Baru-baru ini, surat pemuda bunuh diri di Yogyakarta menyebar luas di media sosial. Pesan yang ditulis tangan maupun berkas digital yang disimpannya di platform Google Drive yang ditinggalkan olehnya sebagai wasiat pun menjadi konsumsi publik.
Di dalam berkas tersebut, korban menceritakan kisah kehidupan, kesehatan mental, serta pesan agar masyarakat lebih peduli dengan kondisi orang di sekitar. Ia berharap orang-orang yang membaca pesannya tersebut dapat melakukan sesuatu, yang mungkin kecil, tapi dampaknya sangat besar bagi orang-orang yang ingin mengakhiri hidup seperti dirinya.
Melansir berbagai sumber, kami akan merangkum seputar fakta surat wasiat bunuh diri yang viral di platform media sosial Twitter.
Namun sebelum itu, perlu kami ingatkan sebagai peringatan pemicu bahwa berita ini mengandung konten traumatis dan mungkin akan menimbulkan ketidaknyamanan saat membaca, terlebih ketika dalam keadaan rentan.
Artikel Terkait: Jangan Asal Pilih, Ini 3 Jenis Tes Kesehatan Mental dengan Hasil Akurat
Isi Surat Pemuda Bunuh Diri yang Memilukan
Surat wasiat bunuh diri ini awalnya dibagikan oleh akun Twitter Ram Minarsih dalam bentuk utas pada Selasa (5/4) . Tak selang beberapa lama diunggah, utas tersebut lantas ramai dikunjungi oleh warganet sehingga menjadi viral.
Dalam kasus pemuda bunuh diri di Yogyakarta, ia meninggalkan tiga lembar surat tulisan tanggan dan satu folder Google drive yang berisikan empat berkas digital atau file.
File tersebut berjudul Prolog, ACT 1, ACT 2 dan Epilog. Prolog berisi penjelasan bahwa ACT 1 dan ACT 2 adalah kisah hidup sekaligus wasiatnya.
Dalam Prolog, korban juga memberi peringatan jika tulisannya tersebut dapat memicu perasaan yang tidak menyenangkan, dan menganjurkan pembaca yang memiliki gangguan kesehatan mental untuk tidak melanjutkan membacanya. Sementara Epilog berisi karyanya semasa hidup berupa foto, skenario, dan sebagainya.
Surat yang Ditulis Tangan
Surat yang ditulis tangan berisi wasiat tentang bagaimana penanganan jenazah yang ia harapkan. Catatan tersebut juga meliputi pesan bahwa akan ada penjelasan tentang aksi bunuh diri yang dilakukannya.
Bagian ACT 1, Kehilangan Orang Tersayang
Dalam file yang ditotal sebanyak 11 halaman, korban menceritakan kisah hidupnya. Bermula dari kondisi keluarga, di mana ia yatim piatu sejak kecil, yang kemudian tinggal berpindah pindah dari satu saudara ke tempat lainnya. Ia menyebut dirinya pembuat masalah sejak kecil. Walaupun secara finansial keluarga besarnya masih mendukungnya, tapi ia tinggal secara terpisah dan tidak berhubungan secara intens.
Kemudian ia pun berkisah tentang teman-teman kuliah yang dimiliki dan bagaimana akhirnya ia terpisah dengan mereka dan juga meninggalkan perkuliahan yang dijalaninya. Salah satu momen yang membuatnya menjauh adalah stigma yang dimilikinya serta kesehatan mentalnya.
Korban juga menceritakan bahwa dirinya sering mengalami Panic attack yang membuatnya kehilangan kemampuan untuk bergerak. Panic attack itu paling sering dipicu oleh film, namun yang terburuk adalah saat melihat tempat tinggal saudara yang ia tempati direnovasi. Ia pun kerap mengalami momen momen kehilangan kemampuan untuk mengingat memori.
Hidupnya sempat mengalami titik terang saat ia bekerja di penginapan yang menerima dirinya dengan segala keunikan yang dimilikinya. Sayangnya, saat pandemi tempat tersebut sempat mengalami masalah keuangan yang berimbas pada keuangan korban.
