X
theAsianparent Indonesia Logo
theAsianparent Indonesia Logo
kemendikbud logo
Panduan ProdukMasuk
  • Hidrasi Keluarga
  • Breastfeeding Week 2022
  • Cari nama bayi
  • Perawatan Ibu dan Bayi
  • Rangkaian Edukasi
    • Pengasuhan Anak
    • Edukasi Prasekolah
    • Edukasi Sekolah Dasar
    • Edukasi Remaja
  • TAPpedia
  • TAP Rekomendasi
  • Kehamilan
    • Kalkulator perkiraan kelahiran
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
    • Kehilangan bayi
    • Project Sidekicks
  • Tumbuh Kembang
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Usia Sekolah
    • Praremaja
  • Parenting
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Seks
    • Berita Terkini
  • Kesehatan
    • COVID-19
    • Info Sehat
    • Penyakit
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Korea Update
    • Hiburan
    • Travel
    • Fashion
    • Kebudayaan
    • Kecantikan
    • Keuangan
    • Marvelous Asian Mums Special 2021
  • Nutrisi
    • Resep
    • Makanan & Minuman
    • Sarapan Bergizi
  • Videos
    • Kata Pakar Parenting
    • Plesiran Ramah Anak
    • Pilihan Parents
    • Kisah Keluarga
    • Kesehatan
    • Kehamilan
    • Event
    • Tumbuh Kembang
  • Ayah manTAP!
    • Kesehatan Ayah
    • Kehidupan Ayah
    • Aktivitas Ayah
    • Hobi
  • VIP

5 Fakta Seputar Virus Marburg di Afrika, Gejalanya Sangat Mengejutkan!

Bacaan 4 menit
5 Fakta Seputar Virus Marburg di Afrika, Gejalanya Sangat Mengejutkan!5 Fakta Seputar Virus Marburg di Afrika, Gejalanya Sangat Mengejutkan!

Marburg kembali muncul di Afrika, seperti apa faktanya?

Belum usai perjuangan seluruh negara di belahan dunia bertempur dengan Corona, belum lama WHO umumkan kemunculan virus marburg. Virus ini digadang sangat menular, juga mematikan. Berikut deretan fakta yang perlu menjadi perhatian.

Fakta Virus Marburg

1. Ditemukan di Afrika

Sebagai informasi, virus Marburg merupakan agen penyebab Marburg virus disease (MVD) atau penyakit virus Marburg. Mengutip situs resmi Organisasi Kesehatan Dunia, virus ini pertama terdeteksi pada 1967 silam setelah wabah simultan di Marburg dan Frankfurt di Jerman, serta Beograd, Serbia.

Fakta Virus Marburg

Kini, virus ini kembali mengemuka di benua Afrika. Pejabat kesehatan Guinea mengonfirmasi kasus pertama infeksi virus Marburg di Afrika Barat. Penyakit ini muncul lagi dan masih keluarga yang sama dengan virus penyebab Ebola.

Diketahui infeksi ini ditularkan dari manusia melalui kelelawar buah, lalu menyebar antar manusia melalui transmisi cairan tubuh. Adapun wabah besar terakhir kali terjadi di Angola pada tahun 2005.

Sampel yang diambil dari pasien di Guinea yang telah meninggal, diuji di laboratorium negara itu, dan menunjukkan hasil positif untuk virus Marburg. Direktur WHO Afrika Dr Matshidiso Moeti mengatakan virus itu berpotensi "menyebar jauh dan luas".

Akan tetapi, dia memuji kewaspadaan dan tindakan investigasi cepat oleh petugas kesehatan Guinea terhadap munculnya virus Marburg ini. Mengingat sangat menular, upaya yang dilakukan sejauh ini yaitu mendeteksi orang yang mungkin berkontak dengan orang yang telah meninggal tersebut.

