Sejak diberlakukannya social distancing atau physical distancing selama pandemi, kegiatan rutin harian tak lagi sama, baik bagi orang tua maupun anak-anak. Anak-anak harus belajar di rumah karena sekolah diliburkan. Mereka pun tidak bisa belajar dan bermain bersama teman-temannya lagi. Sebagian orang tua khawatir apakah ada dampak social distancing bagi perkembangan anak di masa mendatang, akankah buruk bagi si kecil?
Dampak social distancing lebih besar pada anak yang beranjak remaja
Seperti apa dampak social distancing bagi perkembangan anak? Berikut penjelasan Amy Learmonth, PhD, psikolog dari Cognition, Memory, and Development Lab di William Paterson University of New Jersey. Menurut Amy, perkembangan sosial memiliki dampak penting di semua usia, namun yang paling merasakan dampak social distancing adalah anak-anak dan pra remaja.
Amy yang juga presiden dari Eastern Psychological Association mengatakan perkembangan sosial awal dapat terjadi sebagian besar dalam keluarga. Akan tetapi ketika anak-anak beranjak remaja dan lebih mahir bersosialisasi, teman sebaya mereka menjadi pusat perkembangan sosial yang lebih berpengaruh daripada keluarga.
Penulis sekaligus psikolog Wendy Walsh, PhD, menambahkan bahwa social distancing sebenarnya bagus untuk anak-anak di bawah 5 tahun. Pasalnya, balita masih melekat pada orang tuanya dan work from home membuat waktu orang tua lebih banyak dihabiskan di rumah bersama anak.
Sebaliknya, untuk anak-anak yang lebih besar dan remaja, akan menjadi lebih rumit. Apalagi jika social distancing berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
Seperti apa perkembangan sosial yang sehat di masa pra remaja?
Amy mengatakan anak-anak di masa awal remaja sedang belajar bagaimana cara mendapatkan dan memberikan dukungan kepada teman-teman mereka. Mereka juga mengembangkan keterampilan untuk membangun kepercayaan dan menghadapi pengkhianatan.
“Anak pra remaja melakukan ini dengan bereksperimen,” kata Amy. “Mereka sedang dalam proses mencari tahu siapa mereka dan apa yang mereka inginkan dari teman-teman mereka. Inilah sebabnya mengapa persahabatan di sekolah menengah khususnya bisa rapuh dan sebagian besar anak-anak mengalami isolasi dan patah hati. ”
Bagaimana social distancing dapat memengaruhi perkembangan sosial anak?
Sebagian besar ahli sepakat anak-anak akan bangkit kembali dengan baik-baik saja jika social distancing hanya berlangsung beberapa bulan.
“Generasi remaja ini sebenarnya telah bersosialisasi dengan teman-teman mereka sepanjang hidup,” kata psikolog perkembangan dan coach keluarga Cameron Caswell, PhD. “Mereka terbiasa terhubung secara daring melalui gawai mereka, sehingga social distancing kemungkinan akan lebih mudah bagi mereka daripada kita semua.”
Cameron menunjukkan bahwa banyak remaja sudah beradaptasi dengan aturan sosial baru ini, mulai dari video call dengan teman hingga nonton film ramai-ramai melalui Netflix Party. Yang berat bagi mereka selain rasa bosan adalah kehilangan momen-momen penting seperti pesta ulang tahun, darmawisata, dan kelulusan.
“Saya tidak percaya 3 bulan jarak sosial akan berdampak negatif pada kelompok usia ini,” kata Cameron.
Bahkan menurut Cameron, ini bisa menjadi kesempatan bagi keluarga untuk memperlambat ritme kehidupan dan mempererat kembali hubungan Parents dengan anak.
Meski demikian, anak-anak tetap butuh berkumpul dengan teman-temannya karena semua anak mendambakan persahabatan yang tidak bisa direplikasi di rumah.
Dampak social distancing, apa yang bisa orang tua bantu untuk perkembangan sosial anak?
Kedua pakar, Amy dan Cameron berbagi tips untuk Parents supaya dapat membantu anak saat ‘terjebak di rumah’
1. Berikan peluang untuk bermain interaktif
Alih-alih membiarkanABG Anda bermain media sosial dan chatting dengan teman selama berjam-jam, cobalah untuk memainkan permainan interaktif bersama di rumah misalnya monopoli atau kartu.
“Dengan begitu mereka harus belajar bernegosiasi dan mempraktikkan beberapa keterampilan sosial,” kata Cameron.
2. Berikan mereka ruang
Remaja membutuhkan tempat untuk melepaskan diri dari karantina dan merindukan teman-teman mereka. Ini sesuai dengan perkembangannya yang beralih ke hubungan teman sebaya.
Amy mengatakan orang tua harus tetap memberikan dukungan sambil menghormati kebutuhan mereka akan ruang privat untuk mereka sendiri.
3. Memahami kebutuhan mereka untuk online
Remaja sangat membutuhkan interaksi sosial dengan teman sebaya. Saran Cameron sebaiknya Parents membiasakan diri dengan dengan aplikasi media sosial yang digunakan anak-anaknya. Kemudian bantu mereka menetapkan parameter keamanan yang diperlukan.
“Selalu bersikap transparan tentang apa yang Anda lakukan sehingga anak-anak dapat belajar dari itu,” katanya.
4. Dorong anak-anak untuk berolahraga setiap hari
Olahraga mungkin terdengar tidak relevan dengan perkembangan sosial namun ini penting untuk membantu anak-anak menjaga keseimbangan mereka di masa-masa yang tidak pasti.
“Kita semua berurusan dengan ketidakpastian dan tekanan dengan kemampuan terbaik kita, dan anak-anak memiliki lebih sedikit pengalaman dan masih labil. Tidak masuk akal bagi kita untuk mengharapkan mereka menangani ini sebaik yang kita lakukan,” kata Amy.
Hal terpenting yang dapat dilakukan orang tua saat ini adalah berbaik hati pada diri mereka sendiri dan anak-anak mereka.
Sumber: Healthline
Baca juga:
10 Tips Menjaga Pernikahan Tetap Harmonis Selama Masa Pandemi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.