Masalah susah fokus pada anak-anak dan remaja kerap memicu kecemasan, depresi, bahkan berpotensi mengerdilkan self esteem mereka.
Sementara itu, self-esteem yang baik pada anak penting untuk pertumbuhan karakternya. Self esteem atau rasa percaya diri yang baik bisa membuat anak lebih mencintai, menghargai, dan menerima diri apa adanya, terlepas dari segala kekurangan yang dimilikinya.
Oleh karena itu, orangtua perlu mengenal lebih jauh penyebab anak-anak yang susah fokus (mudah terdistraksi) dan mencari solusinya, untuk mempertahankan self esteem buah hati.
Jeffrey Bernstein dalam bukunya yang berjudul The Anxiety, Depression, & Anger Toolbox for Teens membahas dengan detail terkait self esteem untuk anak yang susah fokus, berikut beberapa poinnya.
Artikel terkait: Tips Parenting: 17 Cara untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Anak
Penyebab Susah Fokus pada Anak
Image: xframe.io
Susah fokus atau distraksi pada anak dapat disebabkan oleh kombinasi dari beberapa sumber penyebab, berikut, di antara lain:
- Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) dan ketidakmampuan belajar
- Kecemasan
- Depresi
- Perubahan besar dalam hidup (misalnya, perceraian, pindah rumah)
- Tingkat stres sehari-hari yang tinggi
- Ketidakmampuan dalam belajar
Terlepas dari penyebab distraksi pada anak tersebut, hal yang lebih mengkhawatirkan terkait anak yang susah memfokuskan diri adalah perkembangan self esteemnya yang kurang baik.
Artikel terkait: Penelitian: Punya Anak Menurunkan Kepercayaan Diri Ibu Sampai 3 Tahun
Self Esteem Berpengaruh pada Karakter dan Kesuksesan Anak
Self esteem atau tingkat percaya diri penting untuk terus dikuatkan dalam kehidupan karena dapat memengaruhi kesuksesan anak.
Anak yang percaya diri dan self esteem yang baik akan berani mencoba sesuatu yang baru dan tentu akan merasa bangga dengan semua pencapaian yang sudah didapatkan olehnya.
Hal ini dijelaskan Carl Pickhardt, seorang psikolog dan penulis buku parenting. Carl mengatakan bahwa anak yang kurang percaya diri akan merasa enggan untuk mencoba hal-hal baru, atau hal-hal berbau tantangan. Karena mereka takut gagal dan mengecewakan orang lain.
Selain itu, orang yang memiliki self esteem rendah akan sulit menerima diri apa adanya dan kurang percaya diri.
Rendahnya self esteem bahkan bisa meningkatkan risiko gangguan kecemasan dan depresi. Anak dengan gangguan kepribadian tertentu seperti avoidant personality disorder juga biasanya memiliki self esteem yang rendah.
Namun begitu, self esteem yang terlalu tinggi atau berlebihan juga tidak baik. Ini mungkin bisa menjadi tanda gangguan kepribadian narsistik atau megalomania.
Dilansir Medical News Today, self esteem memang penting untuk menjaga kesehatan. Namun, jika tidak terkontrol banyak orang justru terkurung dalam sikap perfeksionisme, yang membuat mereka sulit mencapai perasaan bahagia karena self esteem yang berlebihan.
Perfeksionis adalah sikap terlalu keras pada diri sendiri karena didorong oleh keinginan untuk menjadi yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar sepanjang waktu.
Terlalu terobsesi dengan detail kesempurnaan karena self esteem yang terlalu tinggi juga tidak baik. Pola asuh orang tua sangat menentukan self esteem anak ketika dewasa.
Cara Meningkatkan Self Esteem pada Anak Dengan Masalah Fokus
Orang tua dan guru wajar merasa frustrasi ketika menangani anak-anak dengan gangguan fokus dan mudah terdistraksi.
Meski demikian, menegur anak dengan mengatakan mereka adalah ‘anak dengan gangguan fokus’ adalah pilihan yang juga tidak bijak dan tidak akan membantu anak itu menjadi lebih baik.
Lebih buruk lagi, teguran tersebut akan cenderung menciptakan perasaan minder dan malu pada anak.
Strategi dan cara yang lebih mungkin dilakukan adalah dengan mendukungnya, yaitu dengan mengatakan kepadanya bahwa Anda bangga dengan betapa kerasnya anak Anda telah bekerja untuk mencapai kesuksesan, meskipun ia sering terdistraksi atau terganggu.
Berikut adalah beberapa langkah untuk meningkatkan self esteem pada anak dengan masalah susah fokus (mudah terdistraksi).
1. Beri Motivasi & Empati
Anak yang memiliki self-esteem terlalu rendah akan sulit menerima diri apa adanya dan kurang percaya diri. Sehingga penting untuk terus memberi empati dan membuatnya termotivasi.
