Mengenalkan perbedaan gender pada anak sebetulnya tidaklah terlalu sulit. Percayakah, kita bahkan sudah memulainya ketika anak-anak kita masih berada dalam kandungan.
Mengenalkan konsep perbedaan gender atau jenis kelamin pada anak
Begitu kita mendengar dokter kandungan menyebutkan jenis kelamin anak berdasarkan hasil USG, kita sudah mulai berburu pakaian dan perlengkapan bayi, bahkan merancang kamar dan pernak-perniknya sesuai dengan jenis gender calon bayi kita.
Perbedaan gender ini pula yang kemudian membuat kita akan memilihkan mainan yang bersifat maskulin seperti mobil-mobilan, pistol-pistolan bagi anak laki-laki, dan memilihkan boneka serta jepit rambut bagi anak perempuan. Hal-hal tersebut merupakan langkah-langkah yang diambil orangtua pada umumnya untuk menanamkan pemahaman gender pada anak.
Namun masalah gender ini tidak akan berlalu begitu saja. Persoalan terkait perbedaaan gender ini akan muncul ketika usia anak bertambah dan seiring dengan bertambahnya ego yang dimiliki anak serta pemahamannya mengenai konsep moral serta tanggung jawab yang harus diembannya.
Apa yang harus dikatan jika anak bertanya?
Pertanyaan paling ringan yang kerap kita hadapi adalah ketika anak mempertanyakan : mengapa anak laki-laki boleh ini dan tidak boleh itu, kenapa anak perempuan boleh ini dan tidak boleh itu. Hal ini berkaitan dengan mudah tidaknya menerapkan hak dan kewajiban sesuai gender.
Pada anak usia sekolah, perbedaan gender ini akan menimbulkan protes yang tidak ada habisnya. Mereka akan menganggap perbedaan perlakuan yang mereka terima sebagai bentuk ketidakadilan.
Perbedaan perlakuan, kesempatan dan ruang lingkup aktivitas merupakan tema-tema yang akan mendominasi dan menimbulkan perseteruan antar saudara yang memiliki gender berbeda.
Contohnya, ketika kita memberikan tugas menyapu lantai dan mencuci piring untuk anak perempuan. Sementara tugas membuang sampah dan membeli gas ke warung pada anak-laki. Keputusan itu tidak serta-merta diterima dengan suka rela. Anak-anak perempuan akan memprotes, mengapa harus mereka yang mencuci piring. Begitupun anak laki-laki. Mereka akan memprotes tanggung jawab yang dibebankan pada mereka.
Baca juga : 12 Perbedaan Pria dan Wanita
Mengapa hal itu bisa terjadi?
Gender sebagai sebagaimana yang kita ketahui, diartikan sebagai perbedaan peran dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki. Gender dipersoalkan karena secara sosial telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, hak serta ruang aktivitas antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan bermasyarakat.
Namun demikian, kita juga menyadari fitrah manusia yang terbagi dalam id, ego dan super-ego.
Id, adalah bagian dari diri manusia yang senang mencari kemudahan.
Ego, mempertanyakan keberadaan dirinya.
Super-Ego, memiliki hati nurani yang mendasari nilai luhur sebagai manusia.
Ketiganya secara unik memberi peran, status, sifat/karakter pada seseorang sehingga membuat seseorang demikian berwarna.
Persoalan gender ini hanya akan selesai manakala anak menyadari, bahwa perbedaan gender bukanlah persoalan yang perlu dibesar-besarkan. Sekalipun ada perbedaan yang mencolok dari kemampuan intelektual anak laki-laki dan perempuan.
Anak perempuan cenderung lebih rajin dan teliti, sementara anak laki-laki cenderung lebih aktif dan kemampuan logikanya lebih tinggi.
Berkaitan dengan ruang (gestalt), diketahui bahwa anak perempuan cenderung tergantung pada ruang. Sehingga kepekaan sosial wanita cenderung lebih besar dengan pemikiran moral yang lebih kontekstual.
Anak perempuan juga lebih sensitif terhadap konteks masalah, cenderung bersikap holisitik dan intuitif dalam memecahkan masalah. Ia juga sensitif terhadap konteks sosial dan interpersonal seseorang.
Sedangkan anak laki-laki cenderung tidak tergantung ruang. Ia cenderung memilih jawaban benar dan analitis.
Pertanyaan anak seputar perbedaan gender
Pertanyaan seputar gender akan muncul dalam pertanyaan-pertanyaan yang terkadang terkesan lucu namun sulit untuk dijawab. Celakanya lagi, kadangkala satu jawaban yang kita berikan akan memunculkan seribu pertanyaan dari buah hati kita.
Contoh pertanyaan yang kerap dilontarkan balita adalah
1. Mengapa dalam perut ibu ada adik bayi, sedangkan dalam perut ayah tidak ada?
2. Adik bayi lahir dari mana?
3. Bagaimana cara membuat adik?
4. Mengapa adik bayi tidak punya/punya “itu”? Dan lain-lain.
Orangtua yang baik akan selalu berusaha menjawab pertanyaan anak-anaknya. Berikanlah jawaban yang lugas dalam bahasa yang mudah dimengerti. Namun demikian, Bunda, tidak semua pertanyaan anak perlu dijawab dengan detail, terperinci.
Seperti pada pertanyaan no 2 dan 3. Sesekali ada baiknya kita menjawab pertanyaan anak dengan pertanyaan. Dan Anda akan tercengang mendengar jawaban yang mereka temukan. Jangan sanggah jawaban mereka. Lebih baik tertawa bersama mereka, kelak ada masanya mereka akan akan faham.
Pada anak usia sekolah pertanyaan mengenai gender akan lebih mengerucut pada pembagian peran antara ayah dan ibu. Di sinilah peran orangtua akan menentukan sikap dan pola pikir anak. Ajaklah anak-anak anda berdialog dan berikanlah penjelasan mengenai tanggung jawab dan posisi orangtua sesuai dengan gender.
Parents, semoga ulasan di atas bermanfaat.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.