Sub varian baru omicron BA.4 dan BA.5 telah terdeteksi di Indonesia. Kementerian Kesehatan dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengonfirmasi berita masuknya varian baru virus Covid-19 ini ke Indonesia.
Kemenkes sedang memantau dua temuan subvarian Omicron tersebut untuk mengetahui dampak terhadap vaksinasi dan daya penularannya.
Berikut beberapa fakta tentang varian baru omicron BA4 dan BA5 yang sebaiknya kita pahami.
Artikel terkait: Penyintas COVID-19, Ini Aturan Terbaru Vaksinasi yang Perlu Diketahui
Varian Baru Omicron B4 dan B5 Terdeteksi Masuk Indonesia
Menkes Budi Gunadi Sadikin menjelaskan varian baru covid-19 ini berhasil terdeteksi melalui uji penelitian pada hari Kamis malam, 9 Juni 2022. Namun kejadian penularannya berawal di akhir Mei 2022.
“Varian baru (BA.4 dan BA.5) ada di kita, teridentifikasi tadi malam (Kamis tanggal 9 Juni) tapi itu kejadiannya akhir bulan Mei,” kata Budi Gunadi Sadikin dikutip Kompas.
Varian Baru Covid-19 Omicron BA4 dan BA5 Teridentifikasi Pertama di Bali
Menkes mengatakan, telah ada empat kasus Covid 19 dengan varian BA 4 dan BA5. Keempat kasus tersebut teridentifikasidi Bali. Mereka merupakan pelaku perjalanan luar negeri delegasi pertemuan the Global Platform for Disaster Risk Reduction di Bali pada 23 sampai 28 Mei.
Kasus Omicron Varian Baru Sudah Vaksinasi Booster
Sebagaimana dilaporkan laman resmi Kemenkes, terdapat 4 kasus subvarian baru BA.4 dan BA.5 pertama yang dilaporkan di Indonesia pada 6 Juni 2022.
Empat kasus itu terdiri dari 1 orang positif BA.4 seorang WNI dengan kondisi klinis tidak bergejala serta vaksinasi sudah dua kali. Sisanya 3 orang kasus positif BA.5 yang merupakan pelaku perjalanan luar negeri delegasi pertemuan the Global Platform for Disaster Risk Reduction di Bali.
Kondisi klinis tiga orang itu antara lain dua orang tidak bergejala dan satu orang gejala ringan dengan sakit tenggorokan dan badan pegal. Mereka rata-rata sudah vaksin Booster bahkan sampai ada yang 4 kali divaksin COVID-19.
Penyebaran Varian Baru Omicron BA4 dan BA5 Dimungkinkan Lebih Cepat
Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH mengatakan di tingkat global secara epidemiologi subvarian BA.4 sudah dilaporkan sebanyak 6.903 sekuens melalui GISAID. Laporan tersebut berasal dari 58 negara dan ada 5 negara dengan laporan BA.4 terbanyak, antara lain Afrika Selatan, Amerika Serikat, Britania Raya, Denmark, dan Israel.
Sedangkan, BA.5 sudah dilaporkan sebanyak 8.687 sekuens dari 63 negara. Ada 5 negara dengan laporan sekuens terbanyak yaitu Amerika, Portugal, Jerman, Inggris, dan Afrika Selatan.
“Dari laporan itu disampaikan bahwa transmisi BA.4 maupun BA.5 memiliki kemungkinan menyebar lebih cepat dibandingkan subvarian omicron BA.1 dan BA.2. Kemudian tingkat keparahan dari BA.4 dan BA.5 disampaikan tidak ada indikasi menyebabkan kesakitan lebih parah dibandingkan varian omicron lainnya,” kata dr. Syahril pada konferensi pers secara virtual di gedung Kemenkes, Jakarta, Jumat (10/6/2022).
Negara yang Mengalami Kenaikan Kasus Covid Varian Baru Terbanyak
Ada 3 negara yakni Afrika Selatan, Portugal, dan Chili, yang kenaikan kasus COVID-19 dikaitkan dengan meningkatnya kasus BA.4 dan BA.5. Sementara di Indonesia kasus adanya BA.4 dan BA.5 dimulai di awal Juni 2022.
Masih dilansir dari sumber Kemenkes, Dokter Syahril mengatakan, yang perlu diwaspadai yaitu immune escape, artinya imunitas seseorang memiliki kemungkinan lolos dari perlindungan kekebalan yang disebabkan oleh infeksi varian omicron. Ada puluhan kasus BA.4 dan BA.5 yang telah dilaporkan ke database GISAID global, menurut WHO.
Badan Keamanan Kesehatan Inggris mengatakan pekan lalu BA.4 telah ditemukan di Afrika Selatan, Denmark, Botswana, Skotlandia, dan Inggris dari 10 Januari hingga 30 Maret.
