X
theAsianparent Indonesia Logo
theAsianparent Indonesia Logo
kemendikbud logo
Panduan ProdukMasuk
  • Kehamilan
    • Kalkulator perkiraan kelahiran
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
    • Kehilangan bayi
    • Project Sidekicks
  • Artikel Premium
  • Breastfeeding Week 2023
  • Cari nama bayi
  • Perawatan Ibu dan Bayi
  • Kulit Bayi
  • Rangkaian Edukasi
    • Pengasuhan Anak
    • Edukasi Prasekolah
    • Edukasi Sekolah Dasar
    • Edukasi Remaja
  • TAPpedia
  • TAP Rekomendasi
  • Anak
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Anak
    • Praremaja & Remaja
  • Parenting
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Seks
    • Berita Terkini
  • Kesehatan
    • COVID-19
    • Info Sehat
    • Penyakit
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Korea Update
    • Hiburan
    • Travel
    • Fashion
    • Kebudayaan
    • Kecantikan
    • Keuangan
    • Marvelous Asian Mums Special 2021
  • Nutrisi
    • Resep
    • Makanan & Minuman
    • Sarapan Bergizi
  • Videos
    • Kata Pakar Parenting
    • Plesiran Ramah Anak
    • Pilihan Parents
    • Kisah Keluarga
    • Kesehatan
    • Kehamilan
    • Event
    • Tumbuh Kembang
  • Belanja
  • Ayah manTAP!
    • Kesehatan Ayah
    • Kehidupan Ayah
    • Aktivitas Ayah
    • Hobi
  • VIP
  • Awards
    • TAP x Tokopedia Awards 2023

Ibu ini menghina anak autis lewat status Facebook, pantaskah kita bully?

Bacaan 6 menit
Ibu ini menghina anak autis lewat status Facebook, pantaskah kita bully?

Ketika seorang ibu membuat kesalahan membuat status di Facebook dengan menghina anak autis, pantaskah kita sesama ibu membully-nya?

Ketika seorang ibu membuat kesalahan membuat status menghina di Facebook tentang anak autis, pantaskah kita sesama ibu justru membully-nya?

Beberapa hari lalu, jagad social media sempat ramai lantaran seorang ibu berinisial DW membuat status menghina di Facebook mengenai anak autis. Curhatannya dianggap kejam, dan tidak menggunakan hati karena dinilai merendahkan seorang anak yang memiliki kebutuhan khusus.

Status menghina di Facebook tentang anak autis

Sontak saja hal ini memancing emosi para warganet, khususnya para orangtua. DW menilai anak autis terlalu ‘berisik’ dan sangat menggangu.

Berikut kutipan status yang dituliskan laman Facebook miliknya:

"Masih terbayang dikira itu org 1 pesawat sama kita, alhamdulillah ternyata ngga… Karna klo 1 pesawat pasti terganggu banget penumpang yang lainnya jg (terutama dgn anak sy)!!. #Nauzubillahminzaliq
#AanakidiyotBerisikGaJelas
#AnakAutisBikinSakitKepala
#NGOCEH2GAJELAS!! *AstaghfirullahHalAdzim (Khilaf)," tulisnya.

Kutipan status DW yang dikutip dari laman Tribun News jelas mengudang banyak respon, khususnya respon yang tidak kalah ‘menyeramkan’ karena berisi kalimat makian. Pertanyaannya, pantaskah status seorang ibu yang kita anggap begitu kasar dibalas dengan hal yang serupa?

Rasanya tidak. Kadangkala Parents lupa, selalu berusaha mengajarkan anak-anaknya untuk bisa berempati, namun tanpa disadari, diri sendiri belum mampu melakukannya. Bukankah Parents merupakan role model anak?

Walau banyak yang memberikan respon dengan kalimat negatif dalam status DW, Grace Melia, pendiri Rumah Rubella yang memiliki anak berkebutuhan ini justru memberikan pandangan berbeda. Parents perlu tahu cara Grace Melia merespon saat ada ibu membuat status menghina di Facebook tentang anak autis.