Parents dapat mengatakan kalimat penyemangat seperti, “Ibu tahu, kamu frustasi menyelesaikan soal ini, Nak. Tapi kamu sudah berusaha untuk belajar dengan baik dan membuat kemajuan, good job.”
Kalimat motivasi tersebut bisa jadi akan membuat anak lebih semangat dan lebih fokus dalam menyelesaikan pekerjaannya.
2. Tetap Bersikap Tenang, Tegas, dan Tidak Terlalu Mengontrol Anak
Parents sebaiknya menghindari berteriak. Berteriak sebenarnya adalah emosi sesaat yang hanya akan mengaburkan pikiran anak Anda, dan membuatnya lebih mudah teralihkan.
Ketika bersama si kecil, Parents sebaiknya tetap tenang, menyatakan harapan dengan jelas, dan berusaha untuk tidak mendikte anak untuk sukses terus menerus sesuai standar orangtua.
3. Selalu Ingat, Saat Anak Frustasi, Dia Bukan sedang Melakukan Sesuatu Kejahatan
Ingatlah bahwa anak Anda tidak melakukan kejahatan ketika dia frustrasi karena susah fokus. Ia sedang berjuang dengan tugas yang berada di luar kemampuannya saat ini.
Mengerjakan PR-nya meski dia susah fokus dan frustrasi jauh lebih produktif dan lebih baik daripada hanya melihat anak bermalas-malasan, bukan?
Cobalah untuk memelajari anak dan identifikasikan apa yang sebenarnya membuat dia kesulitan, masalahnya apa saja, dan pelan-pelan bantu anak memahami kembali materi dan tugasnya tersebut.
4. Bantu Breakdown Tugas-tugasnya
Bantu mengubah PR dan tugas besar anak menjadi serangkaian pekerjaan kecil dan lebih sederhana.
Anak-anak mungkin membutuhkan orang dewasa untuk memberikan solusi lebih sederhana dan mudah dipahami untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
Misalnya, mengatakan, “Ya, masalah ini memang sulit, tetapi mari kita lihat apa yang bisa kita lakukan. Mari kita jawab satu pertanyaan bersama, lalu Anda coba yang kedua.”
Memberi contoh perhatian dengan tenang pada suatu tugas sering kali memiliki dampak yang menenangkan pada anak-anak.
Artikel terkait: Bentuk tubuh berubah pasca melahirkan, Ayu Dewi:”Nanti bisa langsing lagi gak ya?”
5. Gunakan Check List
Bantu anak Anda membiasakan diri membuat daftar tugas atau check list atau to do list. Hal ini akan membantunya mengingat apa saja yang harus ia lakukan sepanjang hari dan berusaha untuk menyelesaikannya satu demi satu.
6. Jaga Komunikasi Aktif dan Terbuka dengan Guru Anak
Anak-anak yang terganggu fokusnya cenderung menutup diri ketika mereka menghadapi masalah. Sehingga, menjalin komunikasi aktif dengan guru dan pengasuhnya terkait perkembangan anak sangatlah penting.
7. Memuji Pencapaian Anak Meskipun Kurang Sempurna
Setiap anak tidak ada yang sempurna. Memberi pujian saat anak telah menyelesaikan tugasnya, meski kurang sempurna adalah hal penting dan berarti untuk anak. Pujian adalah semangat yang bermakna untuk si kecil.
Respons Parents sangatlah penting bagi anak untuk membuat keputusan dalam meneruskan usahanya dalam memelajari sesuatu atau menyelesaikan PR-PR nya yang lain.
8. Orangtua adalah Teman Belajar, Selalu Libatkan Anak
Menyelesaikan pekerjaan anak seluruhnya oleh orangtua mungkin akan menyenangkan si anak. Tetapi hal ini tidak baik untuknya.
Yang penting kita ingat, anak-anak yang susah fokus sering kali dikelilingi oleh hal-hal negatif dan sering dikhawatirkan dengan kegagalan.
Di tengah tantangan besar mereka itu, mudah bagi anak-anak yang terganggu untuk merasa minder dibanding teman sebayanya. Parents bisa mengurangi hal ini dengan terus percaya pada kemampuan anak, percaya bahwa ia mampu bertanggungjawab menyelesaikan PR dan tugas-tugasnya. Remember to be a helper but not an enabler.
Baca juga:
Ide Permainan Asyik dan Seru Bikin Si Kecil Betah di Rumah, Tanpa Gadget!
5 Sikap Orang Tua yang Ternyata Menurunkan Kepercayaan Diri Anak
Mengapa Anak-anak Jepang adalah Anak Paling Sehat di Dunia? Inilah alasannya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.