Stres setelah keguguran maupun stillbirth menjadi salah satu penyebab gangguan mental yang menyerang banyak perempuan. Apalagi, faktanya ada sekitar 2,6 juta bayi lahir mati setiap tahun.
Dengan jumlah kasus kematian bayi yang begitu banyak, isu kesehatan mental setelah keguguran justru menjadi topik tabu yang jarang diperhatikan. Padahal, pasangan suami istri yang baru saja kehilangan buah hati mereka sangat membutuhkan dukungan dan bantuan mental untuk bisa bangkit kembali.
Jadi, bagaimana cara merawat kesehatan mental setelah kehilangan buah hati karena keguguran dan stillbirth? Simak di sini, ya, Parents.
Pelajari Tentang Akar Penyebab terjadinya Keguguran dan Stillbirth
Perawatan pertama untuk mengelola kesehatan mental orangtua yang baru mengalami keguguran maupun stillbirth adalah dengan memahami akar penyebabnya.
Seperti yang dilansir dari laman World Health Organization, definisi yang direkomendasikan oleh WHO untuk menyebut kondisi kehilangan janin adalah ketika bayi lahir tanpa tanda kehidupan di usia kehamilan 28 minggu atau lebih. Sesuai masa kehamilan, klasifikasi kondisi stillbirth adalah sebagai berikut ini:
- 20 hingga 27 minggu: Kondisi stillbirth awal
- 28 hingga 36 minggu: Kondisi stillbirth akhir
- Setelah 37 minggu: Stillbirth
Walaupun lahir mati dan kegugutan bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit ibu hamil dan komplikasi selama kehamilan. Namun, penting untuk tetap mengidentifikasi akar penyebabnya untuk merencanakan langkah selanjutnya.
Oleh karena itu, dokter selalu merekomendasikan pemeriksaan berkala pada ibu hamil dan melakukan scan kehamilan. Berikut ini adalah beberapa penyebab utama stillbirth maupun keguguran:
-
Komplikasi Kehamilan dan Persalinan
Termasuk persalinan prematur, bayi terlambat lahir dengan kehamilan yang berlangsung lebih dari 42 minggu, mengandung anak kembar, kecelakaan atau cedera selama kehamilan.
Plasenta berfungsi untuk menyalurkan nutrisi, oksigen, dan darah ke bayi. Jika tugas plasenta menjadi terganggu karena masalah aliran darah, peradangan, atau bahkan infeksi, dampaknya dapat menyebabkan keguguran.
Menurut National Institute of Child Health and Human Development, sekitar 1 dari setiap 10 bayi lahir mati disebabkan oleh cacat lahir. Ini termasuk cacat struktural, ketidakcocokan Rh, kondisi genetik, atau hambatan pertumbuhan janin.
Baik itu di tubuh ibu atau bayi, infeksi seperti cytomegalovirus (CMV), fifth disease, sifilis, listeriosis , herpes genital, atau toksoplasmosis dapat menyebabkan keguguran.
Biasanya, infeksi lebih sering terjadi pada bayi lahir mati yang terjadi sebelum minggu ke-24 kehamilan.
-
Masalah dengan Tali Pusat
Tali pusat berfungsi menghubungkan bayi ke ibu melalui plasenta. Jika terjadi infeksi atau peradangan di dalamnya dapat menyebabkan keguguran.
Kesehatan ibu yang buruk juga bisa menjadi salah satu penyebab keguguran, baik kondisi medis seperti preeklamsia, tekanan darah tinggi kronis, tiroid, maupun obesitas dan diabetes.
Sayangnya, Bunda mungkin tidak menyadari gejala-gejala ini sejak dini, kecuali telah menjalani pemeriksaan medis yang tepat. Biasanya ketika mengalami perubahan fisik seperti perdarahan, mengalami nyeri vagina, atau kram, barulah Bunda menyadari bahwa terjadi sesuatu yang buruk dengan buah hati di dalam kandungan.
Apa Yang Terjadi pada Tubuh setelah Mengalami Keguguran maupun Stillbirth?
Secara fisik, tubuh Bunda mungkin membutuhkan waktu antara dua hingga empat bulan untuk pulih. Ini tergantung pada kesehatan dan akar penyebab keguguran dan stillbirth tersebut.
Contohnya, jika keguguran, kemungkinan besar janin akan keluar secara otomatis dari tubuh Anda. Atau sebagai alternatif, dalam beberapa kasus, sisa jaringan kehamilan diangkat melalui pembedahan.
Dalam kasus lahir mati, jika bayi meninggal sebelum persalinan, Bunda mungkin diberi obat untuk menginduksi persalinan. Ini adalah pilihan yang lebih aman dibandingkan dengan operasi caesar.
Akan tetapi, jika masih ada waktu hingga tanggal jatuh tempo, Bunda mungkin disarankan untuk istirahat beberapa hari, sementara obat mempersiapkan tubuh (umumnya sekitar 48 jam) untuk persalinan.
Bagaimana Mengelola Pikiran dan Tubuh setelah Kehilangan Buah Hati karena Stillbirth ?
Setelah kehilangan buah hati, suasana hati Parents mungkin akan terasa begitu kacau dalam sekejap. Perasaan sakit hati, marah dan bersalah mucul secara bertubi-tubi karena merasa tidak bisa mencegah kejadian ini. Stres setelah keguguran adalah kejadian yang lumrah menimpa banyak orangtua
Berikut ini beberapa hal yang mungkin berguna untuk membantu Parents melewati proses berduka.