Bagaimana merespon saat ada Ibu yang membuat kesalahan membuat status menghina di Facebook ?

Berikut komentar Grace Melia, seorang ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus tentang cara merespon dan memberikan komentar yang tepat saat seseorang salah membuat status menghina di Facebook .

Sedang ramai status ibu DW yang mengatakan anak autisme/ABK itu berisik bikin sakit kepala. Banyak banget yang colek aku, mengajak aku memviralkan agar ybs kapok. Aku cek statusnya karena banyak yang kirim screenshot-nya. Oke, langsung gemes. Hape kutaroh, terus aku makan tempe gembus --> oke ini tidak penting. Setelah kenyang dan 'lupa' sama gemes keselnya, aku buka lagi statusnya dan aku baca lagi. Ternyata jadi nggak sekesel sebelumnya. Ibu yang nggak punya anak berkebutuhan khusus, (buatku) wajar kalau ngerasa ABK itu berisik. Aku loh yang punya anak berkebutuhan khusus (anakku sendiri - Ubii, 5 tahun 7 bulan) kalau Ubii lagi tantrum teriak-teriak padahal di rumah nggak 'mengganggu' orang lain, pun ngerasa Ubii berisik. Kadang sampai pening sendiri, terutama kalau aku lagi capek udah seharian berkegiatan. Padahal anak sendiri. Aiden (adiknya Ubii, 2 tahun 4 bulan) kalau lagi nanya teruusss padahal udah dijawab tapi tetep nanya, aku kadang juga ngerasa dia berisik, kalau aku pas lagi capek-capeknya / aku lagi ada masalah.

Ada kah yang sama sekali tidak pernah membatin anaknya berisik saat sedang capek atau saat sedang menghadapi problem hidup? Kalau ada, hebat, aku salut.

Aku nggak membenarkan status ibu DW. Buatku, statusnya bikin sedih. Apalagi aku sendiri punya ABK. Jadi sedih bayangin Ubii yang masih belum bisa kontrol syaraf, otot, perilaku, dll nya sehingga dia mengungkapkan keinginannya dengan 'berisik' - suer sedih. Tapi aku nggak ngeliat sih urgensi nya kenapa aku harus 'bertindak' terhadap ibu DW. Toh pihak keluarga sudah memohon maaf. Banyak yang protes kenapa bukan Ibu DW nya sendiri yang minta maaf, kenapa malah tutup akun. Yaa, ini serba salah sih. Kasus begini, kalau ybs-nya langsung minta maaf, dikomen 'cepet amat nyadarnya, beneran nggak udah sadar?' atau 'kok kayak nggak tulus' There will always be judgments. Suami Ibu DW membuat permohonan maaf di group RRR (Rumah Ramah Rubella). Ternyata banyak yang kasih komentar (buatku) kejam. "ayo gerudug rumahnya, alamatnya di blablabla" (lalu kasih map - sudah kuhapus) "semoga kamu merasakan punya ABK" "si peak ini sombong banget blablabla" "si goblok blablabla" Buatku, status Ibu DW kurang baik, YA. Buatku, ketika ada yang salah & khilaf, kita wajib mengingatkan, YA.

TAPI, ada adab dalam mengingatkan. Dan mengingatkan itu beda dengan mempermalukan dan mengutuk.

Berkata beliau tidak bisa menjaga lisan, tapi kita pun mengetikkan komen-komen seperti itu, lantas apa bedanya? "biar kapok dsb" Sekarang beliau viral di-bully sampai tutup akun. Apa itu belum cukup mendefinisikan tujuan biar kapok? Harus gimana lagi dong? Gusti yang punya dunia dan seisinya aja Maha Pengampun. Kita cuma rengginang di kaleng Khong Guan kok nggak mau memaafkan.

"Apa lantas kita tidak boleh marah dan tersinggung atas status Ibu DW yang membuat status di Facebook yang menghina anak autis?"

