Kasus video asusila yang menjerat Gisel atau Gisella Anastasia dan menghebohkan publik telah mencapai titik terangnya. Sang selebriti akhirnya mengaku bahwa benar dirinya yang terekam dalam video tersebut. Pihak kepolisian pun telah menetapkan Gisel sebagai tersangka.
Tak hanya itu, sang pelaku laki-laki yang diketahui bernama Michael Yukinobu De Fretes serta dua orang yang diduga sebagai penyebar video juga telah menyandang gelar tersangka. Gisel sendiri mengaku bahwa motif dirinya merekam video tersebut adalah sebagai dokumentasi pribadi.
Baik Gisel dan MYD dikabarkan akan dikenakan tiga pasal sekaligus dari Undang-Undang Pornografi. Mereka terancam penjara mulai dari 6 bulan hingga 12 tahun lamanya.
Gisel adalah sebagian kecil dari kasus orangtua yang terlibat pidana di Tanah Air. Masih banyak anak-anak yang terpaksa harus dipisahkan sementara dengan orangtuanya akibat kasus hukum.
Kehidupan memang bak roda yang selalu berputar. Ada kalanya kita berada di bawah, kadang pula ada di atas. Dalam situasi yang berat seperti orangtua terlibat kasus hukum, tentu akan ada dampak psikologis yang menimpa sang anak.
Apabila sudah terlanjur terjadi seperti ini, apa yang harus dilakukan oleh orangtua? Berikut adalah penjelasan dari psikolog yang menarik untuk Parents ketahui.
Ketika Orangtua Terlibat Kasus Hukum Seperti Video Gisel, Apa yang Perlu Dilakukan untuk Anak?
Gisel mengaku bahwa pemeran wanita dalam video asusila adalah dirinya dan telah ditetapkan sebagai tersangka. Sumber: Sinar Harapan
Mengutip dari penelitian di tahun 2014 yang berjudul “Parental Involment with the Criminal Justice System and the Effects on Their Children”, keterlibatan orangtua dalam sebuah tindak pidana dapat menyebabkan efek psikososial negatif pada anak-anak. Beberapa di antaranya adalah adanya trauma, melemahnya hubungan dengan teman sebaya, dan stigmatisasi.
Anak dari orangtua yang terlibat kasus hukum cenderung menunjukkan perilaku yang agresif, antisosial, dan hiperaktivitas. Absennya sosok orangtua di salah satu bagian hidup anak juga dapat mengakibatkan kondisi depresi, penarikan diri, masalah tidur, hingga kinerja akademis yang buruk.
theAsianparent Indonesia mewawancarai dua orang psikolog, yaitu Ayank Irma dari Ruang Tumbuh dan Nadya Pramesrani dari Rumah Dandelion terkait pandangan mereka pada psikologis anak yang orangtuanya terlibat kasus hukum seperti Gisella Anastasia.
Kira-kira apa saja yang harus dilakukan oleh keluarga anak yang orangtuanya terlibat kasus hukum untuk meminimalkan dampak negatif yang bisa timbul?
1. Tetap Menjadi Orangtua yang Baik untuk Anak
Sebisa mungkin hindari perubahan rutinitas dalam kehidupan anak dan tetaplah menjadi orangtua seperti yang anak kenal
“Terkait kasus Gisel ini, pastinya Gisel akan menjalani proses hukum yang mungkin akan cukup berat dan lama. Pastinya akan berdampak pula pada psikologis anak, bagaimana pun mereka adalah public figure yang tak bisa tidak terekspos,” ungkap Ayank Irma.
Salah satu efek yang mungkin terasa adalah paparan berita negatif mengenai orangtua sang anak. Dalam kasus ini, misalnya anak terpapar berita buruk soal ibunya, maka yang harus dilakukan oleh ibunya adalah tetap bersikap seperti biasa.
“Tetaplah menjadi ibu yang memang seperti semula, seperti sediakala ketika ibu melihat anak seperti apa. Kita lihat Gisel (selama ini) memberikan perhatian lebih, memberikan kasih sayang, menjadi teman untuk anaknya,” kata Ayank.
Menurut Nadya Pramesrani, seminim apapun pasti akan ada perubahan dari kehidupan anak. “Ada masanya memang anak mungkin bertanya, kenapa mama begini, begitu,” ungkapnya.
“Kayak misalnya mama jadi harus sering pergi ke kantor polisi, pada saat anak bertanya penting juga untuk direspons. Jangan ditampik bilang tidak ada apa-apa lalu langsung buru-buru dialihkan ke hal yang lain,” lanjut Nadya.
