Belum usai perjuangan seluruh negara di belahan dunia bertempur dengan Corona, belum lama WHO umumkan kemunculan virus marburg. Virus ini digadang sangat menular, juga mematikan. Berikut deretan fakta yang perlu menjadi perhatian.
Fakta Virus Marburg
1. Ditemukan di Afrika
Sebagai informasi, virus Marburg merupakan agen penyebab Marburg virus disease (MVD) atau penyakit virus Marburg. Mengutip situs resmi Organisasi Kesehatan Dunia, virus ini pertama terdeteksi pada 1967 silam setelah wabah simultan di Marburg dan Frankfurt di Jerman, serta Beograd, Serbia.
Kini, virus ini kembali mengemuka di benua Afrika. Pejabat kesehatan Guinea mengonfirmasi kasus pertama infeksi virus Marburg di Afrika Barat. Penyakit ini muncul lagi dan masih keluarga yang sama dengan virus penyebab Ebola.
Diketahui infeksi ini ditularkan dari manusia melalui kelelawar buah, lalu menyebar antar manusia melalui transmisi cairan tubuh. Adapun wabah besar terakhir kali terjadi di Angola pada tahun 2005.
Sampel yang diambil dari pasien di Guinea yang telah meninggal, diuji di laboratorium negara itu, dan menunjukkan hasil positif untuk virus Marburg. Direktur WHO Afrika Dr Matshidiso Moeti mengatakan virus itu berpotensi “menyebar jauh dan luas”.
Akan tetapi, dia memuji kewaspadaan dan tindakan investigasi cepat oleh petugas kesehatan Guinea terhadap munculnya virus Marburg ini. Mengingat sangat menular, upaya yang dilakukan sejauh ini yaitu mendeteksi orang yang mungkin berkontak dengan orang yang telah meninggal tersebut.
Artikel terkait: Kabar Baik, Peneliti Temukan Antibodi Super yang Bisa Melawan Varian Virus Corona
2. Fatalitas Tinggi
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, virus ini memiliki kemiripan dengan Ebola yang pernah marak di Afrika. Keduanya berasal dari anggota keluarga Filoviridae (filovirus). Meskipun disebabkan oleh virus yang berbeda, kedua penyakit ini secara klinis serupa.
Kendati jarang terjadi, virus Marburg memiliki rasio kematian tinggi. Sebelumnya dikenal sebagai demam berdarah Marburg, rata-rata tingkat kematian akibat kasus MVD adalah berkisar 24 persen hingga 88 persen tergantung penanganan yang dilakukan.
Sejauh ini, WHO mendukung pihak berwenang Guinea dalam menyelidiki sumber wabah, melacak kontak, dan membentuk komunitas lokal tentang langkah-langkah perlindungan.
“WHO akan mencegah wabah Marburg dengan mempertahankan pengawasan dan mendukung negara-negara berisiko untuk mengembangkan rencana kesiapsiagaan. Sekitar 150 kontak telah diidentifikasi dan sedang ditindaklanjuti, termasuk tiga anggota keluarga dan seorang petugas kesehatan, yang telah diidentifikasi sebagai kontak erat berisiko tinggi,” ungkap WHO dalam laman resminya.
Artikel terkait: Cek Fakta: Benarkah Virus COVID-19 di India Tidak Terbaca Tes PCR?
3. Gejala
Lebih lanjut, Marburg memiliki masa inkubasi bervariasi mulai 2 hingga 21 hari. Adapun gejala yang dialami yaitu diawali demam tinggi mendadak disertai sakit kepala dan malaise parah. Virus turut memengaruhi sistem saraf pusat yang mengakibatkan kebingungan, lekas marah dan agresi penderita meningkat.
Hari berikutnya, orang terinfeksi akan merasakan nyeri bagian lain dan nyeri otot. Pada hari ketiga gejala yang muncul berupa diare berair yang parah, sakit perut, kram, mual dan muntah. Biasanya, diare dapat bertahan seminggu lamanya.
Dalam fase tersebut, raut wajah penderita akan sangat kesakitan bahkan tidak menunjukkan ekspresi apapun. Bahkan banyak pasien yang mengalami manifestasi perdarahan parah antara 5 dan 7 hari.
Kasus yang fatal akan mengalami pendarahan terus menerus di beberapa area yaitu dari muntahan, feses, pendarahan dari hidung, gusi, dan vagina. Sedangkan dalam kasus sangat serius, kematian biasanya terjadi di hari 8-9 karena terlalu banyak kehilangan darah.
4. Diagnosa
Dengan tingkat penularan yang terbilang tinggi, nyatanya masih sulit membedakan Marburg dari penyakit menular lainnya seperti malaria, demam tifoid, shigellosis, meningitis dan demam berdarah. Beberapa metode telah dilakukan untuk mendiagnosis infeksi virus ini:
- Antibody-capture enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)
- Tes deteksi penangkapan antigen
- Tes netralisasi serum
- Uji reaksi berantai transcriptase polymerase terbalik (RT-PCR)
- Mikroskop elektron
- Isolasi virus dengan kultur sel.
- Sampel yang dikumpulkan dari pasien dengan risiko biohazard yang ekstrim; pengujian laboratorium pada sampel non-inaktif yang dilakukan di bawah kondisi penahanan biologis maksimum.
- Semua spesimen biologi yang dikemas dengan menggunakan sistem pengemasan rangkap tiga untuk diangkut secara nasional dan internasional.
5. Pengobatan
Sayangnya, belum ada pengobatan pun vaksin yang terbukti tersedia untuk infeksi virus Marburg. Namun, berbagai perawatan potensial termasuk produk darah, terapi kekebalan dan terapi obat saat ini sedang dievaluasi.
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka yang terinfeksi, perawatan bisa dilakukan melalui rehidrasi dengan cairan oral atau intravena dan pengobatan gejala spesifik.
Parents, semoga informasi ini bisa bermanfaat.
Baca juga:
Lebih Cepat Menular, Seberapa Ampuh Vaksin Lawan Virus Corona Delta?
Bisa Sampai Rusak Paru-Paru dan Organ Vital Lainnya, Begini Cara Kerja Virus Corona
Beda Tipis, Pahami 5 Perbedaan Sesak Napas Akibat Virus Corona dan Penyakit Lainnya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.