BOLEH! Manusiawi lah kalau kita marah dan kecewa, apalagi bagi kita yang punya ABK. Kita toh bukan malaikat yang berhati emas senantiasa. Tapi dengan kemarahan membabibuta, mendoakan yang buruk untuk ybs, mengata-ngatai ybs dengan kata kasar, berencana menggerudug rumahnya, I guess that's too much. Untungnya apa untuk kita? Buang-buang waktu dan energi, iya. Dapet manfaat positif, nggak sama sekali. Kayaknya lebih bermanfaat yah kalau kita channel kemarahan kita biar outputnya lebih baik. - Bagi yang punya ABK --> reminder untuk kita supaya kita lebih sabar menghadapi ABK kita, lebih ikhlas, lebih berperan aktif dalam mengedukasi masyarakat mengenai ABK / kondisi yang dialami ABK kita. - Bagi yang tidak punya ABK --> reminder untuk mengajarkan pada anak-anaknya kelak agar berempati dan tidak membully teman-temannya yang punya kebutuhan khusus. status menghina di facebook Memiliki anak berkebutuhan khusus sering kali disebut sebagai ladang pahala, ladang iman dan kesabaran.

Di saat-saat seperti inilah ketika kita terusik karena orang lain membully ABK, waktu yang pas untuk mengeluarkan tabungan keikhlasan yang kita punya.

Ikhlas punya ABK itu luas. Bukan hanya saat harus mengantar anak terapi dan berobat. Bukan hanya saat menghadapi perilaku mereka yang sulit. Bukan hanya saat kita kebingungan mencari sekolah yang bisa menerima anak-anak istimewa kita. Tapi juga di saat seperti ini, saat menghadapi ada orang-orang yang mencibir ABK. Memang nggak gampang. Makanya, jauhkan sosmed ketika kita marah. Ngemil dulu, cuci muka dulu, ngopi dulu, cabut bulu ketek dulu, Istigfar dulu, etc. Jadi ketika kita buka lagi statusnya, kita bisa mengingatkan dengan adab yang baik. Buatku, ini adalah motivasi untuk terus memberi edukasi tentang anak berkebutuhan khusus. Mari, terus edukasi. Masyarakat awam tidak akan paham tentang ABK kalau nggak dikasih informasi. Mari rangkul mereka masyarakat awam untuk berempati pada ABK karena mereka betul sudah mengerti, bukan hanya karena mereka takut dengan kemarahan/ketidakterimaan kita sebagai orangtua ABK. Perjalanan masih panjang. Let's move on. Opini pribadi, tidak mewakili komunitas Love, Grace Melia Ibu dari seorang putri berkebutuhan khusus dengan ketulian, cerebral palsy, retardasi mental, dan global developmental delay.

Parents setuju dengan pandangan Grace Melia? Bagaimana cara yang tepat merespon jika ada seseorang yang membuat kesalahan membuat status di Facebook?

Seperti yang dikatakan oleh Vera Itabiliana Hadiwidjojo, psikolog anak dan remaja, “Share the news, but don’t let ourself be the bully. Watch your comments,”.

Baca juga: Empati Menjadikan Anak Sukses Di Masa Depan

Lagi pula, DW pun sudah megajukan permohonan maafnya di laman Facebook-nya.

status menghina di facebook

Mengutip yang ditulis Grace Melia, kalau Gusti yang punya dunia dan seisinya saja Maha Pengampun, masa kita cuma rengginang di kaleng Khong Guan kok nggak mau memaafkan?

 

Baca juga:

id.theasianparent.com/empati-sesama-ibu/

Cerita mitra kami
'Kemerdekaan' Ibu Dukung Anak Tumbuh Jadi Generasi Terbaik
'Kemerdekaan' Ibu Dukung Anak Tumbuh Jadi Generasi Terbaik
Ibu Tangguh Menjadikan si Kecil Tangguh, Tumbuh Sehat dan Kuat
Ibu Tangguh Menjadikan si Kecil Tangguh, Tumbuh Sehat dan Kuat
5 Cara Sederhana yang Bikin Anak Suka Makanan Rumahan yang Sehat
5 Cara Sederhana yang Bikin Anak Suka Makanan Rumahan yang Sehat
Cegah Ancaman Berbagai Virus, Sudahkah Berikan Perlindungan Ekstra untuk Keluarga?
Cegah Ancaman Berbagai Virus, Sudahkah Berikan Perlindungan Ekstra untuk Keluarga?

