Keguguran, yang juga disebut aborsi spontan atau keguguran dini, adalah kehilangan janin sebelum usia kehamilan 20 minggu. Tingkat risiko keguguran bisa bervariasi pada masing-masing ibu hamil. Hal ini bergantung dengan beragam faktor yang memicunya.
Aborsi spontan atau keguguran dini dapat terjadi pada sekitar setengah dari kehamilan sebelum sang calon ibu mengetahui bahwa dirinya hamil. Itulah mengapa penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10-15% kehamilan yang diketahui berakhir dengan keguguran.
Artikel Terkait: Sebelum Terlambat, Kenali 3 Jenis Keguguran yang Harus Ibu Hamil Waspadai
Berapa Banyak Kehamilan yang Berakhir dengan Keguguran?
Penelitian menyebutkan bahwa sekitar 15% keguguran bisa terjadi pada trimester kedua, yaitu di antara minggu ke-13 dan 19 kehamilan. Keguguran trimester kedua ini sering disebut keguguran telat. Jika keguguran terjadi setelah minggu ke-20 masa kehamilan, maka tidak termasuk dalam statistik keguguran. Keguguran ini disebut dengan lahir mati (stillbirth).
Ada pula keguguran yang terjadi karena kesengajaan. Penghentian medis kehamilan (MTP) atau aborsi medis dan aborsi yang dilakukan sendiri atau keguguran yang disebabkan sendiri tidak termasuk ke dalam kondisi keguguran yang disebutkan di atas.
Meskipun seorang perempuan pernah mengalami keguguran, bukan berarti ia tidak dapat mengandung kembali. Kehamilan yang sehat juga bisa terjadi setelah keguguran, dan ini adalah proses yang alami. Hal yang harus dipahami oleh perempuan mengalami keguguran adalah tidak terpengaruh secara emosional atau berlarut-larut di dalam keterpurukan.
Kapan Keguguran Terjadi?
Kebanyakan keguguran cenderung terjadi pada trimester pertama, yaitu dalam 13 minggu pertama, dan periode ini menyumbang sekitar 80-85% dari semua kasus keguguran pada ibu hamil. Sebagian besar kejadian keguguran terjadi selama tujuh minggu pertama kehamilan.
Risiko keguguran bisa lebih tinggi atau lebih rendah di setiap tahap kehamilan, bergantung pada berbagai faktor yang memengaruhi ibu dan janin. Keguguran dini dapat disebabkan oleh faktor genetik, seperti kelainan kromosom pada janin. Faktor keguguran dini sebagian besar berada di luar kendali perempuan.
Tingkat Risiko Keguguran Berdasarkan Usia Kehamilan
Tingkat keguguran dapat bervariasi tergantung pada banyak faktor yang memengaruhi kondisi ibu dan janin.
Pada umumnya, tingkat risiko keguguran berdasarkan usia kandungan adalah sebagai berikut:
- Minggu 3-4: Ini adalah waktu ketika implantasi dilakukan setelah menstruasi terakhir, dan tes kehamilan menjadi positif. 50–75% keguguran terjadi sebelum tes kehamilan positif, yaitu sebelum minggu keempat. Ini disebut kehamilan kimiawi dan sering kali diindikasikan dengan gejala kehamilan dan keguguran lainnya.
- Minggu ke-5: Menurut sebuah penelitian pada tahun 2013, tingkat keguguran bisa menjadi sekitar 21,3% pada kehamilan minggu ke-5. Namun, ada risiko keguguran yang lebih tinggi atau lebih rendah tergantung pada penyebab yang memengaruhi ibu dan janin.
- Minggu 6-7: Tingkat keguguran selama minggu ini sekitar 5% karena ini adalah titik saat detak jantung janin diperoleh.
- Minggu 8-13: Tingkat keguguran turun dalam periode ini menjadi sekitar 2–4%.
- Minggu 14-20: Memasuki minggu ke-14 hingga 20 dari masa kehamilan, hanya ada 1% kemungkinan keguguran yang terjadi.