Masalahnya tak berhenti di situ, kabar buruk demi kabar buruk diterimanya. Ia menerima kabar bahwa sahabatnya meninggal karena sakit. Namun alih-alih mempercayainya, ia mencurigai sahabatnya itu meninggal karena bunuh diri.
Kabar duka berikutnya, Kakeknya meninggal. Saat bertemu di pemakaman, keluarganya sempat mengenali ada masalah pada kesehatan mental korban dan menawari untuk kunjungan ke suatu tempat hipnoterapi. Hal yang kemudian ditolaknya dengan halus.
Masalahnya memburuk karena ia terlibat pinjaman online. Dalam suratnya ia menyebutkan tak mau meminta tolong karena merasa telah terlalu sering membuat sedih orang lain. Maka, ia pun bekerja lebih keras, tapi tetap tak mampu menyelesaikan masalah keuangannya tersebut.
Bagian ACT 2
Dalam bagian suratnya yang diberi judul ACT 2 yang berjumlah 12 halaman, korban meminta bantuan untuk menggalang dana untuk melunasi utangnya sepeninggal ia meninggal. Ia menjelaskan bahwa dirinya masih berhutang kepada bapak kos dan biaya kuliah. Sementara ia pun menyatakan bahwa utang pinjolnya bisa diabaikan, karena secara hukum akan dihapus jika dirinya meninggal.
Dalam bagian wasiat ini, ia mengucapkan maaf karena sering menyebabkan masalah sepanjang hidupnya. Ia pun berulang kali menyampaikan terima kasih, bahkan juga menyebutkan daftar orang-orang dalam kehidupannya.
Selain hal tersebut, dia menitipkan pesan agar pembacanya lebih tanggap kepada kesehatan mental diri sendiri dan juga orang-orang di sekitarnya. Dalam ceritanya, korban sadar bahwa ada momen di saat ia merasa kecewa karena orang lain tidak memahaminya. Namun, ia pun menyadari bahwa adakalanya dirinya juga yang menjauh dari suport system-nya.
Ia tidak mau ada orang lain yang mengalami hal yang sama dengan dirinya. Namun, sangat disayangkan korban sendiri akhirnya memilih untuk mengakhiri hidupnya.
Artikel Terkait: Depresi Kronis atau Distimia, Kenali Gejalanya Sebelum Terlambat
Dampak Surat Wasiat Bunuh Diri Tersebar Menurut Psikolog
Samanta Elsener, M.Psi., Psikolog di bidang anak dan keluarga, berpendapat bahwa surat wasiat bunuh diri seseorang yang tersebar sebenarnya dapat memiliki dampak negatif bagi pembaca. Ia berpendapat bahwa hal tersebut dapat menjadi trigger atau pemicu negatif bagi pembaca yang rentan melakukan hal serupa.
“Trigger tersebut dapat memicu munculnya secondary trauma, yaitu trauma yang didapat dari cerita kisah orang lain tapi seolah-olah seperti pembaca yang mengalami kejadian itu secara langsung,” ungkap Samanta saat dihubungi oleh theAsianparent.
Hal tersebut bisa jadi memunculkan ide negatif, mengingat bunuh diri ini sifatnya menular, dikhawatirkan justru menjadi contoh atau ajakan tak disadari pada orang lain untuk melakukan tindakan serupa.
Peran Orang Tua Saat Anak Terpapar Pemberitaan Kejadian Bunuh Diri
Samanta Elsener pun kembali menjelaskan, sikap orang tua saat anaknya membaca surat bunuh diri di media sosial, hal yang tepat dilakukan orang tua adalah memberikan perhatian dan kasih sayang yang tulus ke anak. Orang tua diharapkan lebih banyak meluangkan waktu untuk beraktivitas bersama anak dan bangun koneksi yang erat bersama untuk menguatkan mental anak.
Selain itu, kenali juga tanda-tanda stres atau depresi pada anak. Segera bawa anak ke psikolog atau psikiater untuk memperoleh pertolongan yang tepat. Penting bagi orang tua untuk selalu mengamati informasi apa yang dikonsumsi anak, dan mengenal semua teman-teman anak sehingga bisa memantau bagaimana perkembangannya.
