Si bayi tercinta tiba-tiba muntah, diare, ruam-ruam pada kulit, kembung dan perut bergas setelah pemberian ASI, susu formula, atau MPASI? Apakah ini alergi? Ataukah intoleransi laktosa?
Jangan bingung dan panik ya Bunda. Keduanya memang terdengar mirip, namun sesungguhnya mengindikasikan masalah yang berbeda.
Alergi susu sapi
Alergi susu merupakan sebuah respon imun tubuh yang disebabkan oleh reaksi alergis terhadap protein dalam susu.
Alergi susu umumnya muncul di awal kehidupan bayi, sementara intoleransi laktosa sifatnya lebih luas, memakan waktu hingga gejalanya berkembang, dan dapat muncul kapanpun sepanjang usia buah hati Anda.
Menurut Maryelle Vonlanthen, MD dalam Lactose Intolerance, Diarrhea, and Allergy yang termuat dalam Breastfeeding Abstracts (1998), terdapat beberapa studi yang menyebutkan bahwa bayi dapat menjadi lebih sensitif di dalam rahim jika terdapat sejarah alergi yang kuat di dalam keluarga.
Para ibu seperti ini dianjurkan untuk menghindari makanan yang dicurigai membawa alergi sepanjang usia kehamilannya dan disarankan untuk terus menghindari jenis-jenis makanan ini pada saat menyusui.
Alergi dapat mempengaruhi pola tidur bayi, menyebabkan kolik dan membuat bayi temperamental. Beberapa bayi akan langsung menunjukkan reaksi alergi setelah mengkonsumsi susu sapi, sehingga periksakanlah segera ke dokter saat reaksi muncul.
Intoleransi laktosa
Intoleransi laktosa disebabkan oleh ketidakcukupan enzim laktase yang dibutuhkan untuk memecah laktosa. Laktosa adalah gula yang ditemukan pada susu dan produk-produk berbahan susu lainnya (dairy product).
Dikutip dalam Healthy Life, Amy E. Barto, MD, pakar gastroenterologist mengatakan Intoleransi laktosa ditemukan sebanyak 80-90% pada ras Asia dan Afrika-Amerika. Selain itu intoleransi laktosa dapat meningkat seiring umur dan kerap ditemukan pada orang tua.
Biasanya Anda akan merasakan gejala intoleransi laktosa antara 30 menit hingga 2 jam setelah mengonsumsi susu atau produk makanan dairy (berbahan dasar susu).
Jika bayi Anda mengalami intoleransi laktosa, ia mungkin menderita diare, kram perut, kembung atau bergas 30 menit hingga dua jam setelah meminum ASI atau memakan produk berbahan susu sapi seperti keju atau yogurt.
Beberapa penderita intoleransi laktosa dapat mengonsumsi sedikit makanan berbahan dasar dairy tanpa menunjukkan gejala apapun, sementara orang lain bisa jadi langsung merasa perutnya tak nyaman walaupun laktosa yang dikonsumsinya sangat sedikit.
Bayi ASI eksklusif juga bisa mengalami keduanya
Kedua gejala ini tidak terbatas pada pemberian susu formula pada bayi. Alergi makanan pada bayi ASI biasanya akibat dari makanan ibu.
Kandungan laktosa dalam ASI dapat mengakibatkan tinja bayi berwarna hijau, berair, tidak padat, bergas, diikuti perilaku kolik.
Kebanyakan bayi ASI akan menunjukkan respon saat Ibunya memasukkan produk susu sapi pada menunya. Bayi pada umumnya akan mampu mengatasi alergi saat berusia 6 hingga 18 bulan.
Kasus bayi terlahir dengan intoleransi laktosa sesungguhnya teramat jarang. Kondisi ini hanya dimungkinkan jika kedua orang tuanya menurunkan gen intoleransi ini pada bayinya.
Pada kasus ini, bayi akan langsung mengalami diare parah dan tidak bisa mentoleransi laktosa yang diterimanya baik melalui ASI maupun susu formula yang terbuat dari susu sapi selama sekitar satu atau dua minggu dan membutuhkan susu formula khusus tanpa kandungan laktosa.
Beberapa obat-obatan juga dapat menyebabkan tubuh memproduksi tingkat laktosa lebih rendah, dan kemudian menyebabkan intoleransi laktosa sementara. Orang-orang dengan kondisi usus bermasalah jangka panjang (seperti penyakit Crohn) terkadang juga mengidap intoleransi laktosa.