Artikel terkait: Kabar Baik, Peneliti Temukan Antibodi Super yang Bisa Melawan Varian Virus Corona

2. Fatalitas Tinggi

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, virus ini memiliki kemiripan dengan Ebola yang pernah marak di Afrika. Keduanya berasal dari anggota keluarga Filoviridae (filovirus). Meskipun disebabkan oleh virus yang berbeda, kedua penyakit ini secara klinis serupa.

Kendati jarang terjadi, virus Marburg memiliki rasio kematian tinggi. Sebelumnya dikenal sebagai demam berdarah Marburg, rata-rata tingkat kematian akibat kasus MVD adalah berkisar 24 persen hingga 88 persen tergantung penanganan yang dilakukan.

Sejauh ini, WHO mendukung pihak berwenang Guinea dalam menyelidiki sumber wabah, melacak kontak, dan membentuk komunitas lokal tentang langkah-langkah perlindungan.

"WHO akan mencegah wabah Marburg dengan mempertahankan pengawasan dan mendukung negara-negara berisiko untuk mengembangkan rencana kesiapsiagaan. Sekitar 150 kontak telah diidentifikasi dan sedang ditindaklanjuti, termasuk tiga anggota keluarga dan seorang petugas kesehatan, yang telah diidentifikasi sebagai kontak erat berisiko tinggi,” ungkap WHO dalam laman resminya.

Artikel terkait: Cek Fakta: Benarkah Virus COVID-19 di India Tidak Terbaca Tes PCR?

3. Gejala

Fakta Virus Marburg

Lebih lanjut, Marburg memiliki masa inkubasi bervariasi mulai 2 hingga 21 hari. Adapun gejala yang dialami yaitu diawali demam tinggi mendadak disertai sakit kepala dan malaise parah. Virus turut memengaruhi sistem saraf pusat yang mengakibatkan kebingungan, lekas marah dan agresi penderita meningkat.

Hari berikutnya, orang terinfeksi akan merasakan nyeri bagian lain dan nyeri otot. Pada hari ketiga gejala yang muncul berupa diare berair yang parah, sakit perut, kram, mual dan muntah. Biasanya, diare dapat bertahan seminggu lamanya.

Dalam fase tersebut, raut wajah penderita akan sangat kesakitan bahkan tidak menunjukkan ekspresi apapun. Bahkan banyak pasien yang mengalami manifestasi perdarahan parah antara 5 dan 7 hari.

Kasus yang fatal akan mengalami pendarahan terus menerus di beberapa area yaitu dari muntahan, feses, pendarahan dari hidung, gusi, dan vagina. Sedangkan dalam kasus sangat serius, kematian biasanya terjadi di hari 8-9 karena terlalu banyak kehilangan darah.

4. Diagnosa

Fakta Virus Marburg

Dengan tingkat penularan yang terbilang tinggi, nyatanya masih sulit membedakan Marburg dari penyakit menular lainnya seperti malaria, demam tifoid, shigellosis, meningitis dan demam berdarah. Beberapa metode telah dilakukan untuk mendiagnosis infeksi virus ini:

  • Antibody-capture enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)
  • Tes deteksi penangkapan antigen
  • Tes netralisasi serum
  • Uji reaksi berantai transcriptase polymerase terbalik (RT-PCR)
  • Mikroskop elektron
  • Isolasi virus dengan kultur sel.
  • Sampel yang dikumpulkan dari pasien dengan risiko biohazard yang ekstrim; pengujian laboratorium pada sampel non-inaktif yang dilakukan di bawah kondisi penahanan biologis maksimum.
  • Semua spesimen biologi yang dikemas dengan menggunakan sistem pengemasan rangkap tiga untuk diangkut secara nasional dan internasional.

5. Pengobatan

Sayangnya, belum ada pengobatan pun vaksin yang terbukti tersedia untuk infeksi virus Marburg. Namun, berbagai perawatan potensial termasuk produk darah, terapi kekebalan dan terapi obat saat ini sedang dievaluasi.

