Saat ini, pembelajaran tatap muka (PTM) sudah kembali dilakukan di beberapa sekolah di sejumlah wilayah Indonesia. Meski begitu, risiko penyebaran COVID-19 pada anak, termasuk sindrom MIS-C tetap masih menjadi kekhawatiran tersendiri bagi kebanyakan orangtua.
Jika mengutip dari unggahan Instagram edukator kesehatan dr. Adam Prabata, ia menyebutkan bahwa ini cukup jarang terjadi, namun siapa saja termasuk anak-anak juga bisa terkena MIS-C.
“Jauh lebih baik agar kita dapat melindungi anak sebaik-baiknya, dengan prokes, menjaga kesehatan dan vaksinasi,” tulis dr. Adam, mengutip akun Instagram-nya pada Jumat (7/1/2021).
Itulah mengapa Parents perlu mengetahui dengan baik dan benar tentang apa itu MIS-C yang menjadi salah satu komplikasi COVID-19 pada anak. Untuk mengetahui lebih lanjut seputar sindrom MIS-C, berikut kami rangkumkan informasinya berdasarkan unggahan edukasi yang dibagikan Prof. dr. Aman Bhakti Pulungan, SpA(K).
Apa Itu Sindrom MIS-C?
Sumber: Instagram/amanpulungan
Sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat luas, khususnya orang tua, dokter spesialis anak, Prof. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K) melalui Instastory miliknya membagikan penjelasan secara ringkas dan jelas apa itu sindrom MIS-C.
MIS-C ditemukan pertama kali di tahun 2020 dengan nama Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C), di mana merupakan kelainan hiperinflamasi dengan keterlibatan multiorgan pada pasien yang sebelumnya telah terbukti mengalami infeksi COVID-19.
Baca juga: Penelitian Tunjukkan Anak Rentan Alami Long COVID-19, Ini Gejalanya
Mengapa MIS-C Bisa Terjadi?
Sumber: Freepik
Lebih lanjut, dr. Aman juga memaparkan penyebab di balik terjadinya MIS-C pada anak. Dalam unggahan Instastory-nya, dijelaskan bahwa penyebab sampai dengan saat ini memang belum diketahui secara pasti. Namun, sindrom tersebut diduga merupakan respon imun berlebihan terhadap infeksi COVID-19 yang pernah diderita.
Reaksi imun yang timbul kemudian menyebabkan produksi sitokin dalam jumlah besar di dalam tubuh, sehingga inflamasi dapat terjadi pada berbagai organ tubuh seperti jantung, paru-paru, otak, sistem pencernaan, ginjal, dan lainnya.
Meski disebutkan bahwa kondisi ini cukup jarang terjadi, namun dr. Aman memaparkan bahwa di Indonesia sendiri sudah ada puluhan kasus anak dengan MIS-C.
“Katanya ini jarang, ada laporan bahwa insiden nya 1:1000.000 sampai 1:a 100.000 kasus COVID anak. Anak (di Indonesia) kita sdh ada puluhan kasus MISC. Apakah karena kasus kita underreporting atau anak kita lebih gampang terjadi,” tulis dr. Aman dalam Instastory miliknya.
Baca juga: 11 Anjuran IDAI untuk Cegah Anak Terpapar COVID-19
Gejala Sindrom MIS-C pada Anak yang Harus Diwaspadai Orang Tua
Sumber: Freepik
Selanjutnya, dr. Aman juga membagikan apa saja gejala sindrom MIS-C yang bisa terjadi pada anak. Beberapa gejalanya antara lain:
- Mengalami demam selama lebih dari 3 hari.
- Mengalami gejala penyerta berupa:
- Ruam, konjungtivitis bilateral non purulen, atau tanda inflamasi mukokutan
- (oral, tangan, kaki).
- Hipotensi atau syok.
- Tanda-tanda disfungsi miokardium, perikarditis, vaskulitis, atau abnormalitas koroner (dilihat dari pemeriksaan echo atau peningkatan troponin/NT-proBNP)
- Koagulopati (ditandai dengan pemanjangan PT aPTT, peningkatan D-Dimer).
- Masalah gastrointestinal akut seperti diare, muntah, dan juga nyeri perut.
- Peningkatan penanda inflamasi seperti LED, CRP, prokalsitonin namun tanpa adanya penyebab lain.
- Terbukti terinfeksi COVID-19.
Ia pun meminta para orang tua untuk memerhatikan tanda-tanda di atas sebelum terlambat, sebab menurutnya, kondisi ini jika dibiarkan bisa berakibat fatal.
“Menurut saya semua anak yg mau sekolah PTM seharusnya dapat surat dokter seperti tahun ajaran baru atau sekolah memberitahu gejala2 COVID dan MISC pada orang tua dan anak,” tambah dr. Aman.
Baca juga: Waspada! Mayoritas Anak Positif COVID-19 di Indonesia Tidak Bergejala
Sindrom MIS-C Tidak Bisa Dicegah
Sumber: Pexels
Tidak seperti kebanyakan penyakit yang dapat dicegah, dr. Aman dalam paparannya menyebutkan bahwa Sindrom MIS-C ini tidak bisa dicegah. Meski terbilang kasusnya rendah, namun anak yang terinfeksi COVID-19 bisa saja mengalami MIS-C.
Pencegahan MIS-C terbaik yang bisa dilakukan Parents adalah dengan melakukan pencegahan COVID-19 pada anak dan keluarga di rumah. Selain itu, penting untuk mewaspadai gejala atau tanda dari MIS-C. Jika ditemukan tanda seperti yang sudah disebutkan di atas, maka segeralah konsultasikan dengan dokter sebelum terlambat.
“Cara terbaik ya tidak terinfeksi. Untuk yg belum vaksinasi, sekolah daring dulu. Yg sudah vaksin dan mulai sekolah PTM, pastikan prokes di sekolah betul dan anak jangan buka masker saat di sekolah,” tulis dr. Aman mengingatkan.
Itulah sejumlah informasi terkait sindrom MIS-C yang jadi salah satu komplikasi COVID-19, menurut pemaparan dokter spesialis anak, Prof. dr. Aman Bhakti Pulungan, SpA(K). Semoga informasi di atas bisa menjadi pemahaman baru bagi Parents agar lebih waspada, ya.
Baca juga:
Kasus COVID-19 pada Anak Meningkat, Orangtua Diimbau Tak Bawa Anak Keluar Rumah!
Waspada! Kasus COVID-19 pada Anak Meningkat, Banyak di Rentang Usia SD
Ada 3 Gejala Baru COVID-19 yang Muncul pada Anak, Parents Harus Waspada!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.