2. Memberikan Penjelasan Sesuai dengan Kemampuan Kognitif Anak
Hindari mengalihkan perhatian anak saat ia bertanya, berilah penjelasan yang sesuai dengan usia dan keadaannya
Dalam menjelaskan, orangtua diharapkan untuk memberikan pengertian yang sesuai dengan usia, kemampuan kognitif, dan kondisi mental anak.
“Kalau anaknya sudah mengerti kita harus memberikan penjelasan, memberikan edukasi misalnya ibu atau ayah sedang dalam proses menjalankan akivitas yang terkait dengan hukum. Itu kalau sudah bisa diajak bicara, misalnya SD atau SMP. Perlu diingat hal ini harus dilakukan setelah melihat kondisi mental sang anak terlebih dahulu,” jelas Ayank.
Akan tetapi, apabila anak masih terlalu kecil seperti kasus anak Gisel, yang dapat dilakukan orangtua adalah memberikan perhatian penuh. Jangan sampai ada perubahan dalam perhatian.
“Ketika ibu diproses hukum dan harus menjalani kewajiban perlu memberikan penjelasan kepada anak. Misalnya bahwa memang harus terpisah saat ini, ibu ada di Rutan mana, kamu boleh 2 minggu sekali atau seminggu sekali mengunjungi atau kita tetap bisa melakukan kontak dengan video call dan lain sebagainya,” tutur Ayank.
Hal tersebut juga disetujui oleh psikolog Nadya Pramesrani. “Contohnya bisa pula dikatakan bahwa mama lagi ada urusan atau masalah yang perlu diselesaikan. Mama ada membuat kesalahan yang sekarang harus dipertanggungjawabkan. Di situ, kan, jadinya anak belajar juga mengenai tanggung jawab,” paparnya.
“Tapi tak perlu menjelaskan kesalahannya secara detail . Karena (pada kasus ini) secara kemampuan kognitif, anak juga belum bisa memahami ‘mama bikin video hubungan seks lalu tersebar di dunia maya’,” tambahnya.
3. Jaga Agar Kasih Sayang kepada Anak Tidak Berubah
Keluarga besar sebaiknya memberikan dukungan penuh kepada sang anak
“Karena masih ada ayah dan kakek nenek, memang perlu bantuan dan dukungan psikologis kepada sang anak. Artinya kasih sayangnya jangan berkurang. Harus tetap bisa memberikan perhatian lebih kepada anak,” Ayank menjelaskan.
Meskipun disembunyikan atau tak dibahas di depan anak, seorang anak mampu merasakan ketika orangtuanya mengalami masalah. Oleh karena itu, sebisa mungkin keluarga sebagai support system terdekat mengupayakan memberikan kasih sayang yang optimal kepada sang anak.
Nadya mengatakan bahwa krusial untuk orang-orang di sekitar menciptakan suasana, situasi, dan lingkungan yang aman kepada anak. Sebisa mungkin hindarilah perubahan rutinitas di kehidupan anak.
“Jadi selain memastikan minim disruption (gangguan) di daily routine anak, perlu juga untuk orangtua dan lingkungan sekitar give assurance kalau anak masih dicintai,” ungkap Nadya.
4. Intervensi Profesional Jika Ada Perilaku yang Mengkhawatirkan
Konsultasi kepada psikologis dapat membantu intervensi dini apabila ada perilaku yang dinilai mengkhawatirkan
Perlu diingat bahwa yang paling penting keluarga jangan sampai berkurang cinta dan kasih sayangnya kepada anak. Namun, keluarga perlu waspada akan perilaku yang menyimpang dari sang anak agar dapat diintervensi sedini mungkin.
“Kalau mau intervensi bisa langsung konsultasi kepada psikologis untuk diberikan pendampingan secara psikologis. Yaitu melalui teknik terapi tertentu, jika dilihat ada kondisi yang mengkhawatirkan contohnya tidurnya terganggu, makannya berkurang, terlihat sedih, kecewa, dan lain sebagainya,” tutup Ayank Irma.
Itulah pelajaran yang bisa kita ambil dari kasus video Gisel. Sebagai orangtua, segala tindakan dan perbuatan yang kita lakukan akan dapat berdampak, baik secara langsung atau tidak langsung terhadap buah hati kita tercinta. Semoga informasi ini dapat bermanfaat, ya, Parents.
Baca Juga:
11 Kesalahan orangtua saat mendisiplinkan anak, Parents wajib tahu!
9 Dampak perceraian terhadap psikologis anak yang perlu diwaspadai orangtua
5 Cara Memahami Psikologis Anak agar Kesehatan Mentalnya Terjaga
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.