjadi korpus luteum yang melepaskan hormon progesteron dan estrogen. Peningkatan hormon di fase ini berfungsi menjaga lapisan rahim menebal dan siap untuk ditempati janin.
Ketika Anda positif hamil, tubuh akan menghasilkan human chorionic gonadotropin (hCG) yaitu hormon untuk membantu menjaga korpus luteum dan lapisan rahim tetap tebal. Namun jika tidak hamil, korpus luteum akan menyusut dan diserap oleh lapisan rahim. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun, membuat lapisan rahim akhirnya luruh.
Fase tersebutlah yang Anda kenal dengan sindrom pramenstruasi (PMS). Berbagai gejala akan muncul seperti kram perut, payudara membengkak, sakit kepala, terus merasa lapar, bahkan sulit tidur.
Gejala ini dirasakan pada setiap fase menstruasi selanjutnya. Fase luteal biasanya berlangsung selama 11 hingga 17 hari, namun biasanya perempuan mengalaminya selama 14 hari.
Inilah fase menstruasi yang dialami perempuan setiap bulannya. Mengingat ini merupakan proses yang kompleks dan melibatkan interaksi hormon, penting bagi Anda memerhatikan setiap prosesnya secara intens. Adanya gangguan pada setiap proses rentan mengganggu siklus menstruasi dan akhirnya berdampak pada proses kehamilan.
Baca juga:
Tak Selalu dengan Obat, Ini 7 Cara Alami Atasi Kram Perut Saat Menstruasi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.