Untuk mencegah penularan Covid-19 di Indonesia, Presiden Joko Widodo mengimbau seluruh masyarakat untuk melakukan social distancing, atau membatasi diri dari interaksi sosial.
Karena itu, beberapa perkantoran di Jabodetabek melakukan work from home. Perguruan Tinggi, Sekolah Dasar, dan Taman Kanak-Kanak pun melakukan sistem belajar online di rumah.
Langkah ini dinilai sangat efektif untuk mengurangi penularan Covid-19. Terlebih, aktivitas orang dewasa dan anak-anak di luar ruangan bisa meningkatkan risiko terpaparnya virus.
Apa itu social distancing?
Ilustrasi social distance. Sumber foto: USA Today.
Social distancing merupakan praktik kesehatan yang tujuannya untuk mencegah orang sakit melakukan kontak dengan orang sehat untuk mengurangi peluang penularan.
Sedangkan menurut Center for Disease Control dan Prevention (CDC) AS, social distancing dilakukan untuk menjauhi perkumpulan, menghindari pertemuan massal, dan menjaga jarak antar manusia. Jarak yang dianjurkan oleh pemerintah AS adalah sekitar dua meter.
Dalam kondisi seperti ini, social distance memang dapat mengurangi penyebaran Covid-19. Sebab, virus ini menular dengan sangat cepat melalui droplet atau partikel air liur.
“Setiap pengurangan interaksi sosial atau jumlah kontak dengan seseorang perhari akan berdampak signifikan pada kemampuan virus untuk menyebar dalam populasi,” kata Dr. Gerardo Chowell, Ketua Population Health Science di Universitas Georgia State, dikutip dari New York Times.
Strategi ini dikatakan efektif menyelamatkan ribuan nyawa selama pandemi flu di Spanyol tahun 1918. Sama halnya di Mexico City, yang mengalami pandemi flu 2009.
Sebuah studi yang dirilis pada 2017 menyebutkan bahwa kota di Spanyol menutup sekolah dan melarang pertemuan di tempat publik, berhasil menekan tingkat kematian secara signifikan.
Namun, bagi kasus corona, belum ada penelitian ilmiah yang mempelajari pengaruh social distancing bisa menekan penularan virus.
Bagaimana bentuk social distancing?
Bentuk social distancing ini tentu bisa dimulau dengan tidak mendatangi tempat keramaian seperti mall, taman rekreasi, atau acara-acara besar yang banyak dihadiri orang, ruang publik tempat pariwisata dan lainnya.
Social distancing juga termasuk menjaga jarak minimal dua meter dengan orang lain, serta tidak melakukan jabat tangan atau berpelukan saat bertemu satu sama lain.
Menjelaskan tentang social distancing pada anak
Mengingat social distance merupakan tindakan yang penting, Parents tentu saja dianjurkan untuk memberikan penjelasan kepada anak-anak tentang hal ini.
Namun, pastikan lebih dulu jik anak mengetahui kondisi apa yang sedang dihadapi di seluruh dunia ini. Jelaskan sesuai dengan bahasa atau kalimat yang dimengerti anak. Jelaskan apa itu virus Corona, mengapa banyak orang yang terjangkit, dan harus melakukan social distance ini.
Dan sebaiknya, Parents mengetahui beberapa hal ini agar dapat menjelaskan dengan baik pada anak.
1. Social distance tidak hanya berlaku untuk orang dewasa
Perlu diingat, tindakan ini tidak hanya berlaku untuk orang dewasa. Anak-anak juga perlu melakukan hal ini karena mereka memiliki risiko yang sama.
Dokter perawatan primer dan direktur eksekutif Ariadne Labs, Dr. Asaf Bitton, mengatakan bila orangtua membiarkan anak bermain satu sama lain, atau berinteraksi secara normal, itu hal yang menyedihkan.
“Ketika orangtua membiarkan anak bermain satu sama lain atau berinteraksi secara normal, rasanya cukup menyedihkan. Terus terang, saya ingin mengingatkan, pergi keluar tidak direkomendasikan untuk saat ini,” ucapnya.
2. Tidak semua anak dalam bahaya
Parents tidak perlu khawatir berlebihan mengenai kondisi ini. Sebab menurut mantan direktur Centers for Disease Cntrol and Prevention (CDC)l Dr. Tom Frieden, anak-anak yang sehat memiliki risiko lebih rendah terjangkit atau bahkan mengalami kematian akibat Corona.
“Salah satu kabar baiknya adalah tidak seperti dengan flu, anak-anak hingga usia 18 tahun tampaknya tidak akan menderita dengan COVID-19. Mereka bisa saja terinfeksi, namun untuk dampak fatal tampaknya sangat langka,” kata Frieden.
3. Anak bisa menjadi carrier
Meski risikonya lebih rendah pada anak yang sehat, bukan tidak mungkin anak menjadi carrier atau pembawa virus.
“Anak-anak adalah penyebar yang hebat. Mereka bisa menjadi distributor juga,” ucap Schaffner, profesor kedokteran pencegahan di Fakultas Kedokteran Universitas Vanderbilt di Nashville, Amerika Serikat.
Jadi sebaiknya orangtua mengawasi anak-anak dari penyebaran Covid-19. Tak hanya itu, sebaiknya Parents memberi penjelasan ini agar anak memahami secara jelas tentang virus Corona.
4. Merencanakan kegiatan di rumah yang menarik untuk anak
Melarang anak bermain beraktivitas di lingkungan sosial memang bukan hal mudah. Tapi Parents tak perlu bingung, sebab para ahli menyarankan kepada orangtua untuk melakukan kegiatan menarik di rumah.
Selain itu, sebenarnya anak tetap bisa beraktivitas di luar rumah, kok. Asalkan Parents mempertimbangkan lokasi dan waktu mengunjunginya. Misalnya, saat Parents ingin berbelanja. Jika memungkinkan, pertimbangkan waktu saat tidak terlalu banyak orang.
Para ahli juga menyarankan, jika si kecil ingin bermain, sebaiknya bermain di halaman belakang rumah. Dan segera cuci tangan dengan sabun selama paling tidak 20 detik atau gunakan handsanitizer. Waktu bermain di luar ruangan ini bisa Parents lakukan pada pagi hari. Agar si kecil juga bisa mendapat asupan vitamin D dari matahari.
5. Memerhatikan kebersihan si kecil
Bila Parents mengizinkan si kecil bermain di halaman rumah, atau ikut pergi berbelanja kebutuhan harian, pastikan ia cuci tangan sebelum dan sesudah pergi. Selain itu pastikan kebersian anak sudah terjaga dengan tepat.
Pastikan juga asupan nutrisi si kecil sudah tercukupi dengan baik untuk menjaga imunitasnya tetap terjaga.
***
Referensi: New York Times, Vox, CNN
Baca juga
7 Cara Bekerja dari Rumah sambil Mengasuh Anak agar lebih produktif
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.