Seorang ibu di Singapura berbagi pengalaman tentang sang anak yang menjalani tes swab terkait Covid-19. Perempuan bernama Eeling J. Tan itu membagikan cerita tersebut di akun Facebook milikinya pada Minggu (29/3).
Tes tersebut memang menunjukkan hasil negatif, tetapi Eeling mengaku pengalaman tersebut terbilang menakutkan dan sedikit traumatis bagi dirinya maupun sang putri.
Ia juga berharap, para orangtua juga bisa mengambil beberapa pelajaran penting dari pengalamannya ini.
Ibu di Singapura berbagi pengalaman tes swab yang dilakukan anaknya
Eeling J. Tan, seorang direktur di perusahaan konsultan teknik itu merasa khawatir. Pasalnya, sang putri yang berusia lima tahun tiba-tiba saja demam. Apalagi jika mengingat demam tersebut muncul seminggu setelah anaknya itu didiagnosis bronkitis dan asma.
Hal inilah yang akhirnya membuat Eeling semakin panik.
“Putriku sudah batuk-batuk selama kurang lebih seminggu yang lalu. Kami membawanya ke klinik, dia pun didiagnosis menderita bronkitis dan asma. Kami pulang. Dokter juga memberikan obat dan inhaler untuk perawatan. Anak saya sedang dalam masa penyembuhan, tetapi malam tadi dia tiba-tiba saja demam,” cerita Eeling dalam akun Facebook miliknya.
Lakukan tes swab terkait Covid-19
Cemas dengan kondisi putrinya, Eeling dan suami pun kembali membawa anaknya itu ke klinik yang sama pada tanggal 29 Maret. Dokter bilang, kondisi kesehatan paru-paru sang putri cenderung samar. Dengan gejala demam yang diderita, tim dokter pun menganjurkan agar putri Eeling melakukan tes terkait Covid-19.
Anjuran itu membuat Eeling terpaku. Pasalnya, ia sama sekali tidak menyangka bahwa dokter akan mengusulkan tes terkait Covid-19 pada buah hatinya.
“Aku pikir, mereka hanya akan meresepkan antibiotik. Namun, mereka malah membawa putri kami ke UGD. Terlebih, dokter juga menganjurkan untuk tes Covid-19. Sebelum ini terjadi, anak saya baik-baik saja. Dia masih bisa main dengan kakaknya dan makan pun masih lahap. Ketika demam, dia juga masih ceria,” ungkap Eeling.
Meski pikirannya masih dipenuhi tanda tanya. Eeling tetap mengikuti anjuran dokter. Saat itu, ia mengaku sangat cemas. Tes swab yang dilakukan merupakan sebuah pengalaman menakutkan, baik bagi sang anak maupun dirinya sendiri.
Saking khawatir dan takut hal buruk terjadi, Eeling bahkan mengajak seluruh keluarga untuk befoto bersama sebelum membawa putrinya ke rumah sakit untuk menjalankan tes. “Aku takut. Untuk berjaga-jaga, kami memutuskan untuk mengambil foto bersama. Karena aku tidak yakin apakah setelah ini kami masih bisa berfoto lagi.”
Eeeling juga melanjutkan,”Kalau hasilnya positif, artinya keluarga kami akan terpisah. Jika beruntung, perpisahan memang hanya beberapa minggu. Namun, apabila tidak, mungkin kami akan berpisah selamanya, bukan?”
Keberanian sang anak membuatnya tenang
Meski begitu, Eeling juga mengaku bahwa ia sedikit tenang karena putrinya tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun saat tes.
“Dia sangat berani dan kuat, melebihi saya sendiri. Berbeda dengan saya yang banyak memikirkan berbagai kemungkinan terburuk yang akan terjadi padanya.”
Eeling bercerita, “Saat tes dilakukan, saya hanya bisa menggenggam tangannya. Perawat yang memakai APD lengkap mengambil alat seperti cotton bud, panjangnya sekitar 12 cm. Mereka memasukkan dan menjepitnya ke dalam kedua lubang putri saya. Satu per satu.”
Usai melakukan tes swab, Eeling dan putrinya diperbolehkan pulang. Pihak rumah sakit akan memberi tahu hasil tes melalui telepon dalam kurun waktu lima hari.
Sementara itu, hasil sinar-X menunjukkan bahwa putri Eeling mengalami pneumonia. Hasil pemeriksaan tersebut memperlihatkan bercak putih yang disertai cairan di beberapa bagian paru-paru kanan putrinya.
Tidak ada perintah swakarantina untuk pihak keluarga
Eeling juga bercerita, ada protokol yang sedikit mengganjal dari pihak RS setelah anak bungsunya itu melakukan tes Covid-19. Tidak seperti adiknya, putri pertama Eeling yang lain masih diperbolehkan sekolah dan tidak dianjurkan melakukan swakarantina.
“Anehnya, dokter di RS malah memperbolehkan si kakak sekolah. Di tengah pandemi yang serius, ini merupakan protokol yang aneh. Kalau saja saya membiarkan si kakak pergi ke sekolah, lalu hasil tes adiknya positif Covid-19 bagaimana?”
Pada akhirnya, Eeling memutuskan agar keluarganya melakukan swakarantina selagi menunggu hasil.
Kabar baik pun datang dari Eeling pada 31 Maret lalu. Melalui unggahan di Facebook, ia mengumumkan bahwa tes swab terkait Covid-19 yang dilakukan putrinya menunjukkan hasil negatif. Sang putri menderita pneumonia biasa, bukan Covid-19.
Di sisi lain, Eeling juga berpesan agar pihak RS atau pun pemerintah untuk memberlakukan protokol ketat terkait hal ini. Keluarga atau orang yang memiliki kontak langsung dengan Pasien Dalam Pemantauan (PDP) seperti putrinya seharusnya melakukan isolasi mandiri juga.
Eeling berpendapat, “Tetap harus isolasi diri untuk berjaga-jaga, termasuk bagi anggota keluarga sendiri. Meski putri saya tidak menunjukkan gejala parah, atau pun tidak ada riwayat bepergian serta kontak langsung dengan pasien positif.”
“Huru-hara pandemi Covid-19 ini benar-benar dirasakan oleh keluarga saya. Rasanya benar-benar panik dan menakutkan. Jadi, kalau memang tidak mendesak, sebaiknya kalian tetap di rumah saja untuk sementara. Jaga kesehatan keluarga, termasuk anak-anak,” tutupnya.
Di sisi lain, juru bicara Kementrian Kesehatan Singapura memberikan penjelasan. Pasien yang tengah menunggu hasil tes swab terkait Covid-19 memang disarankan untuk pulang. Terlebih, jika memang pasien tidak dalam kondisi kritis. Pasien dipulangkan dengan pertimbangan untuk mengurangi risiko penularan virus ke orang lain. Seseorang yang tengah menunggu hasil juga perlu melakukan isolasi mandiri di rumah.
Sementara itu, diperlukan waktu sedikitnya beberapa jam sampai hasil tes keluar. Pasalnya, prosedur tes swab cenderung rumit dan hanya bisa dilakukan di laboratorium dengan kelengkapan khusus, sehingga butuh waktu lama hingga hasil tes keluar.
***
Artikel ini disadur dari tulisan AsiaOne di theAsianparent Singapura
Baca juga:
Cegah Corona meluas, ini imbauan pemerintah dan dokter untuk mudik 2020
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.