Sejak anak sudah mulai bicara, biasanya orang tua akan mulai mengajari anak nama-nama dari anggota tubuhnya. Namun sering kali, orang tua melewatkan hal penting saat proses pengenalan itu., salah satunya mengajari anak mengenai perbedaan jenis kelamin.
Jadi, kapan sebenarnya mengajari anak tentang perbedaan jenis kelamin? Baca terus artikel ini, Parents.
Artikel terkait: Inilah Panduan Pendidikan Seksual untuk Anak Menurut UNICEF dan WHO
Mengapa Mengajari Perbedaan Jenis Kelamin Sering Kali Sulit?
Benar, perbedaan jenis kelamin yang dimaksud adalah perbedaan antara perempuan dan laki-laki dari segi fisik.
Bahkan, orang tua acapkali sengaja melewatkan penyebutan bagian kelamin anak.
Hal tersebut dilakukan karena banyak orang tua yang menganggap bahwa penyebutan bagian kelamin anak tetap dianggap tabu dan dapat membuat anak menjadi tidak sopan.
Tak jarang juga, orang tua kerap merasa malu atau malah bingung bagaimana menyebut alat kelamin anak agar tidak terkesan jorok atau kurang ajar.
Karena takut anak akan menyebutnya di depan orang lain.
Oleh karena itu, di samping mengajarkan bagian tubuh dengan sebutan sebenarnya, orang tua lebih memilih untuk menyebut jenis kelamin dengan perumpamaan.
Budaya dan adat ketimuran yang kental di Indonesia itu membuat kita terkungkung pada norma, sehingga untuk menyebut alat kelamin pada anak saja kita tidak bisa.
Namun, sebenarnya tidak demikian. Malah, mengajarkan anak mengenai bagian tubuh dan perbedaan jenis kelamin dari segi ilmu pengetahun sangat diperlukan sejak dini.
Kapan Sebaiknya Mengajarkan Perbedaan Jenis Kelamin kepada Anak?
Sejak bayi, anak-anak tertarik untuk mempelajari tubuh mereka.
Sehingga tidak jarang, bayi akan menyentuh area genital mereka ketika sedang telanjang, misalnya di kamar mandi atau mengganti popok.
Tingkah laku ini wajar ya, Parents. Orang tua sebaiknya tidak memarahi atau menghukum anak ketika dia melakukan hal ini.
Menurut laman Kids Health, di usia 3-6 tahun adalah masa di mana si Kecil suka bermain “dokter-dokteran”. Nah, di periode inilah Anda bisa mengenalkan tentang konsep jenis kelamin.
Di usia ini juga merupakah saat yang tepat untuk sentuhan baik (aman) dan sentuhan tidak baik (tidak aman).
Katakan kepada si Kecil, bahwa tubuh mereka adalah area privasi. Tidak seorang pun–teman atau anggota keluarga–berhak menyentuhnya.
Namun, kadang-kadang orang tua atau dokter atau perawat perlu memeriksanya jika ada keluhan sakit.
Artikel terkait: Cegah Pelecehan Seksual, Sudahkah Parents Mengajarkan Sexual Consent pada Anak?
Bagaimana Mengajari Anak Perbedaan Jenis Kelamin sesuai Usia?
Saat memandikan atau mengganti pakaian anak, ajarilah ia nama dari alat kelaminnya (penis atau vagina). Dan bagian tersebut berfungsi untuk apa.
Anda juga bisa membeli buku panduan untuk hal tersebut.
Saat anak sudah bertambah besar dan mulai bertanya tentang alat kelaminnya, Anda bisa mulai mengajari perbedaan antara lelaki dan perempuan.
Contohnya: “Kamu punya penis, karena kamu anak lelaki. Semua anak lelaki punya penis.”
Atau, “Kamu punya vagina, karena kamu anak perempuan. Semua anak perempuan punya vagina.”
Anda juga bisa memberikan jawaban tersebut saat anak Anda mulai bertanya-tanya mengapa alat kelaminnya berbeda dengan ibu atau ayahnya.
Ketika anak memasuki usia sekolah, Anda bisa mulai mengajari hal yang lebih rinci tentang alat kelaminnya. Anak umur 4-5 tahun sudah bisa diajari hal ini.
Misalnya untuk anak lelaki, “Kantung di bawah penismu namanya scrotum/kantung kemaluan. Di dalamnya ada biji pelir/testikel.”
Dan untuk anak perempuan, “Lubang di antara kakimu namanya vagina, tonjolan kecil di atasnya adalah klitoris.”
Baik anak perempuan atau anak lelaki juga bisa diajari tentang lubang di antara pantat mereka yang bernama anus.
Fungsinya untuk buang air besar dan kentut. Demi kesehatan.
Artikel terkait: Bagaimana Menjauhkan Si Buah Hati dari Pelecehan Seksual
Hindari Menggunakan Istilah Lain
Selain mengajari anak cara menyebutkan alat kelaminnya dengan benar, Anda juga perlu mengajari anak perbedaan penyebutan saat anak mulai memasuki sekolah dan berinteraksi dengan orang lain.
Misalnya, titit untuk penis. Atau memek untuk vagina. Anda juga harus menegaskan bahwa alat kelamin adalah bagian tubuh yang sangat pribadi.
Dan tidak ada seorang pun selain si anak yang berhak menyentuhnya, kecuali orang tua saat sedang memandikan atau mencebokinya.
Hal ini untuk menghindari anak menjadi korban pelecehan seksual saat kita sedang tidak bersamanya.
Anda juga tidak boleh memaksa anak saat dia tidak mau dicium oleh kerabat.
Karena jika anak terbiasa dipaksa untuk menerima sentuhan dari orang lain, dia tidak akan bisa menolak saat ada orang asing yang berusaha melecehkannya.
Dengan mengajari anak sejak dini tentang alat kelaminnya, Anda juga akan menghindari kemungkinan anak mencari informasi dari orang lain di luar rumah. Di mana informasi tersebut tidak akan bisa Anda saring.
***
Demikianlah penjelasan tentang mengajari perbedaan jenis kelamin kepada si Kecil.
Semoga informasi ini bermanfaat, Parents.
Baca Juga:
Ini Alasan Jangan Paksa Anak Peluk/Cium Saudara atau Teman Anda
Mengenalkan Perbedaan Gender Pada Anak
Anak Perempuan Lebih Cepat Bicara Daripada Anak Laki-laki, Ini Penjelasannya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.