Artikel terkait: Covid Nails Tanda Infeksi Virus Corona pada Kuku, Ini Cirinya
Penjelasan WHO tentang Varian Baru Omicron BA.4 & BA.5
Sumber: Pexels
Organisasi kesehatan WHO menjelaskan kedua varian baru omicron yakni BA.4 dan BA.5 merupakan ‘varian saudara’ dari varian BA.1 Omicron asli, dan saat ini sedang dilakukan pemantauan.
Sejauh ini, WHO menjelaskan, pelacakan terhadap varian BA.1 dan BA.2 sekarang adalah yang paling dominan dilakukan secara global.
“Pelacakan dimulai karena mutasi tambahan yang perlu dipelajari lebih lanjut untuk memahami dampaknya pada potensi kekebalan virus,” kata WHO.
Lebih lanjut, WHO juga mengatakan tengah mendeteksi penyebaran varian baru omicron BA.4 dan BA.5. WHO melacak beberapa lusin kasus dari dua sub-varian baru dari jenis virus corona Omicron yang sangat menular untuk menilai apakah mereka lebih menular atau berbahaya.
Virus bermutasi sepanjang waktu tetapi hanya beberapa mutasi yang memengaruhi kkemampuan melawan kekebalan yang dientuk dari vaksinasi, dan tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya rendah. Misalnya, BA.2 sekarang mewakili hampir 94% dari semua kasus berurutan dan lebih menular daripada saudara kandung BA.4 atau BA.5.
Penelitian sejauh ini menunjukkan varian baru omicron BA4 dan BA5 tidak menyebabkan penyakit yang parah.
Kementerian kesehatan Botswana mengatakan telah mengidentifikasi empat kasus BA.4 dan BA.5 yang terjadi pada orang berusia 30 hingga 50 tahun yang telah divaksinasi lengkap. Berdasarkan laporan mereka, gejala yang pasien rasakan hanya mengalami infeksi ringan.
Meskipun peningkatan persentase genom, BA.4 dan BA.5 belum menyebabkan lonjakan infeksi di Afrika Selatan, namun diharapkan ada evolusi lebih lanjut dari varian Omicron. Subvarian tersebut diketahui memiliki tingkat kesakitan rendah pada pasien yang terkonfirmasi positif.
Artikel terkait: 4 Negara Ini Sudah Lakukan Vaksinasi COVID-19 untuk Anak di Bawah 12 Tahun
Menkes Imbau Masyarakat Tidak Perlu Panik
Terkait kabar ini, Menkes juga mengimbau masyarakat tidak perlu panik atas keberadaan varian baru tersebut.
“Sebaiknya tidak usah panik karena (Subvarian BA.4 dan BA.5) pasti masuk ke kita. Di Singapura sudah masuk, tapi kita tetap pertama booster itu harus, kedua, di ruangan padat, masker pakai,” kata Menkes, dikutip Kompas TV.
Terkait percepatan penularan subvarian tersebut, Budi mengatakan, tingkat imunitas masyarakat Indonesia masih cukup tinggi untuk terlindungi dari penularan virus.
Ada Peningkatan Kasus Covid Usai Lebaran Sebab Masuknya Varian Baru Omicron
Sumber: Pexels
Menurut keterangan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Abraham Wirotomo kasus COVID-19 harian kembali meningkat dalam satu bulan usai Lebaran 2022.
Mengutip data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), terjadi peningkatan kasus harian seperti pada 9 Juni 2022, yang mencatatkan penambahan hingga 556 kasus. Kenaikan kasus tersebut diakibatkan varian baru yang sudah masuk ke Indonesia. yakni Omicron BA.4 dan BA.5.
Pemerintah Cek Ketersediaan RS dan Obat Antisipasi Omicron BA.4-BA.5
Meski terjadi peningkatan kasus, menurut dia, tingkat penularan COVID-19 di Indonesia masih terkendali karena acuan dari “positivity rate” dan tingkat transmisi kasus rendah.
Masyarakat diimbau untuk tetap menjaga protokol kesehatan dan segera memperoleh vaksin booster atau vaksin dosis ketiga.
“Kenaikan angka kasus kita lihat sebagai ‘warning’. Kalau kita mau menjaga Indonesia tetap ‘on track’ menuju endemi maka kita jangan abai protokol kesehatan dan jangan menolak vaksin booster,” kata Abraham Wirotomo.
Terkait kasus varian baru Covid-19 yang telah mulai masuk Indonesia ini, pemerintah terus memeriksa secara cermat kapasitas rumah sakit, ketersediaan obat dan oksigen untuk mengantisipasi potensi persebaran COVID-19 sub-varian Omicron BA.4 dan BA.5.
Demikian kabar tentang varian baru Omicron Ba4 dan BA5 yang sebaiknya kita antisipasi. Tetap jaga protokol kesehatan dan jangan lupa untuk vaksin booster, Parents!
***
Baca Juga:
3 Subvarian Omicron Ditemukan di Australia, Waspada!
Kasus COVID-19 Naik dalam Tiga Pekan, Didominasi dari Beberapa Provinsi di Pulau Jawa
Waspada Gejala Long Covid Syndrome, Istilah Resmi WHO untuk Kondisi Long Covid
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.