“Jadi, hadirlah untuk anak. Dengarkan keluhan anak dan berikan validasi emosi ke dirinya agar ia merasa dipahami oleh tua dan merasa aman,” pesan Samanta untuk para orang tua.
Pertimbangkan Hal Ini Sebelum Sebarkan Kejadian Bunuh Diri
Karena pemberitaan aksi bunuh diri dapat menimbulkan darmpak negatif, bahkan Pers sekalipun memiliki panduan etika yang ketat saat memberitakan kejadian bunuh diri. Ada baiknya jika masyarakat juga memahami kaidah-kaidah yang sama untuk menghindari dampak negatif dari pemberitaan tersebut.
Kaidah pemberitaan kejadian bunuh diri tersebut setidaknya meliputi hal-hal berikut:
- Sebisa mungkin tidak menyebutkan identitas korban bunuh diri yang membuat korban atau keluarganya mudah dilacak,
- Menghindari menyebutkan lokasi bunuh diri secara gamblang,
- Tidak menyebutkan lokasi tertentu (seperti jembatan, tebing atau gedung tinggi) untuk menghindari dampak peniruan,
- Jangan mengekspos gambar, foto, suara atau video yang dapat memicu pengalaman traumatis terkait,
- Menghindari penyebutan detail modus dari aksi bunuh diri yang meliputi cara, peralatan, jenis obat atau bahan kimia maupun teknik yang dilakukan.
Kaidah di atas bukan berarti membungkam atau menutup-nutupi kejadian bunuh diri, tapi untuk mencegah penyebaran informasi ceroboh atau vulgar yang dapat dengan mudah terbaca oleh kelompok rentan.
Artikel Terkait: Jangan Abai! Ini Gejala Awal Gangguan Mental pada Remaja yang Perlu Diketahui
Sebarkan Kesadaran Kesehatan Mental
Kejadian bunuh diri erat kaitannya dengan depresi atau gangguan kesehatan mental lainnya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, ada setidaknya 6,1% warga Indonesia yang menderita depresi. Sayangnya, dari jumlah penderita hanya 9% yang menjalani pengobatan dan perawatan medis.
Anda dapat membagikan kesadaran kesehatan mental kepada orang-orang di sekitar. Salah satunya adalah kesadaran untuk menghubungi tenaga profesional seperti psikolog, jika orang sekitar atau bahkan diri sendiri mengalami gangguan kesehatan mental.
Layanan Profesional Kesehatan Jiwa dan Hotline Pencegahan Bunuh Diri
Banyak dari netizen yang memberikan komentar atau cuitan pada thread surat pemuda bunuh diri dengan simpati. Bahkan banyak juga yang membagikan pengalaman pribadinya.
Sebagian menyatakan bahwa memang sulit untuk mencari pertolongan saat mengalami gangguan kesehatan mental, karena bahkan orang terdekat pun sulit memahami apa yang mereka rasakan. Namun, mencari pertolongan adalah langkah yang penting untuk mulai menyelesaikan masalah kesehatan mental yang dialami.
Jika diri Anda atau kenalan membutuhkan bantuan terkait kesehatan mental, jangan ragu untuk menghubungi Puskesmas, Rumah Sakit, atau Biro Psikologi yang menyediakan layanan profesional kesehatan jiwa.
Baru-baru ini, juga hadir komunitas psikolog yang concern terhadap isu bunuh diri dan kesehatan jiwa, mereka membuka Hotline LISA 24 jam yang dapat dihubungi pada nomor 08113855472 (Bahasa Indonesia) dan 08113815472 (Bahasa Inggris).
Demikianlah hal-hal yang harus Anda ketahui dari surat pemuda bunuh diri di Yogyakarta. Semoga kejadian ini tak terulang kembali ya, Parents.
***
Baca Juga:
5 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri untuk Sembuhkan Luka Hati, Coba Yuk!
Kisah Nyata Perjuangan Seorang Ibu Melawan Depresi Saat Hamil
Mengenal Mental Health Gym & Manfaatnya untuk Psikologis
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.