Bagaimana mendiagnosa intoleransi laktosa dan alergi susu
Dokter mungkin akan menyarankan Anda untuk menulis daftar makanan yang dimakan, menghindari produk dairy selama beberapa waktu, dan kemudian memperkenalkannya kembali.
Selain itu, terdapat beberapa tes laboratorium misalnya tes pernafasan hidrogen, uji tingkat keasaman tinja, dan uji alergi makanan.
Dapatkah anak dengan intoleransi laktosa atau alergi susu sapi mengkonsumsi produk dairy?
Bagi yang memiliki alergi susu sapi, batasi atau hindarilah produk-produk berbahan dasar susu sapi. Namun bila si kecil mengalami intoleransi laktosa, tubuh mereka tetap dapat mentolerir sedikit jumlah asupan dairy.
Pilihlah susu yang bebas laktosa, atau coba keju dan yogurt yang laktosanya cenderung lebih rendah daripada susu. Selain itu, untuk menjaga asupan kalsium, konsumsi juga makanan non-dairy seperti bayam, kacang almond, dan sayur mayur berdaun rimbun dengan warna hijau gelap.
Dapatkan Intoleransi Laktosa diobati atau dicegah? Temukan jawabannya di halaman selanjutnya..
Tidak ada pengobatan yang disarankan ataupun tindakan medis tertentu untuk mengatasi hal ini. Namun, Anda dapat membantu bayi Anda melalui langkah-langkah berikut jika memang ia terindikasi memiliki intoleransi laktosa, seperti ditulis oleh babycenter.com:
- Membaca label. Hindari produk-produk berbahan dasar susu sapi yang menganduk laktosa. Selalu cek label makanan untuk mengetahui apakah bahan semacam dadih, produk susu, susu padat kering, dan susu bubuk kering non lemak terkandung di dalamnya.
- Perhatikan reaksi bayi Anda. Beberapa orang dengan intoleransi laktosa dapat menerima sedikit jumlah laktosa, sementara ada yang sangat sensitif bahkan dalam kuantitas yang terkecil. Anda dapat belajar melalui mencoba beberapa makanan berbahan susu sapi yang dapat diterima oleh bayi Anda.
- Beberapa jenis keju mengandung laktosa lebih sedikit dibanding lainnya, sehingga lebih mudah dicerna. Jenis yogurt live-culture umumnya lebih mudah dicerna dibandingkan susu atau produk-produk dairy lainnya karena terdapat bakteri sehat di dalamnya yang membantu untuk memproduksi laktasi.
- Jika bayi Anda sangat sensitif, Anda mungkin akan lebih memilih untuk menghindari semua jenis laktosa. Jika tidak, Anda mungkin bisa memberikan bayi Anda sedikit asupan makanan berbahan dasar susu. Akan lebih muda mentoleransi produk-produk dairy jika dimakan bersamaan dengan makanan lain.
- Pastikan seluruh kebutuhan nutrisi bayi Anda terpenuhi. Jika Anda merasa perlu menghentikan produk berbahan susu dalam diet bayi, Anda akan butuh sumber kalsium lainnya, yang dapat membantu tulang dan gigi untuk tumbuh kuat. Sumber-sumber kalsium non-dairy termasuk makanan berdaun hijau, jus yang difortifikasi, dan susu kedelai, tahu, brokoli, salmon kalengan, dan roti yang difortifikasi. Kandungan gizi lain yang juga perlu diperhatikan adalah vitamin A dan D, riboflavin, dan fosfor.
- Produk-produk bebas laktosa saat ini sudah banyak tersedia di pasaran. Semuanya memiliki gizi yang setara dengan produk berbahan dasar susu namun tanpa laktosa.
- Terakhir, jika Anda tetap merasa kesulitan dalam memenuhi nutrisi yang dibutuhkan bayi Anda tanpa kehadiran produk dairy, bicaralah dengan dokter Anda mengenai perlunya bayi Anda mendapatkan suplemen tambahan.
Semoga informasi ini berguna, Parents!
Referensi:
1 Lactose Intolerance, Diarrhea, and Allergy. Maryelle Vonlanthen, MD from Breastfeeding Abstracts, November 1998, Volume 18, Number 2, pp. 11-12.
Baca juga:
Sulit menemukan susu formula anti alergi yang cocok untuk si kecil? Untuk mempermudah para Bunda, berikut kami rangkum pilihan susu formula anti alergi terbaik untuk si kecil. Klik disini.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.