Suku Dayak memiliki tradisi yang terbilang unik namun mengerikan. Namanya tradisi Ngayau dimana sekelompok masyarakat suku Dayak melakukan perburuan kepala musuh. Sebelum membahas lebih jauh, uraian berikut ini mungkin mengandung konten yang cukup mengganggu bagi Anda yang menghindari bacaan menakutkan.
Tradisi Ngayau berasal dari Bahasa Dayak ‘kayau’ yang artinya musuh. Ngayau berarti memburu kepala musuh. Menurut penjelasan di situs Wikipedia, Suku Iban dan Suku Kenyah adalah dua dari suku Dayak yang memiliki adat Ngayau.
Pada tradisi Ngayau yang sesungguhnya, Ngayau tidak lepas dari korban kepala manusia dari pihak musuh. Dalam sebuah buku karya Carl Bock, The Head Hunters of Borneo diterbitkan di Inggris pada tahun 1882, citra Dayak sangat lekat dengan orang-orang pemburu kepala.
Praktik perburuan kepala tersebut dilakukan bukan tanpa sebab. Ada versi yang menyebutkan bahwa Ngayau hanya dilakukan saat orang Dayak dalam keadaan terancam, misalnya dalam kondisi perang. Orang Dayak meyakini bahwa dengan memenggal kepala musuh, mereka dapat terhindar dari gangguan roh musuh.
Artikel terkait: 4 Fakta Menarik Serta Jenis-Jenis Kain Tenun Suku Dayak yang Indah
Tradisi Ngayau Tergolong Upacara Religius
Panglima suku Dayak di Long Nawang dengan kepala musuh di belakangnya. Foto: Wikipedia
Bagi suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah, tradisi Ngayau dilakukan untuk kepentingan upacara Tiwah, yaitu upacara sakral terbesar suku Dayak Ngaju untuk mengantarkan jiwa atau roh manusia yang telah meninggal dunia menuju langit ke tujuh.
Sedangkan di kalangan masyarakat Dayak Kenyah, perburuan kepala penting dalam hubungannya dengan Mamat. Yaitu pesta pemotongan kepala, yang mengakhiri masa perkabungan dan menyertai upacara inisiasi untuk memasuki sistem status bertingkat, Suhan, untuk para prajurit perang.
Setelah digunakan dalam upacara-upacara Mamat, kepala-kepala itu digantung di beranda rumah panjang, berhadapan dengan ruang-ruang tengah yang menjadi tempat tinggal ketua rumah panjang.
Pada masa lalu, suku Dayak Iban dilaporkan sebagai pemburu kepala yang paling terkenal di Kalimantan. Suku Dayak Iban melakukan upacara perburuan kepala yang disebut Gawai. Upacara ini tidak hanya bersifat religius, tetapi juga melibatkan pesta besar-besaran dengan minum-minuman dan bersenang-senang.
Artikel terkait: 62 Inspirasi nama bayi suku Dayak yang penuh makna
Dilakukan Secara Diam-diam
Pada praktiknya, para pemburu terdiri dari kelompok-kelompok kecil beranggotakan sepuluh hingga dua puluh orang laki-laki. Mereka bergerak secara diam-diam dan tiba-tiba. Mereka juga sangat memperhatikan pertanda-pertanda, khususnya burung-burung.
Ketika pemburu kepala itu telah berhasil, mereka berhak memakai gigi macan kumbang di telinganya, hiasan kepala dari bulu burung enggang, atau sebuah tato dengan desain khusus.
Artikel terkait: Menguak Tradisi Suku Dayak yang Unik, Tak Hanya Kuping Panjang
Kepala adalah Simbol Kekuatan Magis Tertinggi
Bagi suku Dayak, tengkorak kepala manusia yang sudah dikeringkan memiliki sihir paling kuat di dunia. Kepala tersebut akan diberikan mantra atau ramu-ramuan yang jika dimanipulasi dengan tepat, akan mampu menurunkan hujan, meningkatkan hasil panen padi, dan mengusir roh-roh jahat.
Jika ternyata tak cukup kuat, bisa jadi itu disebabkan kekuatannya sudah mulai pudar dan diperlukan sebuah tengkorak yang baru.
Meski demikian, tidak semua suku Dayak melakukan tradisi Ngayau. Seperti halnya Suku Dayak Maanyan dan Suku Dayak Meratus.
Namun berdasarkan cerita para tetua adat, di zaman dahulu ketika terjadi perang, ksatria-ksatria Dayak Maanyan dan Dayak Meratus akan mengincar kepala pimpinan musuh. Apabila kepala pimpinannya berhasil mereka penggal, maka para prajuritnya akan segera bertekuk lutut.
Kepala pimpinan musuh yang dipenggal tersebut bukan sebagai pelengkap ritual-ritual adat sebagaimana yang dilakukan suku Dayak Kenyah, Iban dan Ngaju, akan tetapi tetap dikuburkan bersama badannya.
Walaupun suku Dayak Meratus dan Maanyan tidak menerapkan tradisi Ngayau dalam adat mereka, namun mereka tetap berpendapat bahwa kepala manusia memiliki arti penting, yaitu bagian yang paling tinggi di tubuh manusia dan memiliki simbol status seseorang.
Seorang Dayak yang akan berangkat mengayau tidak terlalu menggantungkan kemampuannya pada kemampuan senjatanya, tetapi pada kekuatan jiwa untuk mencapai tujuannya. Pusat kekuatan jiwa terdapat di kepala manusia hasil dari Ngayau.
Baca juga:
Mengenal Tari Giring-giring, Tarian Menyambut Pahlawan khas Suku Dayak
Bapukung, Cara Menidurkan Bayi Ala Suku Dayak dan Banjar
10 Jenis Alat Musik Tradisional Suku Dayak Kalimantan, Unik dan Merdu!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.