Seorang bunda mengungkapkan perasaannya, bahwa dirinya tidak merasa bahagia setelah menikah.
Hal ini diungkapkannya lewat forum aplikasi theAsianparent Indonesia. Unggahan sang Bunda anonim tersebut lantas dibanjiri respon yang beragam. Kebanyakan Parents lain juga mengakui kalau mengalami hal serupa.
Seperti apa curahan sang Bunda terkait kehidupan pernikahannya? Faktor apa saja yang membuat ia menjadi tidak bahagia ketika tengah membangun rumah tangga bersama sang suami? Simak kutipannya berikut ini.
Kisah Bunda yang Tidak Merasa Bahagia Setelah Menikah
“Bunda, saya hanya ingin mengungkapkan apa yang sedang saya rasakan saat ini. Mohon beri saya nasihat agar saya jauh lebih bersyukur. Sebelum menikah, saya adalah seorang guru honorer yang gajinya hanya cukup untuk jajan, bayar listrik, dan PDAM.
Suami sebelum menikah adalah seorang teknisi mesin di sebuah pabrik di luar kota, dengan gaji UMR yang lumayan besar. Namun, lima bulan sebelum menikah, suami kena PHK karena pengurangan karyawan saat pandemi. Sedangkan saya, saat itu sudah memutuskan untuk resihn dari kantor karena berencanan ikut suami nantinya.
Qodarullah, rencana ini justru gagal. Sebelu menikah, suami kerja di sebuah pabrik di kampungnya. Gajinya dibayar per minggu, kurang dari Rp 2 juta. Saya pikir tidak masalah, yang penting dia tidak menganggur dan ada kerjaan. “
Dikaruniai Momongan, Tetapi Harus Merelakan Pekerjaan
“Setelah menikah, saya coba cari-cari kerja, tapi tidak kunjung ada panggilan. Hingga akhirnya saya diterima di sebuah yayasan amal. Kerjanya harus naik motor, keliling mengunjungi donatur. Tapi sebelum saya resmi bekerja, saya testpack dan hasilnya positif hamil. Jadi, saya berpikir berkali-kali dan memutuskan untuk tidak mengambil pekerjaan itu.
Alhamdulillah saya bahagia. Dalam kurun waktu kurang dari 2 bulan pernikahan, saya sudah diberikan amanah.
Setelah positif, suami resign dan ikut kerja serabutan dengan pamannya di empang ikan. Sehari bisa dapat 100 ribu. Saya bersyukur sekali. Namun Februari 2021 kemarin, kaki suami tiba-tiba bengkak. Diperiksa ke dokter, diagnosa pertama kaki gajah, kemudian gangguan ginjal, dan terakhir DVT (Deep Vein Trombosis).
“Saya nangis karena keadaan suami, keadaan ekonomi, juga keadaan janin meski alhamdulillah kandungan saya selalu sehat. Tapi, saya banyak tekanan yang bikin khawatir.
Selama 3 bulan perawatan, kondisi suami membaik. Namun, justru kerjaan dia di empang harus off karena stok ikan habis. Saya kasih dia modal jualan, tetapi dia seperti enggan dan pesimis sebelum mencoba.”
“Kamu Gagal Membahagiakan Aku…” Kalimat yang Sering Ingin Diungkap
“Hari demi hari, saya merasa suami saya tidak punya keinginan untuk cari kerja. Selama puasa, dia full di rumah. Makan-tidur-makan saja. Saya jadi sering marah-marah sama suami. Sering nangis, pula. Saya merasa dia tidak siap jadi ayah. Padahal, kandungan sudah 9 bulan.
Saya berusa untuk bersyukur dengan rezeki seperti hadirnya buah hati. Tapi kadang saya juga sedih. Saya merasa tidak bahagia setelah menikah. Jadi suka rindu dengan keadaan saya dan suami saat masih pacaran dulu.
Ingin bilang ke suami, kalau dia gagal membahagiakan saya. Kalau saya tidak bahagia setelah menikah dengannya. Perkataan itu sudah di ujung lidah, tapi ternyata masih bisa saya tahan.
Kata orang, setelah punya anak, keadaan akan lebih baik. Saya berusaha yakin kalau nanti keadaan akan membaik. Tolong kuatkan saya, Bunda. Terima kasih sudah membaca keluh kesah saya.”
