Di era digital dan komunikasi yang sudah sangat maju, pendidikan akademis bukanlah satu-satunya modal utama seorang anak untuk menggapai cita-citanya. Ada banyak keterampilan atau soft skill yang harus dikuasai anak di masa depan agar bisa bersaing dengan anak-anak lainnya.
Lantas, apakah itu soft skill dan bagaimanakah cara menumbuhkan atau meningkatkan soft skill pada anak ini? Cari tahu di sini, yuk, Bunda!
Tingkatkan Soft Skill Anak untuk Dukung Masa Depannya
Perubahan Dunia Anak di Masa Depan
Ada beberapa orang tua yang mungkin berpikir kalau pendidikan akademis merupakan satu-satunya cara untuk anak bisa mencapai masa depan yang baik. Padahal kenyataannya –ya, mungkin ada beberapa yang berhasil dengan konsep itu- tidak selalu demikian. Faktanya, ada hal-hal lain yang harus dikuasai anak di mana itu akan mendukung pendidikan akademis yang dimilikinya. Apakah itu, Bunda?
Dunia yang sekarang berbeda sekali dengan dunia dahuku. Dahulu tidak ada istilah yang namanya ‘dunia maya’ atau dunia digital. Namun sekarang, dunia tersebut sudah diakui keberadaannya. Dan untuk bisa menguasai atau bahkan bertahan di dunia tersebut, anak harus memiliki keterampilan dalam hal digital.
“Dulu dunia maya dan dunia nyata dianggap berbeda. Namun sekarang, dunia digital sudah jadi bagian dalam keseharian manusia. Oleh karena itu, semua alat pendukung yang dapat mengembangkan kemampuan anak di kedua dunia tersebut harus digabungkan,” kata Saskhya Aulia Prima, M.Psi., Psikolog dan salah satu pendiri Tiga Generasi, dalam webinar Future Skills for Children yang diadakan HP Inc. Indonesia, Kamis (24/3/2022).
Akan tetapi, anak tentunya tidak bisa masuk ke dalam dunia ini tanpa bantuan dan dukungan dari orang tuanya. Orang tua jugalah yang bertanggung jawab agar anak dapat memanfaatkan teknologi digital ini dengan baik dan bijak.
Saskhya merangkum 3 kemampuan yang harus dimiliki si kecil dalam menghadapi dunia di masa depannya.
Artikel terkait: Asah Kreativitas dan Soft Skill Anak Lewat Bermain
1. Kemampuan Berpikir: Kognitif dan Metakognitif
Tujuan dari menguasai kemampuan ini adalah agar anak mampu menciptakan ide baru dan belajar seumur hidup (long life learning). Orang tua bisa melatihnya dengan cara sering mengajak anak berkomunikasi atau berdiskusi sejak dini –atau sejak anak sudah bisa berbicara. Dari diskusi ini anak akan belajar untuk menyampaikan pendapatnya.
Misalnya saja, ketika anak masih berusia 2 tahun dan akan makan siang. Bunda atau Ayah bisa melibatkan anak dalam memilih 2 jenis lauk pauk yang akan dimakannya.
Meski saat itu mungkin buah hati Anda belum mengerti mengenai jenis makanan dan nutrisi dari makanan yang hadapannya, tetapi cara sederhana ini bisa melatih kemampuannya dalam berbicara, mengenali, dan menyebutkan benda-benda di sekitarnya.
Cara lainnya bisa dengan menjelajahi minat anak dan mengeksplorasi kreativitasnya sambil menggunting kertas.
Tantangan bagi orang tua biasanya ketidaksabaran. Orang tua kerap tidak sabar menunggu anak menyelesaikan pekerjaannya. Padahal latihan ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan kemandirian anak dalam menyelesaikan masalah di masa depan.
“Tunggu dulu (maksudnya sabar). Kalau mau bantu, pakai ‘mulut’ dulu, (dengan) kasih instruksi saja. Tunggu saja meski kita geregetan, itu akan berguna buat anak (nanti),” terang Saskhya.
