Berbagai metode tes kesehatan mental kini dapat dijumpai dengan mudah melalui internet. Indikatornya pun beragam, bahkan ada yang menggunakan gambar sederhana untuk mengidentifikasi gangguan mental seseorang. Soal akurasinya? Tentu saja menjadi pertanyaan besar.
Sebelum membahas tes kesehatan mental lebih jauh, mari kita tengok sebentar bagaimana perubahan pandangan soal topik ini. Dahulu, pembicaraan seputar kesehatan mental masih dianggap tabu. Bahkan di kalangan masyarakat awam, kesehatan mental ini kerap dikaitkan dengan gangguan kejiwaan. Padahal, tidak selalu demikian.
Untungnya masyarakat modern saat ini lebih terbuka. Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental perlahan mulai terbangun secara positif. Sejalan dengan itu, sejumlah metode tes pun semakin marak beredar.
Perlu disadari, kebanyakan tes yang beredar luas di dunia maya sebenarnya hanyalah sejenis kuis. Sehingga, tidak bisa dijadikan alat ukur kondisi mental yang sesungguhnya. Apalagi, jika yang memberikan diagnosis bukan orang yang punya kompetensi seperti psikolog dan psikiater.
Jika Parents tertarik mengikuti kuis ala-ala tes kesehatan mental, anggaplah itu sebagai permainan belaka. Semacam hiburan untuk mengisi waktu senggang. Sebab, untuk mengetahui kondisi mental atau kejiwaan, harus dilakukan melalui tes yang terukur.
3 Cara Melakukan Tes Kesehatan Mental yang Lebih Akurat
Secara garis besar, ada tiga cara yang bisa ditempuh untuk menilai kondisi mental seseorang. Apa saja?
1. Tes MMPI
Pertama adalah MMPI atau Minnesota Multiphasic Personality Inventory. Tes ini merupakan tes psikologi yang bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan mental seseorang. Hasilnya dapat digunakan untuk menilai kepribadian dan psikopatologi.
Melansir Hello Sehat, tes MMPI pertama kali dibuat pada tahun 1937 oleh seorang ahli psikologi klinis bernama Starke R. Hathaway dan seorang neuropsikiatri bernama J. Charnley McKinley pada University of Minnesota.
Terdapat tiga jenis tes MMPI. Pertama, tes MMPI-2 yang merupakan tes yang paling sering digunakan oleh psikolog. Selanjutnya, tes MMPI-2-RF yang merupakan versi terbaru dari tipe sebelumnya. Terakhir, yaitu tes MMPI-A khusus untuk remaja.
Dalam tes ini, responden akan diminta untuk menjawab sejumlah pertanyaan. Banyaknya pertanyaan yang harus dijawab tergantung pada tipe tes MMPI yang diambil. Nah, berdasarkan jawaban itulah kemudian dapat ditentukan ada atau tidaknya gangguan kesehatan mental pada individu yang menjalani tes.
Faktanya, Tes MMPI tidak hanya digunakan dalam dunia psikologi klinis saja. Tes yang satu ini juga sering digunakan untuk kepentingan lain. Misalnya, sebagai salah satu instrumen penilaian dalam rekrutmen pegawai perusahaan untuk profesi tertentu yang memiliki pekerjaan dengan risiko tinggi.
2. Tes Kesehatan Mental Melalui Mobile App Terstandar
Di antara sekian banyak aplikasi smartphone yang menyediakan tes kondisi mental, Parents harus pandai-pandai memilih jenis aplikasi yang terstandar dan diakui oleh para ahli. Salah satunya, aplikasi bernama Sehat Jiwa.
Sehat Jiwa merupakan instrumen deteksi dini kesehatan jiwa yang sudah diakui secara resmi oleh lembaga kesehatan yang kredibel. Pasalnya, aplikasi yang satu ini dikembangkan oleh Direktrorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA Kemenkes RI.
Terdapat tiga tes deteksi dini masalah kesehatan mental dalam aplikasi Sehat Jiwa. Yakni, CAGE terkait kecanduan alkohol, kemudian Self Reporting Questionnaire (SRQ 20) untuk mengetahui adanya gangguan kesehatan mental. Adapun tes terakhir ialah Geriatric Depression Scale (GDS 15) untuk skrining depresi pada orang lanjut usia.
Perlu dicatat bahwa Sehat Jiwa digunakan untuk deteksi dini. Setelah mengetahui hasil tes dan ternyata ada indikasi masalah kesehatan mental, pengguna disarankan untuk segera menemui tenaga profesional.
3. Pemeriksaan Medis Kejiwaan
Ini merupakan pemeriksaan kesehatan mental yang paling kompleks karena melibatkan dokter, psikolog, dan mungkin tenaga kesehatan lainnya. Melansir Alodokter, dalam pemeriksaan medis kejiwaan ini metode yang paling utama dilakukan adalah wawancara dan observasi. Baik dilakukan secara langsung kepada pasien maupun melibatkan keluarga.
Jika diperlukan, pasien juga akan diminta untuk menjalani pemeriksaan penunjang agar dapat membantu psikiater menentukan diagnosis. Pemeriksaan penunjang ini dapat berupa pemeriksaan darah, urine, CT scan, hingga MRI otak.
Selain itu, tak menutup kemungkinan jika pasien diminta untuk menjalani pemeriksaan lanjutan berupa psikotes. Tujuannya adalah untuk menilai lebih jauh fungsi mental dan hal spesifik terkait kejiwaan pasien, seperti tipe kepribadian, tingkat kecerdasan (IQ), dan kecerdasan emosional (EQ) pasien.
****
Nah, itulah tadi ulasan tentang 3 jenis tes kesehatan mental yang dinilai akurat. Semoga informasi ini bermanfaat, ya.
Baca juga:
Tak Hanya Kesehatan Fisik, Sebelum Hamil juga Perlu Kesiapan Mental, Ini Alasannya!
Demi Kesehatan Mental Anak, Jangan Lakukan 7 Hal ini Pada Mereka
Agar kesehatan mental tetap terjaga, tanamkan 5 kebiasaan sederhana ini dalam keluarga
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.