Sempat menurun, Kementerian Kesehatan mengonfirmasi adanya varian terbaru Omicron. Setelah Orthrus atau CH.1.1, kini subvarian Arcturus terdeteksi di Indonesia.
Subvarian Arcturus Ditemukan di India
Arcturus paling banyak terdeteksi di India, kemudian disusul Amerika Serikat. Varian ini disebut lebih mudah menular dari varian sebelumnya. Subvarian ini diperkirakan menjadi penyebab lonjakan kasus di India.
Adapun saat ini, sudah ada dua kasus Arcturus yang ditemukan di Indonesia. Kasus itu ditemukan pada tanggal 23 dan tanggal 27 Maret 2023 oleh dua orang yang berbeda.
“(Hanya) satu (orang) yang pelaku perjalanan luar negeri dari India,” tutur Juru Bicara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Mohammad Syahril melansir Liputan6.
Syahril menyampaikan, gejala yang dialami pasien tidak tergolong berat. Ia pun mengakui subvarian ini memang lebih cepat menular, namun tidak fatal. Dari dua orang yang terkena, satu orang yang berusia 33 tahun harus dirawat di rumah sakit.
“Hanya 1 yang dirawat yang usia 33 tahun. Yang usia 56 tahun tidak dirawat. Dia dirawat di rumah sakit karena ada gejala sekaligus nafsu makan turun sehingga diperlukan infus,” lanjutnya.
Saat ini Kemenkes masih terus melakukan pemeriksaan epidemiologi. Namun ia memastikan, pasien tersebut sudah sehat.
“Saat ini keduanya sudah sehat, hanya (sakit) 5-6 hari saja,” ungkap Nadia.
Sebelumnya diberitakan, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) memperingatkan bahaya COVID-19 subvarian baru Arcturus. XBB.1.16 atau dijuluki “Arcturus” ini sangat mirip dengan “Kraken” XBB.1.5 yang dominan di AS. “Kraken” adalah varian COVID-19 yang paling menular.
Mutasi tambahan pada protein lonjakan virus yang menempel dan menginfeksi sel manusia berpotensi membuat varian tersebut lebih menular dan bahkan menyebabkan penyakit yang lebih parah. Inilah sebabnya, XBB.1.16 dianggap salah satu varian yang harus diperhatikan.
Artikel terkait: Varian Omicron BA.2.75 atau Centaurus Masuk Indonesia, Simak Fakta-Faktanya
Gejala Tidak Jauh Berbeda
Selain India, varian Arcturus ini juga telah dilaporkan menjangkiti negara lain termasuk AS, Australia, dan Singapura.
Menurut laporan Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Kesejahteraan Keluarga India, jumlah kasus baru COVID-19 di negaranya mencapai 5.880 dan diduga didominasi oleh subvarian Arcturus.
Sebuah studi yang dilakukan oleh ilmuwan di Universitas Tokyo menemukan bahwa COVID-19 Arcturus 1,2 kali lebih menular daripada strain Kraken yang sebelumnya juga menjadi sorotan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Mereka memperingatkan, subvarian Arcturus akan menyebar ke seluruh dunia dalam waktu dekat.
Hingga saat ini, berikut gejala COVID-19 Arcturus yang dirasakan di negara lain:
- Demam dan menggigil
- Batuk
- Hidung tersumbat atau pilek
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Sakit tenggorokan
Sebagai langkah preventif kini dua negara bagian India, yakni bagian utara Haryana dan bagian selatan Kerala memberlakukan kembali anjuran pemakaian masker di tempat umum karena kasus mencapai jumlah mingguan tertinggi dalam kurun waktu tujuh bulan, menurut The Telegraph melaporkan pada hari Rabu.
Artikel terkait: 3 Subvarian Omicron Ditemukan di Australia, Waspada!
Pemerintah Imbau Mayarakat Tidak Panik
Ahli Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), dr Iwan Ariawan, MSPH mengatakan bahwa masyarakat tidak perlu panik terhadap subvarian baru Arcturus.
“Dari hasil survei serologi yang sudah dilakukan Kemenkes dan FKM UI pada Januari 2023 didapatkan hasil bahwa hampir seluruh masyarakat Indonesia sudah memiliki antibodi terhadap COVID-19 baik dari infeksi maupun vaksinasi,” ujar Iwan melansir laman Merdeka.
Iwan menjelaskan, Arcturus atau XBB 1.16 ini merupakan subvarian baru dari Omicron yang penularannya cepat namun gejala yang ditimbulkan cenderung ringan dibandingkan varian sebelumnya seperti Delta.
Jika seseorang melengkapi vaksinnya sampai booster kedua, maka antibodi tubuhnya menjadi lebih kuat dan risiko kematian menjadi lebih rendah.
Selain vaksin, pencegahan terbaik lainnya adalah tetap menerapkan protokol kesehatan dan memperhatikan tempat yang risiko penularannya tinggi dan siapa saja yang berisiko sakit berat.
“Karena penularannya melalui droplet atau percikan air liur, sangat dianjurkan untuk menggunakan masker di transportasi umum atau tempat ramai lainnya yang memiliki risiko penularan yang tinggi. Hal ini berlaku baik Arcturus atupun varian lainnya,” jelas Iwan.
Dengan ditemukannya subvarian Arcturus di Indonesia, jangan lupa untuk selalu menerapkan protokol kesehatan ya.
Baca juga:
Varian Baru Omicron BA.4 dan BA.5 Dideteksi Telah Masuk Indonesia, Ini Fakta-Faktanya
Varian Omicron Baru Bisa Tembus Antibodi, Perlukah Vaksin Booster Kedua?
Setelah Omicron XE, Ditemukan Lagi Varian COVID-19 XJ di Thailand