1. It’s Okay to Not be Okay
Parents pasti merasa amat terpukul dengan kepergian buah hati yang begitu mendadak. Mungkin di rumah, ruang kamarnya sudah tersedia beragam pakaian mungil dan boks bayinya yang cantik.
Rasa berduka dan stres setelah keguguran itu wajar dan sangat manusiawi. Daripada berusaha merasa baik-baik saja, lebih baik akui pada diri sendiri juga pada orang lain bahwa peristiwa ini memang sangat menghancurkan hati. It’s okay to not be okay, Parents.
2. Bekerja untuk Mengelola Rasa Bersalah
Saat kehilangan buah hati, pastilah terbesit rasa bersalah yang menyiksa pikiran dan jiwa. Kata-kata pengandaian seperti “Seandainya, aku menyadarinya lebih awal” dan kata ‘seandainya’ yang lain mungkin akan merongrong pikiran Parents selama beberapa waktu.
Memang sulit untuk menghilangkan perasaan bersalah seperti ini. Ketika realitanya tak ada satupun yang dapat dilakukan untuk bisa mengulangi waktu.
Akan tetapi, mengetahui penyebab dari kejadian yang merenggut buah hati akan sangat membantu Parents memahami situasinya. Konsultasikan kesehatan Bunda kepada dokter dan tanyakan kiat apa yang dapat dilakukan agar kejadian ini tidak terulang.
3. Pikirkan tentang Pasangan
Saat berduka, mungkin Parents akan saling melupakan satu sama lain. Terkadang, laki-laki dan perempuan mengungkapkan kesedihan dengan cara yang berbeda.
Pada titik ini, mengingat pasangan justru menjadi sangat penting. Bersabarlah dan bagikan perasaan satu sama lain. Cobalah menjadi pendengar yang baik dan saling menghormati proses berduka.
4. Menyimpan Buah Hati di dalam Memori
Memberi nama pada buah hati yang sudah tiada bisa menjadi cara untuk mengingat dan menghormatinya. Orang-orang di sekitar Parents juga bisa merasa lebih nyaman untuk berduka jika si jabang bayi sudah memiliki nama.
Pilihlah satu nama yang Parents sukai. Dalam beberapa kasus, bahkan ada pasangan yang mengatur pemakaman untuk bayi mereka.
5. Bersiaplah untuk Kembali ke Rumah
Kembali ke rumah lalu melihat semua peralatan bayi yang tak terpakai pastilah akan membuat hati menjadi lebih hampa. Namun, hidup harus terus berlanjut. Simpan kembali barang-barang bayi yang mungkin sudah Parents persiapkan.
Jika perlu, Parents juga bisa memberi tahu teman dan saudara untuk tidak mengungkit apapun yang akan mengingatkan pada bayi. Jika merasa sebaliknya, beri tahu mereka juga agar lingkungan sosial tahu bagaimana akan bersikap yang sesuai dengan keinginan Parents.
6. Waspadai Tanda-tanda Depresi
Sama seperti kelahiran normal yang terkadang datang dengan baby blues, keguguran pun akan membawa sejumlah dampak emosional, dengan intensitas yang lebih besar tentunya. Itulah mengapa sangat penting untuk memahami perbedaan antara kesedihan dan depresi .
Jika Bunda terus-menerus menarik diri, kehilangan nafsu makan, dan bahkan mengalami kecenderungan untuk bunuh diri, ini adalah tanda-tanda depresi. Mungkin, Bunda perlu segera mencari nasihat dan bantuan. Jangan segan untuk berkonsultasi kepada dokter dan pihak medis jika memang diperlukan.
7. Jaga Kesehatan Fisik
Selain berusaha untuk menjaga kestabilan mental yang terguncang setelah peristiwa keguguran ini, penting untuk memastikan fisik Parents tetap dalam keadaan prima.
Kesehatan yang baik melalui diet yang seimbang, dan tubuh yang cukup dehidrasi dapat membantu Bunda pulih lebih cepat dan juga menjaga hormon tetap terkendali.
8. Rencanakan Kehamilan di Masa Depan
Akhirnya, Parents mungkin memutuskan apakah perlu untuk mencoba hamil lagi atau tidak. Pilihan ini tentu saja sangat pribadi. Jika memutuskan untuk melanjutkan dan mencoba lagi, itu harus sesuai dengan keinginan berdua.
Bicaralah dengan dokter untuk memastikan kesiapan Bunda secara fisik dan emosional jika mengambil rencana ini. Terus jaga kesehatan dan habiskan waktu berdua dengan pasangan, sehingga Parents tetap berada di jalur yang sama.
Hal yang terpenting, ketahuilah bahwa pemulihan emosional dari keguguran bisa jadi sulit dan membutuhkan banyak waktu. Namun, dengan dukungan dari keluarga dan teman, serta nasihat dari para profesional, Parents dapat bangkit dan melanjutkan hidup.
Stres setelah keguguran menjadi salah satu pukulan telak terhadap mental orangtua. Rasa kesedihan itu adalah sebuah kewajaran. Tak apa bersedih dan menutup diri selama beberapa waktu, tetapi setelah itu bangkitlah kembali dan bersiap menjalani kehidupan lagi.
Artikel ini melansir dari Deepshikha Punj theAsianparent Singapore
Baca Juga:
5 Jenis Gangguan Kesehatan Mental saat Hamil yang Membahayakan Ibu dan Janin
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.