Pernahkah Anda tak punya uang sama sekali padahal anak menangis butuh minum susu? Kejadian ini dialami oleh Gesti. Karena tak ada uang, Gesti memutuskan untuk menukar tumpukan kertas koran bekas ke tukang sayur dan menukarnya dengan tempe. Hasilnya? Terciptalah susu tempe yang lezat.
Di kampungnya memang ada kebiasaan yang unik. Jika kita bisa mengumpulkan kertas bekas koran dan menukarnya ke penjual tertentu, kita bisa barter dengan bahan makanan yang diinginkan senilai dengan kertas koran yang ditukar.
Apalagi, saat Maryam berusia 1,5 tahun sekarang, Gesti justru sedang hamil 6 bulan. Sehingga produksi ASI yang dimilikinya sedang seret.
Berbekal resep dari buliknya, Gesti langsung meracik susu tempe tersebut di dapur. Bahkan, yang ia buat tak hanya susu tempe, melainkan puding tempe yang lezat.
Ini dia resep susu tempe yang ia buat:
- Tempe 250 gram dipotong kecil-kecil seukuran dadu
- Rebus lima menit untuk mematikan jamurnya.
- Setelah direbus, tiriskan.
- Blender tempe rebus dengan segelas air.
- Saring dengan saringan atau kain bersih. Jika terlalu kental, boleh ditambahkan air lagi.
- Rebus susu tempe hingga mendidih.
- Tambahkan gula atau perasa yang lainnya seperti mocca atau coklat. Bisa juga tanpa penambahan rasa.
- Susu tempe siap dinikmati!
Gesti menyarankan, untuk segera menghabiskan susu tersebut atau menyimpannya di dalam kulkas selama sehari. Karena, susu tempe akan langsung berubah warna jika berada di dalam kulkas lebih lama dari itu.
Gesti mengingatkan untuk tidak membuang sisa ampasnya. Karena, sisa ampas tempe tersebut bisa diolah lagi menjadi puding tempe yang lezat.
Berikut resep puding tempe a la Gesti:
- Siapkan air beserta bubuk jelly instan yang biasa dijual di pasaran
- Saat air sudah mendidih, masukkan ampas tempe bekas susu tadi dan biarkan menyatu
- Dinginkan adonan puding sampai mengentaldengan sempurna
- Puding siap dinikmati
Gesti bukan kali ini saja berkreasi dengan susu rumahan. Sebelum mengamalkan ilmu susu tempe buatannya, ia sudah sering membuat susu kedelai sebagai pengganti UHT.
Susu rumahan yang ingin ia buat selanjutnya adalah susu yang terbuat dari kacang almond, “katanya sih susu almond itu juga enak banget.”
Menurutnya, antara susu kedelai dan susu tempe ada perbedaan rasa yang cukup signifikan, “dari segi rasa susu kedelai masih ada sensasi langu bau khas kedelai gitu. Teksturnya susu kedelai juga lebih cair atau bisa dibikin kental tapi aroma langunya kuat banget.”
Warna susu kedelai juga cenderung sangat putih susu, apalagi kalau dibuat tanpa perasa dan pewarna, “kalau diminum tanpa tambahan gula sih menurut saya kurang enak di lidah. Hehehe,” jelasnya ceria.
Sedangkan, menurutnya susu tempe memiliki sensasi gurih dengan warna susu yang agak cokelat kekuningan.
“Bau khas tempe hampir nggak ada karena sudah melalui proses perebusan terlebih dahulu. Terus kalau diminum tanpa gula masih oke di lidah. Tekstur cairnya hampir sama seperti susu kedelai,” tutur ibu yang juga blogger ini.
Jika ingin mencoba resep susu tempe di rumah, ia menyarankan untuk menggunakan tempe yang memiliki kualitas baik dan sudah terfermentasi dengan sempurna. Bukan jenis tempe mendoan maupun yang belum rapat.
“Jadi tempe yang udah jadi dan siap konsumsi gitu. Kalau tempe yang buat mendoan itu kan, tipis banget ya, kurang mantep kalo dibikin susu tempe. Jadi lebih enak tempe berbungkus daun yang udah jadi.”
Tempe berbungkus daun maupun plastik pun memunculkan warna susu yang berbeda. Meskipun rasanya sama, tempe berbungkus daun menghasilkan warna putih a la susu murni tanpa warna kuning sama sekali.
Untuk mencukupi kebutuhan gizi anaknya, jika sedang tidak kepepet, Gesti selalu mengikuti menu empat bintang a la WHO, “jadi selain protein nabati, protein hewani, lemak, karbohidrat serta vitamin dan mineral dari sayur dan buah juga penting banget untuk tumbuh kembang anak.”
Artikel terkait: 6 alasan mengapa susu sapi tidak selalu baik untuk semua orang.