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka yang terinfeksi, perawatan bisa dilakukan melalui rehidrasi dengan cairan oral atau intravena dan pengobatan gejala spesifik.

Parents, semoga informasi ini bisa bermanfaat.

Cerita mitra kami
Waspada Penyakit Hepatitis Misterius, 3 Anak di DKI Jakarta Meninggal Dunia
Waspada Penyakit Hepatitis Misterius, 3 Anak di DKI Jakarta Meninggal Dunia
Tips Cerdas Hadapi New Normal, Ikuti Cara Berikut
Tips Cerdas Hadapi New Normal, Ikuti Cara Berikut
Bunda bisa jadi pahlawan melawan COVID-19, begini caranya
Bunda bisa jadi pahlawan melawan COVID-19, begini caranya
Momen Spesial S-26 Loyalty Program Mengajak Keluarga Terpilih Ke Singapura
Momen Spesial S-26 Loyalty Program Mengajak Keluarga Terpilih Ke Singapura

Baca juga:

id.theasianparent.com/tingkat-keampuhan-vaksin

id.theasianparent.com/cara-kerja-virus-corona

id.theasianparent.com/sesak-napas-corona

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.

img
Penulis

Erinintyani Shabrina Ramadhini

  • Halaman Depan
  • /
  • Berita Terkini
  • /
  • 5 Fakta Seputar Virus Marburg di Afrika, Gejalanya Sangat Mengejutkan!
Bagikan:
  • Ternyata Ini Sosok Pengemis Probolinggo yang Sawer Biduan

    Ternyata Ini Sosok Pengemis Probolinggo yang Sawer Biduan

  • World Stamp Championship Digelar di Jakarta

    World Stamp Championship Digelar di Jakarta

  • Pria di India Tidak Mandi Selama 22 Tahun, Alasannya Ternyata Sangat Mulia

    Pria di India Tidak Mandi Selama 22 Tahun, Alasannya Ternyata Sangat Mulia

app info
get app banner
  • Ternyata Ini Sosok Pengemis Probolinggo yang Sawer Biduan

    Ternyata Ini Sosok Pengemis Probolinggo yang Sawer Biduan

  • World Stamp Championship Digelar di Jakarta

    World Stamp Championship Digelar di Jakarta

  • Pria di India Tidak Mandi Selama 22 Tahun, Alasannya Ternyata Sangat Mulia

    Pria di India Tidak Mandi Selama 22 Tahun, Alasannya Ternyata Sangat Mulia

Daftarkan email Anda sekarang untuk tahu apa kata para ahli di artikel kami!
  • Kehamilan
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
  • Tumbuh Kembang
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Praremaja
    • Usia Sekolah
  • Parenting
    • Pernikahan
    • Berita Terkini
    • Seks
    • Keluarga
  • Kesehatan
    • Penyakit
    • Info Sehat
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Keuangan
    • Travel
    • Fashion
    • Hiburan
    • Kecantikan
    • Kebudayaan
  • Lainnya
    • TAP Komuniti
    • Beriklan Dengan Kami
    • Hubungi Kami
    • Jadilah Kontributor Kami
    • Tag Kesehatan


  • Singapore flag Singapore
  • Thailand flag Thailand
  • Indonesia flag Indonesia
  • Philippines flag Philippines
  • Malaysia flag Malaysia
  • Sri-Lanka flag Sri Lanka
  • India flag India
  • Vietnam flag Vietnam
  • Australia flag Australia
  • Japan flag Japan
  • Nigeria flag Nigeria
  • Kenya flag Kenya
© Copyright theAsianparent 2022. All rights reserved
Tentang Kami|Tim Kami|Kebijakan Privasi|Syarat dan Ketentuan |Peta situs
  • Fitur
  • Artikel
  • Beranda
  • Jajak

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

theAsianparent heart icon
Kami ingin mengirimkan Anda informasi terbaru seputar gaya hidup.