Matahari pusat dari galaksi Bima Sakti. Salah satu bintang yang ada di tata surya ini pun terdiri dari enam lapisan. Mempelajari urutan lapisan matahari cukup penting agar kita bisa mengetahui bagaimana cara kerja matahari.
Seperti diketahui, matahari memiliki pengaruh yang sangat penting bagi Bumi karena memiliki beberapa peran, yakni mengatur cuaca, arus laut, musim, dan iklim.
Selain itu, matahari juga memiliki peran krusial dalam proses fotosintesis yang dilakukan oleh tanaman sehingga kehidupan pun terus berjalan. Dengan demikian, tanpa adanya bantuan matahari, kehidupan di Bumi tidak akan terjadi. Nah, kali ini, kami akan membahas beberapa urutan lapisan matahari.
Artikel terkait: 8 Fakta Menarik dari Jupiter, Planet Terbesar dalam Tata Surya
Bagaimana matahari terbentuk?
Dilansir dari National Geograpic, sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, matahari mulai terbentuk dari awan molekuler yang sebagian besar terdiri dari hidrogen dan helium. Supernova di dekatnya memancarkan gelombang kejut yang bersentuhan dengan awan molekuler dan memberinya energi.
Awan molekuler mulai memampatkan dan beberapa wilayah gas runtuh karena tarikan gravitasinya sendiri. Saat salah satu wilayah ini runtuh, ia juga mulai berputar dan memanas karena tekanan yang meningkat.
Sebagian besar hidrogen dan helium tetap berada di pusat massa yang panas. Akhirnya, gas tersebut cukup untuk memulai fusi nuklir dan menjadi matahari di tata surya.
Urutan lapisan matahari
Seperti dijelaskan sebelumnya, urutan lapisan matahari ada enam, yakni inti matahari, zona radiasi, zona konvektif, zona transisi, fotosfer, kromosfer, dan korona. Berikut ini penjelasan ringkas mengenai masing-masing lapisannya.
Inti matahari
Berukuran lebih dari seribu kali ukuran Bumi dan memiliki kepadatan lebih dari 10 kali daripada timah. Inti matahari bisa diibaratkan sebagai tungku besar dengan suhu melebihi 15,7 juta derajat Celcius. Lapisan inti ini memiliki luas hingga sekitar 25 persen dari jari-jari matahari.
Di lapiran ini, reaksi fusi nuklir dapat terjadi. Lapisan matahari lainnya dipanaskan dari energi nuklir yang tercipta di sana. Proton atom hidrogen bertabrakan dengan keras dan melebur untuk membuat atom helium. Proses ini dikenal sebagai reaksi berantai PP (proton-proton).
Dalam proses ini, inti matahari akan memancarkan energi yang sangat besar. Energi yang dilepaskan selama satu detik fusi matahari jauh lebih besar daripada yang dilepaskan dalam ledakan ratusan ribu bom hidrogen. Selama fusi nuklir di inti, dua jenis energi dilepaskan, yakni foton dan neutrino.
Partikel-partikel ini membawa dan memancarkan cahaya, panas, dan energi matahari. Sementara itu, foton adalah partikel terkecil dari cahaya dan bentuk lain dari radiasi elektromagnetik. Neutrino lebih sulit dideteksi dan hanya menyumbang sekitar dua persen dari total energi matahari. Matahari memancarkan foton dan neutrino ke segala arah, sepanjang waktu.
Artikel terkait: Sama-sama Mempelajari Bintang, Apa Perbedaan Astronomi dan Astrologi?
Zona Radiasi
Di zona yang luas ini, panas dari inti mendingin secara dramatis, dari antara tujuh juta Celcius hingga dua juta Celcius.
Di zona radiasi, energi ditransfer melalui proses yang disebut radiasi termal. Selama proses ini, foton yang dilepaskan di inti menempuh jarak pendek, diserap oleh ion terdekat, dilepaskan oleh ion tersebut, dan diserap lagi oleh ion lain.
Energi matahari pun dipancarkan secara zig zag ke seluruh penjuru hingga mencapai permukaan matahari. Perlu waktu hingga 200.000 tahun agar energi dari inti mencapai zona radiasi. Ukuran zona ini pun sekitar 0,2 hingga 0,7 jari-jari matahari.
Zona Transisi
Antara zona radiasi dan lapisan berikutnya, zona konvektif, terdapat zona transisi yang disebut tachocline. Wilayah ini terbentuk sebagai akibat dari rotasi diferensial matahari. Rotasi diferensial terjadi ketika bagian yang berbeda dari suatu objek berputar pada kecepatan yang berbeda.
