Sungguh tragis kasus penganiyayan yang satu ini. Baik korban maupun pelaku masih sama-sama bocah yang masih sangat belia.
Kejadiannya pun di sekolah mereka sendiri, PAUD dan TK Yayasan Al Minhaaj, Wates. Di mana notabenenya anak-anak berada dalam pengawasan para guru.
Yang menjadi korban adalah Ai (4), ia dihajar oleh kakak kelasnya A (5,5) yang duduk di bangku kelas TK B.
Abdullah, ketua Yayasan Al Minhaaj, menyatakan peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 09.00, Rabu pagi (21/9). Saat itu, akan pergantian jam pelajaran di TK Besar (B).
“Tiba-tiba anak itu (pelaku) berkata pada gurunya, izin ke kamar mandi sambil berlari,” katanya seperti dikutip Radarkediri.
Sedangkan guru PAUD yang mengajar Ai hari itu, diakui Abdullah, memang tidak lengkap. “Ada dua guru seharusnya, tapi satu izin. Karena itu, kami pun tidak bisa mengantar korban (Ai) ke kamar mandi,” ujar Abdullah.
Sebelum A, Ai telah terlebih dahulu berada di kamar mandi. Begitu kedua murid ini bertemu, saat itulah diduga aksi kekerasan tersebut terjadi. A ditengarai menganiaya adik kelasnya hingga babak belur.
Guru TK B kemudian curiga karena A tak kunjung kembali ke kelas, “Ditunggu sampai lima menit belum kembali,” kata Abdullah.
Saat guru TK B tersebut menyusul ke kamar mandi, ia melihat A dan Ai berada di kamar mandi, dengan wajah Ai sudah berlumuran darah. Ai pun segera dilarikan ke puskesmas Wates.
Karena luka yang cukup parah, Ai dirujuk ke RSUD Gambiran. Sebagian besar wajah Ai lebam dan luka di banyak tempat, serta tangan kanannya patah.
Kedua pihak keluarga kemudian dilaporkan sepakat untuk menempun jalan damai. “Orang tua pelaku bersedia menanggung semua biaya pengobatan,” kata Abdullah.
Menurut Abdullah, tidak ada unsur kelalaian dalam peristiwa penganiyayaan ini. Pihak sekolahnya sudah melakukan pengawasan sesuai dengan prosedur.
Perkara motif A menganiaya Ai masih belum diketahui. Pasalnya, menurut Abdullah, A sulit berkomunikasi sehingga belum bisa dimintai keterangan.
Sedangkan Ai masih dalam perawatan intensif di RS Bhayangkara Kediri. Sebelumnya, bocah ini memang dirawat di RSUD Gambiran. Namun polisi lantas memindahkannya ke RS Bhayangkara.
Penyidik Polres Kediri yang menangani kasus ini mengatakan tidak akan menaham pelaku, karena masih anak-anak.
“Anak-anak seusia itu masih sangat memerlukan pendampingan dari orang tuanya,” ujar Kasatreskrim Polres Kediri AKP M. Aldy Sulaeman kepada Radarkediri.
Menurut Aldy, pelaku sudah mengakui perbuatannya. “Alasannya karena marah,” katanya.
Menurut laporan, pada saat kejadian A cekcok dengan Ai. Karena marah, A lalu membenturkan kepala Ai ke tembok. Kepada petugas, A mengaku, melakukannya sebanyak lima kali.
Aldy menghimbau kepada masyarakat agar bijaksana dalam melihat kasus ini. Pasalnya, pelaku juga masih anak-anak. “Kami sangat berharap agar masyarakat tidak gegabah,” urainya.
Memahami apa yang disebut Bullying
Sebagaimana dikutip A Fine Parenting, bullying adalah bentuk pelecehan emosional atau fisik yang memiliki tiga karakteristik yang menentukan:
Disengaja – niat pelaku intimidasi adalah untuk melukai seseorang
Diulang – perilaku diulangi, atau berpotensi diulangi, seiring waktu
Power Imbalanced – seorang pengganggu memilih korban yang menurutnya rentan
Ada banyak perilaku yang terlihat seperti intimidasi tetapi membutuhkan pendekatan yang berbeda. Penting untuk menentukan bagaimana situasinya, untuk tahu apakah itu bentuk bulying atau sesuatu yang lain.
Penindasan terjadi dalam berbagai bentuk, dengan berbagai tingkat keparahan. Berikut jenis-jenisnya:
- Bullying Fisik – menusuk, mendorong, memukul, menendang, memukuli
- Verbal Bullying – berteriak, mengejek, menyebut nama, menghina, mengancam akan mencelakakan
- Relational Bullying – menyebarkan rumor, membuat orang lain menyakiti seseorang
- Cyberbullying – Mengirim pesan atau gambar yang menyakitkan melalui Internet atau ponsel
- Bullying juga bisa merupakan kombinasi dari semua ini.
Kenali Tanda-Tanda Bullying
Anak-anak memiliki banyak alasan untuk tidak memberi tahu orang dewasa tentang situasi intimidasi. Berikut tanda-tanda yang bisa diperhatikan ketika anak kita menjadi korban bullying
- Enggan atau menolak untuk pergi ke sekolah
- Menginginkan perubahan dalam rutinitas yang sudah berlangsung lama, seperti ingin diantar orangtua yang tadinya naik bus ke sekolah
- Tidak ingin berpartisipasi dalam kegiatan setelah sekolah.
- Kelihatan lebih lapar dari biasanya sepulang sekolah – mungkin itu pertanda bahwa seseorang mencuri uang makan siangnya atau bahwa dia tidak berani ke kantin saat makan siang.
- Menunjukkan tanda-tanda tekanan fisik seperti sakit kepala, sakit perut, atau mual.
- Sering pergi ke UKS untuk menghindari teman-teman kelas.
- Nilai, pekerjaan rumah anak tiba-tiba menurun
- Sering cemberut, marah, dan sering ingin dibiarkan sendiri
- Secara tidak biasa menggunakan bahasa yang buruk
- Memiliki memar atau cedera yang tidak dapat dijelaskan.
Semoga bermanfaat.
Semoga kasus ini dapat menjadi pelajaran bagi kita semua.
Baca juga:
Bagaimana Membantu Anak Mengatasi Cyberbullying?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.