Mengapa Bisa Muncul Perasaan Tidak Bahagia Setelah Menikah?
Psikolog Klinis Dewasa Tiara Puspita M.Psi., menjelaskan bahwa perasaan tidak bahagia setelah menikah bisa disebabkan oleh banyak hal.
Beberapa yang muncul kebanyakan disebabkan oleh sikap pasangan yang mungkin membuat seseorang menjadi tidak merasa nyaman. Misalnya, ketika pasangan kurang termotivasi untuk kerja seperti pengalaman Bunda di aplikasi theAsianparent sebelumnya.
Awalnya, masalah tersebut biasanya tidak pernah dianggap serius oleh kedua belah pihak selama pacaran. Namun, saat mereka hidup bersama, perasaan jengkel satu sama lain yang mungkin sudah menumpuk ketika masih berpacaran, bisa-bisa menjadi meledak dan akhirnya menjadi alasan mengapa seseorang bisa tidak merasa bahagia setelah mereka menikah.
Psikolog yang akrab disapa Tita itu menjelaskan, “Jadi, dari hal ini, penting untuk kita menyelesaikan unfinished bussiness. Ketika ada perasaan mengganjal terhadap pasangan, jangan diam saja karena berpikir; sudah, ah, mau nikah ini. Ingat, nikah adalah permulaan, bukan bagian akhirnya
“Untuk itu, baiknya sebelum memutuskan menikah, sebenarnya perlu kesiapan yang matang. Alasannya juga apa? Menikah karena tuntutan? Karena lingkungan keluarga? Atau apa? Jangan sampai kita buat keputusan, padahal sebenarnya kita belum siap menikah,” ungkap Tita seperti yang dikutip dari laman Detik Health.
Apa yang Perlu Dilakukan?
Sementara itu, pasangan yang tidak bahagia ketika menikah juga bisa saja cenderung fokus pada momen negatif, mereka mengabaikan momen indah yang mereka miliki. Hal ini pun selaras dengan pendapat seorang peneliti dan psikolog dari Amerika Serikat bernama John Gottman.
Dari mulai cara berkomunikasi dan interpretasi pesan, pasangan yang tidak bahagia lebih memiliki kecenderungan menanggapinya dengan emosi negatif seperti amarah. Sehingga, hal itulah yang biasanya akan memperburuk pernikahan.
Parents, terkadang memang ada saat-saat dalam pernikahan yang membuat Anda tidak bahagia, jengkel, maupun sedih, dan itu tidak apa-apa. Namun, keputusan apakah Anda akan bertahan atau tidak dalam hubungan tersebut, itu merupakan sebuah pilihan.
Jika sekiranya ingin mengubah keadaan, maka hal itu bisa dimulai dari diri Anda. Caranya? Ajak pasangan berbicara. Beri tahu dia tentang perasaan Anda. Pasalnya, pernikahan membutuhkan komunikasi dua arah karena kalian berdualah yang menjalankan. Selalu diskusi untuk menentukan langkah agar kalian bahagia dan nyaman satu sama lain.
Apabila dalam suatu titik kalian sudah sulit berdiskusi, maka pertolongan orang ketiga yang netral atau bahkan bantuan profesional memang dibutuhkan. Jika momen itu menghampiri, jangan ragu untuk meminta bantuan.
Itulah kisah Bunda yang tidak merasa bahagia setelah menikah, serta sedikit penjelasan tentang langkah yang bisa dilakukan jika Anda mengalami hal serupa. Ingat, pernikahan atau rumah tangga dibangun oleh dua orang (anda dan pasangan).
Jadi, jangan ragu untuk selalu berkomunikasi dengan pasangan Anda terkait hal apa pun, termasuk perasaan Anda. Pasalnya, komunikasi adalah salah satu kunci untuk menentukan langkah agar kalian menemukan kebahagiaan dalam pernikahan.
***
Baca juga:
Mengenal Lonely Death, Fenomena Meninggal Sendirian Tanpa Keluarga
Dirikan Kumpulan Emak Blogger, Mira Sahid: "Tak Hanya Jadi Berdaya, Menulis Juga Proses Healing"
Hamil dan Menjadi Penyintas Kanker Payudara, Ibu Ini Bagikan Perjuangannya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.