Matahari terdiri dari gas yang mengalami proses yang berbeda pada setiap lapisan dan setiap garis lintang. Hal ini menyebabkan ekuator matahari berputar jauh lebih cepat daripada kutubnya. Laju rotasi matahari pun berubah dengan cepat di tachocline.
Zona Konvektif
Zona konvektif terdiri dari 70 persen hidrogen, 27,7 persen helium, dan sisanya merupakan beberapa gas lain, seperti karbon, nitrogen, dan oksigen. Di zona ini, suhu matahari tidak cukup panas untuk mentransfer energi melalui radiasi termal. Sebaliknya, ia mentransfer panas dengan konveksi termal melalui kolom termal.
Mirip dengan air mendidih dalam panci, atau lilin panas dalam lampu lava, gas jauh di dalam zona konvektif matahari dipanaskan dan “mendidih” keluar, jauh dari inti matahari melalui kolom termal. Ketika gas mencapai batas luar zona konvektif, mereka mendingin dan terjun kembali ke dasar zona konvektif untuk dipanaskan lagi.
Artikel terkait: Seri Belajar Bersama si Kecil: Mengenal Meteoroid, Apa Bedanya dengan Meteor?
Fotosfer
Fotosfer adalah “permukaan” matahari yang berwarna kuning cerah. Ketebalan fotosfer sekitar 400 kilometer dan suhu di sana mencapai sekitar 5.700 Celcius. Kolom termal dari zona konveksi terlihat di fotosfer, menggelegak seperti oatmeal mendidih. Melalui teleskop yang kuat, puncak kolom tampak sebagai butiran yang berkerumun di matahari.
Setiap butiran memiliki pusat terang yang merupakan gas panas yang naik melalui kolom termal. Tepi gelap butiran adalah gas dingin yang turun kembali ke kolom ke bagian bawah zona konvektif. Meskipun bagian atas kolom termal terlihat seperti butiran kecil, kolom ini biasanya memiliki ukuran lebih dari 1.000 kilometer .
Kebanyakan kolom termal ada selama sekitar delapan sampai 20 menit sebelum mereka larut dan membentuk kolom baru. Ada juga “butiran super” yang bisa mencapai 30.000 kilometer ukurannya dan bertahan hingga 24 jam. Bintik matahari dan tonjolan matahari terbentuk di fotosfer meskipun merupakan hasil dari proses dan gangguan pada lapisan matahari lainnya.
Kromosfer
Kromosfer memiliki tebal sekitar 2.000 kilometer dan penuh dengan semburan gas panas. Di bagian bawah kromosfer, matahari berada pada titik terdinginnya, sekitar 4.100 Celcius. Suhu rendah ini memberikan kromosfer warna merah jambu. Suhu di kromosfer meningkat dan bisa mencapai 25.000 Celcius di bagian luar.
Kromosfer mengeluarkan pancaran gas pembakaran yang disebut spikula. Spikula mirip dengan semburan matahari. Gumpalan gas yang berapi-api ini keluar dari kromosfer, seperti layaknya jari yang panjang dan menyala. Diameter spikula biasanya memiliki ukuran hingga 500 kilometer. Spikula hanya bertahan sekitar 15 menit, tetapi dapat mencapai ketinggian ribuan kilometer sebelum runtuh dan larut.
Artikel terkait: Mengenal 4 Struktur Lapisan Bumi dan Penjelasannya, Mari Ajarkan kepada Anak
Korona
Korona adalah lapisan terluar tipis dari atmosfer matahari dan dapat meluas hingga jutaan kilometer ke luar angkasa. Gas di korona terbakar pada suhu sekitar satu juta Celcius dan bergerak dengan kecepatan sekitar 145 kilometer per detik. Beberapa partikel mencapai kecepatan lepas 400 kilometer per detik.
Jika ingin melihat Korona, kita tidak bisa melakukannya dengan mata telanjang. Hal ini disebabkan oleh cahaya utama matahari yang lebih besar daripada korona. Jika ingin melihat, kita harus menggunakan alat khusus yang disebut sebagai chronograph.
Demikian beberapa penjelasan mengenai urutan lapisan matahari. Pada dasarnya, lapisan matahari terdiri dari enam lapis. Hal yang sama bisa berlaku pada bintang lainnya yang ada di alam semesta. Semoga penjelasan ini bisa membantu buah hati dalam memahami materi mengenai tata surya, ya, Parents!
Baca juga:
6 Akibat Rotasi Bumi, Perbedaan Waktu Hingga Arus Laut Membelok
Kenapa Bumi Bulat? Berikut Ini Penjelasan Lengkapnya!
Ajarkan pada Anak, Ini Akibat Revolusi Bumi bagi Kehidupan Alam Semesta
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.