Akibat tidak menerima vaksin difteri, seorang balita berusia 14 bulan di Malaysia meninggal dunia beberapa hari lalu. Menurut orangtuanya, balita perempuan tersebut tidak pernah menerima imunisasi apapun.
Bahkan setelah anaknya jatuh sakit, sang ibu menunggu satu minggu lamanya sebelum mencari pertolongan medis untuk mengobati demam dan radang tenggorokan yang dialami anaknya.
Melansir dari laman Says, Datuk Dr. Noor Hisham Abdullah, Dirjen Kesehatan dari Kementerian Kesehatan Malaysia mengatakan, “Anak itu mulai mengalami demam dan radang tenggorokan pada tanggal 4 Oktober, dan ibunya membawa si anak ke klinik privat pada tanggal 11 Oktober. Keesokan harinya, anak tersebut dibawa ke UGD karena kesulitan bernapas dan tidak mau makan.”
Dua hari setelahnya, pada tanggal 13 Oktober, bayi malang itu masuk ICU anak dan semakin lemah, sehingga harus menerima bantuan alat pernapasan. Sayangnya, anak malang itu tidak bisa bertahan lama.
Balita malang tersebut meninggal pada tanggal 15 Oktober 2018, akibat komplikasi difteri yang parah dan banyak organ di tubuhnya gagal berfungsi akibat infeksi difteri.
Pentingnya vaksin difteri untuk diberikan pada anak
Vaksin difteri penting diberikan pada anak.
Difteri adalah infeksi penyakit yang disebabkan oleh bakteri corynebacterium diphtheriae yang muncul di lapisan dalam tenggorokan. Gejala difteri diawali dengan radang tenggorokan, infeksinya bisa menimbulkan berbagai komplikasi yang bisa berakibat fatal.
Dr. Noor Hisham menyatakan, usaha menghentikan penyebaran infeksi difteri dilakukan dengan memberikan vaksin difteri, edukasi kesehatan pada masyarakat, serta mencari kasus-kasus penyakit difteri di area yang terkena dampak.
Kasus anak meninggal akibat tidak diberi vaksin difteri di Malaysia bukan baru kali ini terjadi. Sebelumnya, di tahun 2016 ada dua anak yang meninggal terkena difteri, karena orangtuanya menolak vaksin difteri yang dipercaya mengandung babi.
Oleh sebab itulah, Dr Noor Hisham mendorong masyarakat untuk melakukan imunisasi, terutama untuk penyakit menular seperti difteri.
“Apabila anak tidak diimunisasi, mereka akan terpapar bakteri jahat penyebab infeksi, juga menyebabkan masyarakat di sekitarnya dalam bahaya karena risiko tertular,” kata Dr. Noor Hisham sebagaimana dikutip dari World of Buzz.
Artikel terkait: Trending topic: #ayoimunisasidifteri, simak apa kata para pakar dan Kementerian Kesehatan ini
Jadwal pemberian vaksin difteri
Vaksin untuk penyakit difteri biasanya disebut Vaksin DPT (difteri, pertusis dan tetanus). Pemberian vaksin DPT bertujuan mencegah ketiga penyakit mematikan tersebut. Panduan pemberian vaksin DPT adalah sebagai berikut:
- Vaksin DPT diberikan lima kali pada anak, yakni sejak ia berusia 2 bulan hingga 6 tahun.
- Vaksin DPT awal diberikan tiga kali, yakni saat anak berusia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan.
- Vaksin DPT yang ke-4 bisa dilakukan di antara usia 18-24 bulan.
- Sedangkan vaksin yang terakhir ketika anak berusia 5 tahun.
- Setelah itu, dianjurkan untuk memberikan imunisasi ulang Tetanus Difteri atau booster TD pada anak tiap 10 tahun.
Jenis Imunisasi Difteri
Dalam mencegah difteri, anak biasanya akan diberikan 3 jenis vaksin berbeda secara bertahap. Tiga jenis vaksin tersebut adalah vaksin DPT-HB-HiB (untuk bayi di bawah 1 tahun dan anak usia 18 bulan), vaksin DT (untuk anak kelas 1SD), dan vaksin Td (ketika anaknya kelas dua atau lima SD).
Namun, dalam ORI, pembagiannya adalah sebagai berikut:
- vaksin DPT-HB-HiB untuk anak usia 1 sampai dengan < 5 tahun
- vaksin DT untuk usia 5 sampai dengan < 7 tahun
- vaksin Td usia 7 sampai dengan< 19 tahun
***
Jangan lupa untuk memberikan vaksin pada anak ya, Parents. Untuk mencegahnya terkena penyakit mematikan.
Semoga informasi ini bermanfaat.
Baca juga:
Menyebabkan kematian, begini cara penularan penyakit difteri
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.