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.

img
Penulis

Adisty Titania

  • Halaman Depan
  • /
  • Keluarga
  • /
  • Ibu ini menghina anak autis lewat status Facebook, pantaskah kita bully?
Bagikan:
  • Adakah Remaja Sekitar Anda Jadi Korban Bullying di Medsos? Ini Cara Membantunya Bangkit

    Adakah Remaja Sekitar Anda Jadi Korban Bullying di Medsos? Ini Cara Membantunya Bangkit

  • Orangtua Tangguh untuk Anak Spesial, 10 Artis Ini Punya Anak Pengidap Autis

    Orangtua Tangguh untuk Anak Spesial, 10 Artis Ini Punya Anak Pengidap Autis

  • Bangkitkan Gairah, Ini 12 Film Dewasa Thailand yang Sensual untuk Ditonton Bersama Pasangan

    Bangkitkan Gairah, Ini 12 Film Dewasa Thailand yang Sensual untuk Ditonton Bersama Pasangan

  • Cara Bonding Ala Nikita Willy dengan Sang Anak, Sederhana tapi Bermakna

    Cara Bonding Ala Nikita Willy dengan Sang Anak, Sederhana tapi Bermakna

  • Adakah Remaja Sekitar Anda Jadi Korban Bullying di Medsos? Ini Cara Membantunya Bangkit

    Adakah Remaja Sekitar Anda Jadi Korban Bullying di Medsos? Ini Cara Membantunya Bangkit

  • Orangtua Tangguh untuk Anak Spesial, 10 Artis Ini Punya Anak Pengidap Autis

    Orangtua Tangguh untuk Anak Spesial, 10 Artis Ini Punya Anak Pengidap Autis

  • Bangkitkan Gairah, Ini 12 Film Dewasa Thailand yang Sensual untuk Ditonton Bersama Pasangan

    Bangkitkan Gairah, Ini 12 Film Dewasa Thailand yang Sensual untuk Ditonton Bersama Pasangan

  • Cara Bonding Ala Nikita Willy dengan Sang Anak, Sederhana tapi Bermakna

    Cara Bonding Ala Nikita Willy dengan Sang Anak, Sederhana tapi Bermakna

Daftarkan email Anda sekarang untuk tahu apa kata para ahli di artikel kami!
  • Kehamilan
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
  • Tumbuh Kembang
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Praremaja
    • Usia Sekolah
  • Parenting
    • Pernikahan
    • Berita Terkini
    • Seks
    • Keluarga
  • Kesehatan
    • Penyakit
    • Info Sehat
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Keuangan
    • Travel
    • Fashion
    • Hiburan
    • Kecantikan
    • Kebudayaan
  • Lainnya
    • TAP Komuniti
    • Beriklan Dengan Kami
    • Hubungi Kami
    • Jadilah Kontributor Kami
    • Tag Kesehatan


  • Singapore flag Singapore
  • Thailand flag Thailand
  • Indonesia flag Indonesia
  • Philippines flag Philippines
  • Malaysia flag Malaysia
  • Sri-Lanka flag Sri Lanka
  • India flag India
  • Vietnam flag Vietnam
  • Australia flag Australia
  • Japan flag Japan
  • Nigeria flag Nigeria
  • Kenya flag Kenya
© Copyright theAsianparent 2023. All rights reserved
Tentang Kami|Tim Kami|Kebijakan Privasi|Syarat dan Ketentuan |Peta situs
  • Fitur
  • Artikel
  • Beranda
  • Jajak

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

theAsianparent heart icon
Kami ingin mengirimkan Anda informasi terbaru seputar gaya hidup.