Saskhya juga menambahkan, jika sejak kecil anak terlalu banyak diatur, kelak ia akan kesulitan membuat pilihan.
Artikel terkait: Langkah Belajar Coding untuk Anak, Bisa Dimulai sejak Dini
2. Kemampuan Sosial dan Emosional
Tujuannya adalah agar anak memahami diri sendiri dan orang lain, mampu bekerja sama dengan orang di sekitarnya, mampu mengontrol diri, dan berkomunikasi dengan baik.
Apapun yang sedang dirasakan anak, entah itu jengkel, marah, takut, atau bahagia, dorong ia ntuk mengomunikasikan perasaannya –dengan cara yang baik, tentunya. Setelah itu, lakukan bagian Anda dengan memberikan validasi atas perasaannya.
Saskhya menegaskan, ketika anak sedang mengungkapkan perasaannya, Parents jangan sekali-kali memotong. Dari situ anak akan belajar bahwa tidak apa-apa mengungkapkan perasaan jika dilakukan dengan baik.
Selain itu, libatkan anak dalam kegiatan yang membutuhkan kerja sama dengan temannya. Misalnya, saat membereskan mainan bersama dengan kakaknya, atau bermain daring bersama dengan temannya.
Dalam hal emosional, khususnya, orang tua harus benar-benar menjadi panutan bagi anak. Ketika Anda marah, marahlah sewajarnya dengan bahasa yang sopan.
3. Kemampuan Praktikal dan Fisik
Tujuannya agar anak mampu menggunakan atau mengoperasikan alat digital serta memanipulasi materi yang dimiliki untuk mencapai hasil tertentu.
Cara mengajarinya mudah, Bunda. Mulailah dari cara sederhana seperti meminta anak memakai bajunya sendiri atau mengambil air minumnya sendiri dari dispenser. Anda juga bisa mengajak anak senam bersama menggunakan musik ceria. Ajari ia menghapal 1-2 gerakan yang mudah.
Saat Anda mengajarkan keterampilan ini pada anak, jangan menganggap mereka anak kecil melainkan orang dewasa yang masih anak-anak dengan tujuan mereka siap mandiri saat orang tuanya tidak bisa membantu lagi.
Artikel terkait: Ajarkan Sejak Dini, 7 Life Skill agar Anak Sukses di Masa Depan
Pentingnya Soft Skill pada Anak
Print Marketing Manager HP Indonesia Meity Daniel mengungkapkan data dari HP New Asian Learning Experience 2021 yang menyatakan bahwa 97 persen orang tua di Indonesia menginginkan pendidikan yang menyeluruh untuk mempersiapkan masa depan anak-anaknya.
Secara tidak sadar, keinginan tersebut memicu kesadaran dari para orang tua bahwa mereka tahu apa yang akan dihadapi anak 10-20 tahun mendatang, serta mereka siap mendukung anak mendapatkan kemampuan yang dibutuhkan untuk mampu bersaing di masa depan.
“Bayangkan seperti apa dunia ini 20 tahun lagi dan seberapa besar perubahannya. Penting bagi orang tua untuk mengikuti perkembangan zaman dan memahami peran kita dalam mendukung anak mengembangkan soft skill pada anak dan membangun karakter mereka,” terang Saskhya.
“Jadi yang banyak perlu dilakukan anak-anak itu project based learning, pengalaman di kehidupan nyata, bergabung di komunitas, berinteraksi, diberikan tanggung jawab di rumah, dan masih banyak lagi,” kata CEO Productive Mamas, Danesya Juzar, dalam acara yang sama.
Jadi, apakah Parents sudah siap memperlengkapi soft skill pada anak agar ia lebih siap menghadapi masa depannya nanti? Ayo, semangat, Parents pasti bisa!
Baca juga:
Ajarkan Sejak Dini, 7 Life Skill agar Anak Sukses di Masa Depan
Benar atau Salah, Belajar dari Sekolah Saja Cukup untuk Si Kecil?
Tips 5 Aktivitas untuk Tingkatkan Skill Anak Saat Pandemi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.