Tak hanya perayaan lebaran Idulfitri, masyarakat muslim di Jawa juga akan merayakan perayaan berikutnya yang dikenal sebagai lebaran ketupat. Perayaan ini dilakukan seminggu setelah Idulfitri berlangsung. Tradisi lebaran ketupat telah lama dilakukan turun temurun untuk kembali berkumpulnya para anggota keluarga serta melaksanakan beberapa hajat bersama sanak saudara yang berada jauh dari mereka.
Kendati nama lebaran ini adalah ketupat, namun tahukah Anda bahwa tidak semua daerah di Jawa menyajikan ketupat sebagai makanan khas mereka, lo. Misalnya saja seperti di Pekalongan, warga sekitar justru menjadikan lupis sebagai makanan khas perayaan tersebut untuk berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara.
Melansir dari berbagai sumber, berikut kami rangkumkan informasi mengenai lebaran ketupat, tradisi masyarakat muslim di Jawa yang dilakukan seminggu setelah lebaran Idulfitri.
Sejarah Tradisi Lebaran Ketupat
Sumber: Pinterest
Beberapa sumber menyebutkan bahwa tradisi ini sudah lama ada di masyarakat Jawa, diperkirakan sejak masa Wali Songo. Salah satu bagian dari Wali Songo yang menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa dan memperkenalkan lebaran Idulfitri serta lebaran ketupat adalah Sunan Kalijaga.
Mengutip dari laman Suara, kala itu Sunan Kalijaga mengajarkan kepada masyarakat umat muslim untuk berpuasa enam hari di bulan Syawal. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berisikan bahwa pahala puasa selama setahun penuh bagi mereka yang berpuasa di bulan Ramadan, serta dilanjutkan enam hari di bulan Syawal.
Setelah enam hari melaksanakan puasa syawal, masyarakat Jawa kemudian melakukan perayaan kembali berupa lebaran ketupat pada tanggal 8 Syawal.
Dalam bahasa Jawa sendiri, ketupat mengandung filosofi ngaku lepat atau mengakui kesalahan. Tak berbeda jauh dengan lebaran Idulfitri, pada lebaran ini juga akan melakukan tradisi sungkeman. Sungkeman dilakukan antara seorang anak yang bersimpuh dan memohon maaf kepada orang tuanya.
Baca juga: 13 Cara Membuat Ketupat Cantik untuk Hari yang Fitri
Tradisi Sungkeman untuk Saling Memaafkan
Sumber: Pinterest
Meski lebaran ketupat tidak tercantum dalam Al-Quran, serta bukan pula ajaran dari Rasulullah SAW. Namun, perayaan ini memang menjadi perayaan besar lainnya bagi masyarakat muslim di tanah Jawa.
Melalui tradisi ngaku lepat atau sungkeman yang dilakukan, ini menjadi ajang saling memaafkan dan bukti kasih sayang satu sama lain. Tak hanya kepada orang tua, tetapi juga kepada masyarakat lainnya agar saling memaafkan sebagaimana simbol ketupat yang telah dianut masyarakat Jawa.
Sebagai simbol maaf bagi masyarakat Jawa, nantinya seseorang yang berkunjung akan disuguhkan ketupat untuk dimakan. Ketika orang tersebut menyantapnya, maka secara otomatis mereka telah membukakan pintu maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan yang dilakukan antara kedua belah pihak.
Baca juga: 6 Cara Membuat Ketupat Lembut dan Tahan Lama
Makna Tradisi Lebaran Ketupat
Sumber: Pinterest
Ketupat memang menjadi salah satu makanan yang disajikan masyarakat Indonesia di hari raya Idulfitri. Namun, tak hanya sebagai hidangan hari raya, ternyata ketupat sendiri memiliki makna spesial yang terkandung di dalamnya.
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, ketupat atau kupat dikenal oleh masyarakat Jawa sebagai ngaku lepat atau mengakui kesalahan. Melalui ketupat yang disajikan, dengan ini masyarakat Jawa dapat saling mengakui kesalahan dan memaafkan dengan penuh keikhlasan. Itulah mengapa setiap orang yang berkunjung akan disajikan ketupat untuk disantap, agar mereka bisa menerima kesalahan dan memaafkan satu sama lain.
Mengutip dari CNN, ketupat juga mengandung filosofi lain. Bungkus ketupat yang terbuat dari janur kuning atau lambang penolak bala bagi orang Jawa. Sementara itu, bentuk segi empat pada ketupat juga memiliki cerminan dari “kiblat papat lima pancer.” Istilah tersebut memiliki makna “ke mana pun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah.”
Baca juga: 7 Menu Pendamping Makan Ketupat di Hari Raya, Menggugah Selera!
Makanan Pendamping Lebaran Ketupat
Sumber: Pinterest
Tak hanya menyajikan ketupat, umumnya perayaan ini juga akan menyajikan makanan pendamping ketupat berupa opor. Tak sekadar menyajikan, opor sendiri dinilai memiliki makna khusus dalam perayaan lebaran ketupat.
Di mana salah satu bahan utama pembuatan opor yakni santan. Dalam bahasa Jawa, santan disebut pangapunten atau memohon maaf. Sehingga keduanya identik dengan perayaan hari raya untuk saling memaafkan antar umat muslim.
Lebih lanjut, tradisi lebaran ketupat ini memang sudah dilakukan oleh hampir seluruh masyarakat Jawa. Namun, perayaan ini diketahui mulanya hanya dilakukan oleh masyarakat di daerah Durenan, Trenggalek, Jawa Timur. Seiring berjalannya waktu, tradisi ini pun semakin dikenal masyarakat Jawa. Hingga kemudian menjadi hal umum yang dilakukan seminggu setelah lebaran Idulfitri.
Baca juga:
11 Tradisi Lebaran yang Masih Tetap Terjaga Kelestariannya
Bukan Ketupat, Ini 9 Makanan Khas Lebaran yang Unik dari Berbagai Negara
14 Jenis Makanan Khas Lebaran, Manakah yang Paling Parents Suka?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.