Tingkat Risiko Keguguran Berdasarkan Usia Ibu
Angka keguguran biasanya meningkat seiring bertambahnya usia. Menurunnya kualitas sel telur dengan bertambahnya usia bisa menjadi salah satu penyebab utama tingginya kejadian keguguran dengan usia ibu lanjut. Dalam hal ini, sel telur bisa memiliki masalah genetik, seperti kelainan kromosom.
Tingkat risiko keguguran berdasarkan frekuensi usia ibu adalah sebagai berikut:
- Usia 20–30 tahun: 9–17%
- Usia 35 tahun: 20%
- Usia 40 tahun: 40%
- Usia 45 tahun: 80%
Risiko keguguran yang disebutkan di atas murni berdasarkan usia ibu. Namun, beberapa faktor risiko lain, seperti penyakit kronis, gaya hidup, dan perubahan hormonal, juga dapat memengaruhi angka keguguran. Selain itu, usia ayah di atas 35 tahun juga bisa meningkatkan risiko aborsi spontan.
Artikel Terkait: Faktor Genetika dan Lingkungan Penyebab Keguguran
Risiko Keguguran pada Bayi Tabung
Keguguran dini memiliki kemungkinan terjadi pada 10-25% siklus IVF-ET (fertilisasi in vitro dan transfer embrio). Kehilangan kehamilan setelah prosedur IVF dapat memengaruhi sang calon ibu secara emosional, fisik, dan finansial, karena kehamilan tidak dilanjutkan dan sering kali diperlukan siklus IVF lagi.
Risiko Keguguran Setelah Adanya Detak Jantung Janin
Banyak ibu hamil yang mungkin tidak menyadari detak jantung janin jika tidak melakukan USG prenatal pertama pada minggu ke-11 atau ke-12. Beberapa penelitian menunjukkan tingkat keguguran bisa mengalami penurunan sebesar 10% setelah detak jantung janin terdeteksi melalui USG.
Akan tetapi, bagi para ibu hamil yang menjalani perawatan kesuburan atau program kehamilan disarankan untuk menjalani pemeriksaan USG lebih awal agar bisa mendeteksi risiko keguguran berdasarkan detak jantung janin secara lebih akurat.
Kapan Risiko Keguguran Turun?
Tingkat keguguran atau keguguran per-minggu berkurang saat kehamilan berlanjut. Risiko keguguran bisa mulai menurun sejak detak jantung janin terdeteksi, yaitu sekitar minggu ke-7 kehamilan. Namun, penurunan angka keguguran yang signifikan terjadi setelah usia kehamilan 12 minggu.
Penurunan angka keguguran juga bisa bergantung pada faktor risiko lainnya. Misalnya, kelainan kromosom dapat menyebabkan keguguran dini, sedangkan faktor ibu seperti fibroid dapat menyebabkan keguguran lanjut.
Apa yang Harus Dilakukan Jika Mengalami Keguguran?
Bunda bisa berkonsultasi dengan dokter jika mengalami keguguran. Dokter akan memberikan perawatan yang diperlukan atau membantu Bunda mengidentifikasi alasan keguguran dan mengatasinya.
Perlu diingat bahwa waktu yang dibutuhkan untuk pulih dari keguguran dapat berbeda pada setiap perempuan. Ini bergantung pada tahap kehamilan serta faktor fisik dan emosional lainnya.
Jika ingin merencanakan kehamilan berikutnya, maka berkonsultasilah dengan dokter. Dokter mungkin juga akan mempertimbangkan Bunda untuk mengonsumsi vitamin prenatal atau suplemen mineral di awal kehamilan.
Artikel Terkait: Ini Bedanya Darah Haid dan Darah Keguguran, Perlu Tahu Agar Tak Keliru
Demikianlah penjelasan mengenai tingkat risiko keguguran yang harus Bunda ketahui. Jangan sungkan untuk berkonsultasi kepada dokter sejak awal kehamilan ya, Bun, agar calon buah hati dapat tumbuh dan berkembang dengan baik hingga terlahir ke dunia. Semoga informasi ini bermanfaat, Bunda!
Baca Juga:
Perlu tahu! Ini 5 hal penting yang harus diperhatikan setelah keguguran
9 Ciri-Ciri Hamil Setelah Keguguran & Waktu Ideal untuk Hamil Lagi