Berdasarkan penuturannya, susu tempe buatannya mengandung vitamin B12 yang sangat mudah dicerna tubuh. Selain itu, di dalam tempe terkandung senyawa antioksidan berupa iso flavon. Sehingga mengkonsumsi tempe dapat mencegah kelainan morfologi sel darah merah akibat penyakit anemia.
Amankah susu tempe untuk anak?
Sebelum Parents memberikan susu tempe seperti resep Gesti di atas, ada baiknya menyimak penjelasan dokter. Aslim Taslim, M.Kes berikut ini mengenai kecukupan gizi dan rekomendasinya tentang susu alternatif untuk anak.
Menurut dokter anak ini, dari sisi keamanan, maka susu tempe memang aman-aman saja dikonsumsi, “namun soal direkomendasikan atau tidak, untuk anak di bawah 1 tahun, maka prioritas pertama bagi para ibu jika memungkinkan mestinya adalah ASI.”
Ia mengingatkan bahwa ASI dapat membantu anak membentuk sistem kekebalan tubuh yang kuat dan membuat anak tidak mudah alergi.
Jika ibu tidak dapat memproduksi ASI, maka alternatif kedua sebagai pengganti yang memungkinkan adalah susu formula. Namun, ia mengingatkan bahwa jika anak memiliki kecenderungan alergi susu laktosa, maka orangtua dapat memberikan susu khusus untuk anak yang mudah alergi.
“Susu yang khusus dikonsumsi anak alergi memang lebih mahal. Tapi, jika memang sudah kepepet, maka bisa diganti dengan susu nabati. Susu kedelai misalnya. Ini bisa jadi pilihan ke sekian, sama sekali bukan pilihan utama,” jelasnya.
Pertimbangan tersebut berdasarkan kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh anak yang sedang berada dalam masa pertumbuhan. Ia menjelaskan bahwa sebenarnya, kandungan asam amino yang dibutuhkan anak di dalam susu nabati seperti susu kedelai tersebut lebih sedikit dari formula yang beredar di pasaran.
“Selain itu, susu kedelai mengandung kolestrol yang lebih tinggi dari susu formula. Perlu dicatat juga, pertimbangan ini pun juga diberikan karena sistem pencernaan pada bayi terutama yang usia 1 di bawah tahun masih kurang bagus.”
Kebutuhan kalsium yang dibutuhkan oleh anak pun tak cukup dipenuhi dengan susu nabati saja. Sehingga perlu adanya keseimbangan varian makanan yang diberikan oleh orangtua untuk anaknya jika memang memilih susu nabati sebagai konsumsi sehari-hari anak.
Dokter anak yang sedang menempuh pendidikan spesialis kanker ini menegaskan bahwa konsumsi susu nabati untuk usia di atas 1 tahun pada prinsipnya memang aman dikonsumsi anak. Namun, orangtua hanya harus lebih memperhatikan zat penting untuk membantu perkembangan tumbuh kembang anak. hal ini juga berlaku dengan jenis susu lainnya termasuk susu kambing.
“Perlu diperhatikan juga soal higienitasnya. Selama produknya memang rumahan, maka standar higienitasnya memang belum bisa terjamin sehingga ini juga harus diperhatikan oleh orangtua yang ingin mencobakan susu alternatif rumahan bikinannya sendiri,” jelas dokter Aslim.
Higienitas tersebut juga jadi hal yang patut jadi pertimbangan terutama jika susu rumahan tersebut memang akan dijual dan jadi konsumsi sehari-hari. Untuk ini, ia menghimbau bahwa hendaknya produsen dan orangtua memperhatikan kemasan susu maupun standar sterilisasinya.
Selain itu, dokter Aslan juga menegaskan agar orangtua memperhatikan kekuatan daya tubuh anak masing-masing sebelum membiasakan anak dengan susu alternatif di luar ASI dan susu formula.
“Pada prinsipnya, susu itu kandungannya mirip makanan. Sehingga mestinya dalam satu porsi susu, semua kebutuhan tubuh kita terhadap susu dapat terpenuhi. Susu yang rendah kalori, tinggi kalori, tinggi kalsium, dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan gizi masing-masing orang.”
Pertimbangan lain yang harus diperhatikan adalah tentang adanya cakupan makanan tambahan selain susu yang diberikan untuk anak, “karena, sebisa mungkin kebutuhan anak terhadap kelengkapan gizi adalah yang paling utama di atas segalanya. Orangtua perlu memperhatikan hal ini dan menghitung banyaknya kalori yang dibutuhkan oleh anak bila perlu.”
Parents, demikian sisi medis dari susu tempe di atas. Anda juga bisa meniru langkah bijak Gesti yang memberikan makanan pendamping penuh gizi sesuai dengan kebutuhan anak agar tak khawatir lagi tentang modal nutrisi tumbuh kembangnya.
Baca juga:
Anak Alergi Susu Atau Intoleransi Laktosa? Ini Perbedaannya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.